1. Bagaimana pengaturan izin usaha peternakan di Kota Medan?
2. Bagaimana Prosedur Dalam Pemberian Izin Usaha Peternakan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004? 3.
Bagaimana kendala dalam pemberian izin usaha peternakan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004?
J. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaturan izin usaha peternakan di Kota Medan.
b. Untuk mengetahui prosedur dalam pemberian izin usaha peternakan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004. c.
Untuk mengetahui kendala dalam pemberian izin usaha peternakan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004
2. Manfaat Penelitian
Selain dari tujuan penulisan, adapun yang menjadi Manfaat Penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Secara teoretis
1 Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu hukum pada umumnya. 2
Untuk mengetahui secara konkrit sejauhmana perkembangan mengenai Prosedur Pemberian Izin Usaha Peternakan Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004. b.
Secara praktis 1
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya mengenai Prosedur Pemberian Izin Usaha Peternakan dan
pengawasan Izin Usaha Peternakan.
Universitas Sumatera Utara
2 Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan tentang cara memperoleh izin usaha peternakan khususnya di Kota Medan.
K. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis
tidak menemukan judul Prosedur Pemberian Izin Usaha Peternakan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004 Ditinjau dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara Studi Pemerintah Kota Medan. Judul penelitian ini belum diteliti oleh peneliti yang lain maka penulis
tertarik untuk mengambil judul ini sebagai judul skripsi, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata
dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
L. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian perizinan
Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau aturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan
larangan perundangan.
8
Izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.
Pengertian diatas merupakan arti izin dalam arti sempit. Sehingga dalam kalimat tersebut dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat
melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Dalam hal ini izin didapat dari pihak pemerintah
9
8
Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Jakarta: Yuridiks, 1993, hal 2
9
Ibid.
Sedang menurut Prajudi Atmosudirdjo, izin vergunning adalah suatu penetapan yang merupakan
dispensasi pada suatu larangan oleh Undang-undang. Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi, “Dilarang tanpa izin
Universitas Sumatera Utara
…….melakukan…….dan seterusnya. Selanjutnya larangan-larangan tersebut diikuti dengan perincian syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu
dipenuhi oleh pemohon, untuk memperoleh dispensasi dari larangan, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk pelaksanaan juklak kepada pejabat-
pejabat administrasi negara yang bersangkutan. Asep Warlan Yusuf mengatakan bahwa izin sebagai suatu instrumen
pemerintah yang bersifat yuridis preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat.
10
Sjahran Basah memberikan pengertian tentang izin yaitu, sebagai perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan
dalam kontreo berdasarkanpersyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Izin di sini dimaksudkan untuk menciptakan kegiatan yang positif terhadap aktivitas
pembangunan. Suatu izin yang dikeluarkan pemerintah dimaksudkan untuk memberikan keadaan yang tertib dan aman sehingga yang menjadi tujuannya akan
sesuai dengan yang menjadi peruntukannya pula.
11
Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut, ada pengertian izin yang dimuat dalam peraturan yang berlaku, misalnya dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Dalam
ketentuan tersebut izin diberikan sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan
bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan Izin adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh
BadanPejabat Tata Usaha Negara yang digunakan bagi pemohon sebagai legitimasi terhadap kegiatan yang sebenarnya dilarang dan sebagai sarana bagi
pemerintah untuk mengawasi kegiatan tertentu yang dilarang. Dengan pengertian tersebut, maka izin merupakan tindakan hukum pemerintah
10
Ateng Syafudin, Pengurusan Perizinan, Bandung: Pusat Pendidikan dan Pelatihan ST Alosius, 1992, hal. 4.
11
Sjahran Basah, Pencabutan Izin Sebagai Salah satu Sanksi Hukum Administrasi Negara, Surabaya: FH. UNAIR, 1995, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sehingga pengertian izin dalam hal ini berbentuk tertulis yakni berupa dokumen, sehingga pemberian izin secara lisan
tidak termasuk. Jadi kesimpulan dari pengertian izin adalah dokumen yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau
badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.
2. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah suatu keputusan yang di maksudkan untuk berlaku lama dan merupakan suatu pokok kaidah norma buat segala hal yang
dapat dimasukkan dalam norma itu dan ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan berlaku mengikat umum algemeen binderegels baik yang memuat
ancaman pidana maupun tidak.
12
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah, peraturan daerah di bentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
ProvinsiKabupatenKota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama antara DPRD dengan Kepala Daerah baik di Provinsi maupun
KabupatenKota. Sedang di dalam UU No 12 Tahun 2011 yang terdapat dua pengertian tentang peraturan daerah, yakni peraturan daerah provinsi dan
peraturan daerah kabupatenkota. Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Sedang peraturan daerah KabupatenKota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota dengan persetujuan bersama BupatiWalikota.
