mengarahkan pertumbuhan dan mengembangkan para guru agar berbuat lebih efektif dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.
Depdiknas ada tahun 1994 dalam Jasmani Asf, pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkansituasi belajar mengajar yang lebih baik. Ministry of Educational Republic of Turkey 2002, Supervisi pendidikan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memonitor, membimbing, mengarahkan, dan mengevaluasi kinerja guru disekolah.
Handari Nawawi, Supervisi pelayanan yang diberikan oleh atasan kepada Guru agar menjadi Guru yang profesional, cakap dan terampil sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi Jasmani Asf, 2013:16. Dapat ditarik sebuah simpulan, supervisi adalah upaya peningkatan kualitas tenaga
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, diberikan suatu lembaga secara sistematis dan berkesinambungan.
Beberapa model supervisi dalam Kadim Nasaong 2012 adalah sebagai berikut ;
1. Model CPD
Cooperative Profesional Development
Merupakan supervisi klinis secara bergantian, mendiskusikan inovasi- inovasi dalam pembelajaran, saling mengunjungi, dan sharing tentang
problem yang diawasi. Pemikiran Heller, dikemukakan pula beberapa keuntungan dari penerapan model supervisi Pendidikan CPD,
diantaranya: a.
Merupakan wahana bagi guru untuk mengetahui pekerjaan guru lainnya.
b. Memberikan suatu mekanisme bagi mereka untuk saling
berkomunikasi mengenai belajar dan pembelajaran. c.
Kegiatan yang bersifat kontinyu akan sangat meningkatkan motivasi belajar bagi guru.
d. Interaksi intelektual akan memberi efek induksi karena akan terjadi
saling menerima dan saling memberi informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
e. Melalui Cooperative Profesional Development akan menimbulkan
kesan adanya upaya perbaikan perilaku inovatif, disiplin, dan self control dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajar.
f. Menunjukkan bahwa guru-guru banyak belajar dari teman guru lain
dan mempercayai satu sama lain sebagai sumber ide baru dan membagi masalah yang mereka hadapi
2. Model CSSupervisi Klinis
Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut: Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujan mengadakan perubahan dengan cara rasional. Beberapa ciri Supervisi Klinis:
a. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar, bukan
mengubah kepribadian Guru. b.
Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat intruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga
Guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan.
c. Ada kesepakatan antara supervisor dengan Guru yang akan disupervisi
tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki. d.
Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki Guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisa sehingga terlihat kemampuan apa,
keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki. e.
Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku Guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki, sehingga muncul kesadaran betapa
pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan. f.
Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
g. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi
juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
h. Adapun prinsip supervisi klinis berdasarkan pada inisiatif para guru.
Pelaku supervisor harus teknis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan kepada supervisor dan bisa menciptakan
hubungan yang bersifat interaktif dan sejawat. Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memberikan tekanan pada proses pembentukan
dan pengembangan profesional Guru.
i.
3. Model IPD