12
Irawan Soejito, Teknik Membuat Peraturan Daerah, Jakarta: Bina Aksara, 2003, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
lanjut dari peraturan perundangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
Peraturan daerah sebagai salah satu bentuk perturan perundang-undangan merupakan bagian dari pembangunan sistem hukum nasional. Peraturan daerah
yang baik dapat terwujud apabila didukung oleh metode dan standar yang tepat sehingga memenuhi teknis pembentuka peraturan perundang-undangan,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011. 3.
Pengertian Hukum Administrasi Negara Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana, antara lain :
R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan
mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang
berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya. Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan
fungsi organ-organ pemerintahan.
13
Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga
melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri.
14
a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat
perlengkapan negara itu melakukan tugasnya; Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum
Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :
b. Aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum rechtsbetrekking antara
alat perlengkapan administrasi negara atau Pemerintah dengan warga negaranya.
15
13
R.J.H.M Huisman, Inleiding Algemeen Bestuurscrecht, Samson H.D Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, 1984, hal 4.
14
Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2006, hal 34.
15
Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Liberty, 1984, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
Menurut J.M Baron de Gerando bahwa obyek Hukum Administrasi adalah peraturan-peraturan yang melihat hubungan timbal balik antara Pemerintah dan
rakyat. Deskripsi tentang obyek Hukum Administrasi dari De Gerando seperti tersebut di atas kiranya mewarnai Hukum Administrasi dalam perkembangan
selanjutnya.
16
J. Oppenheim membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi berdasarkan tinjauan negara menurut keduanya. Hukum Tata Negara
menyoroti negara dalam keadaan diam, sedangkan Hukum Administrasi menyoroti negara dalam keadaan bergerak. Pendapat tersebut selanjutnya
dijabarkan oleh C. Van vollenhoven dalam definisi Hukum Tata Negara dan definisi Hukum Administrasi. Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan
hukum yang membentuk alat-alat perlengkapan negara dan menentukan kewenangan alat-alat perlengkapan negara tersebut, sedangkan Hukum
Administrasi adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-alat perlengkapan negara itu akan
menggunakan kewenangan-kewenangan ketatanegaraan.
17
Definisi-definisi tersebut kemudian mendapat kritikan dari J.H.A Logemann, karena tidak cukup memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum
Tata Negara. Tidak cukup pembeda tersebut karena dari definisi tersebut, masalah penetapan wewenang masuk bidang Hukum Tata Negara sedangkan penggunaan
wewenang adalah bidang Hukum Administrasi.
18
R. Kranenburg dan juga J.H.A Logemann tidak memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum Tata Negara secara tegas. Keduanya memandang
Hukum Administrasi sebagai segi khusus dari Hukum Tata Negara.
19
16
Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, hal 22.
17
Ibid,, hal 22.
18
Ibid., hal. 23.
19
Ibid., hal. 24.
Terhadap penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintahan dan kenegaraan dalam suatu negara
hukum terdapat aturan-aturan hukum yang tertulis dalam konstitusi atau peraturan-peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata Negara. Untuk
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis, Hukum Tata Negara ini tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif. Dengan kata lain Hukum
Tata Negara membutuhkan hukum lain yang lebih bersifat teknis. Hukum tersebut adalah Hukum Administrasi Negara.
Utrecht Hukum Administrasi Negara menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan
tugas mereka yang khusus. Selanjutnya E. Utrecht menjelaskan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan
administrasi negara. Bagian lain lapangan administrasi negara diatur oleh Hukum Tata Negara, Hukum Privat dan sebagainya.
20
Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara
khas mengenai seluk-beluk daripada administrasi Negara dan terdiri atas dua tingkatan, yaitu :
21
Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada UUD 1945, TAP MPR, dan undang-undang, adalah hukum yang mengatur seluk-beluk
organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum Administrasi Negara otonom adalah hukum operasional yang dicipta oleh pemerintah dan administrasi negara
sendiri.
22
Menurut Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia, Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian
aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara menjalankan tugasnya.
23
a Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan alat
administrasi negara yang lain; Alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan
sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum. Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :
20
Ibid,. hal 26
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993, hal 61.
Universitas Sumatera Utara
b Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan
individual, yakni para warga negara, atau dengan badan-badan hukum swasta.
24
Dalam suatu negara hukum, hubungan-hubungan hukum tersebut disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang
merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara. Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari:
a Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat
administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain. b
Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi negara Pemerintah dengan para warga negaranya.
Dalam ilmu Hukum Administrasi Negara yang penting adalah perbuatan hukum alat administrasi negara dalam hubungannya dengan warga negara, dimana
hubungan ini akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara.
25
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak
dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum
Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan
mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan individu privat tetapi ada pula
yang bersifat umum publik. Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan
terhadap siapa orang itu berhubungan.
24
Ibid. hal 62.
25
Hartono Hadisoeprapto, op. cit.
Universitas Sumatera Utara
perlengkapannya dengan perseorangan warga negara yang satu dengan warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.
26
Pengertian Hukum Administrasi Negara yang sudah diuraikan pada bagian sebelumnya menunjukan bahwa Hukum Administrasi Negara berkenaan dengan
kekuasaan Pemerintah atau eksekutif. Pengertian eksekutif di sini berbeda dengan yang dimaksud dalam ajaran Trias Polika yaitu menempatkan kekuasaan eksekutif
sebagai pelaksana undang-undang. Hukum Privat adalah hukum yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur kepentingan individu, seperi Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain
sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan nasional bangsa, masyarakat dan negara.
27
Istilah Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan Belanda dikenal dengan Istilah bestuursrecht dengan unsur utama bestuur. Menurut Philipus M.
Hadjon istilah bestuur berkenaan dengan sturen dan sturing. Bestuur dirumuskan sebagai lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan
yudikatif. Dengan demikian kekuasaan pemerintah tidak sekedar melaksanakan Undang-Undang saja tetapi merupakan kekuasaan yang aktif. Sifat aktif dalam
konsep hukum administrasi secara instrisik merupakan unsur utama dari sturen.
28
26
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafik, 1992, hal 195.
27
Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hal 34
28
Ibid., hal 36.
Sturen merupakan suatu kegiatan yang kontinyu. Kekuasaan pemerintahan dalam hal menerbitkan izin mendirikan bangunan misalnya, tidaklah berhenti
dengan diterbitkannya izin mendirikan bangunan. Kekuasaan pemerintahanan senantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati. Dalam hal
pelaksanaan mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan, pemerintah akan menggunakan kekuasaan penegakan hukum berupa penertiban
yang mungkin berupa tindakan pembongkaran bangunan yang tidak sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah konsep hukum publik. Konsep hukum publik, penggunaan kekuasaan harus
dilandasi pada asas-asas negara hukum. Sturen menunjukan lapangan di luar legislatif dan yudikatif. Lapangan ini lebih luas daripada sekedar lapangan
eksekutif semata.
29
1. Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan tindakan pemerintahan
yang tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam Peraturan Perudang-Undangan, seiring dengan perkembangan kemasyarakatan yang
memerlukan pelayanan Pemerintah dan masing-masing masyarakat di suatu daerah atau negara berbeda tuntutan dan kebutuhan;
Kekuasaan pemerintahan yang menjadi objek kajian Hukum Administrasi Negara amat luas. Hal ini dikarenakan bahwa selain melakukan tindakan hukum
dalam bidang legislasi seperti pembuatan Undang-Undang dan peraturan pelaksanaan tetapi juga melakukan aktifitas di luar perundangan, peradilan dan
juga melakukan tindakan hukum di luar bidang legislasi, oleh karena itu tidak mudah untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara. Kesukaran
untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
2. Pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan instrumen
yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak satu tangan atau lembaga;
3. Hukum Administrasi Negara berkembang sejalan dengan perkembangan
tugas-tugas pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan pertumbuhan bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan secara
sektoral. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan Hukum Administrasi Negara
tidak dapat dikodifikasikan.
30
29
Ibid. hal. 37.
30
Ibid., hal 38.
E. Utrecht dalam bukunya Ridwan HR, menyebutkan alasan-alasan Hukum Administrasi Negara sulit dikodifikasi yaitu:
Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan sering
Universitas Sumatera Utara
secara mendadak, sedangkan peraturan-peraturan hukum privat dan hukum pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja, Pembuatan peraturan-peraturan
Hukum Administrasi Negara tidak dalam satu tangan. Di dalam pembuatan Undang-Undang pusat hampir semua Departemen dan Pemerintah Daerah otonom
membuat juga peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara itu sangat beraneka warna dan tidak
bersistem. Karena tidak dapat dikodifikasikan, maka sukar didentifikasikan ruang lingkupnya dan yang dapat dilakukan hanyalah membagi bidang-bidang atau
bagian-bagian Hukum Administrasi Negara.
31
1. Hukum Administrasi Negara Heteronom
Prajudi Atmosudirdjo membagi Hukum Administrasi Negara dalam dua bagian, yaitu:
Bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR, undang-undang adalah hukum yang mengaur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi
negara. 2.
Hukum administrasi negara otonom Hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara.
32
Berdasarkan pendapat beberapa sarjana di atas dapat disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan yaitu
hukum yang secara garis besar mengatur: Perbuatan pemerintah Pusat dan Daerah dalam bidang publik; Kewenangan Pemerintah dalam melakukan
perbuatan di bidang publik tersebut; didalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenanggannya;
penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum; Akibat-akibat
hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintah itu; Penegakan hukum dan penerapan saksi-saksi dalam bidang pemerintahan.
33
31
Ibid., hal 39
32
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001, hal 56.
33
Ridwan. HR, Op.Cit, hal 44.
Universitas Sumatera Utara
M. Metode Penelitian