22
BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PETERNAKAN DI KOTA MEDAN
A. Pengertian Usaha Peternakan Usaha Peternakan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan menghasilkan ternak ternak bibitpotong, telor, susu serta usaha menggemukkan suatu ternak
termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya.
36
Perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak
ternak bibitternak potong, telur, susu serta usaha menggemukan suatu jenis ternak termasuk menggumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya, yang untuk
tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada peternakan rakyat.
37
Perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur
dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak ternak bibitternak
potong, telur, susu serta usaha penggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya yang untuk tiap jenis ternak
jumlahnya melebihi jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada peternakan rakyat.
38
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian
peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah
36
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404kptsOT.21062002 Tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan.
37
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Perizinan Usaha Pertanian Dan Peternakan`, Pasal 1 huruf r.
38
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404kptsOT.21062002 Tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan.
Universitas Sumatera Utara
mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor- faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
39
B. Tujuan Pemberian Izin Usaha Peternakan
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerau dan kuda, sedang kelompok kedua
yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing,
kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan.
Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil dagingnya mulai dimanfaatkan susu dan wol-nya. Setelah itu manusia juga memelihara sapi
dan kerbau untuk diambil kulit dan susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan
lain-lain. Ilmu pengetahuan tentang peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para siswa belajar disiplin ilmu seperti
ilmu gizi, genetika dan budi-daya, atau ilmu reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai dokter hewan, farmasi ternak, pengadaan ternak
dan industri makanan. Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem
peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan
pangan dan mengantaskan kemiskinan.
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2004 tentang Perizinan Usaha Pertanian dan Peternakan Pasal 2 dinyatakan :
1. Bahwa dalam rangka meningkatkan pengamanan konsumsi masyarakat yang
berasal dari usaha pertanian dan peternakan perlu dilakukan pengawasan kesehatan masyarakat Veteriner, pengawasan kesehatan hewan, pengawasan
kesejahteraan hewan serta pengawasan kesehatan hewan serta pengawasan
39
http:c-31120062.blogspot.com201306definisi-peternakan.html, diakses tanggal 14 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
kelayakan komoditi pertanian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
2. Bahwa untuk maksud tersebut pada ayat 1 di atas, maka Pemerintah Kota
Medan melakukan pengawasan dan pengendalian secara kesinambungan terhadap setiap usaha pertanian dan peternakan yang dilakukan oleh orang
pribadi maupun badan. 3.
Pengawasan dan pengendalian ditetapkan dalam bentuk perizinan dan tanda daftar sesuai dengan kriteria dan klasifikasi yang ditetapkan dalam peraturan
daerah ini. Pedoman perizinan dan pendaftaran usaha peternakan ini dimaksudkan
untuk memberikan pedoman bagi aparatur yang bertugas dibidang pelayanan perizinan, pembinaan dan pengawasan usaha peternakan di Kabupaten Kota
dengan tujuan untuk mempermudah dan memberikan kepastian usaha dibidang peternakan.
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan
limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh
aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga
sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini
diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya. Memberikan kesadaran kepada warga masyarakat akan pentingnya
memiliki surat Izin Usaha memang sedang giat-giatnya diusahakan Pemko
Universitas Sumatera Utara
Medan. Mengingat adanya otonomi daerah yang mengharuskan setiap Pemerintah Kabupaten Kota mengurusi sendiri masalah keuangannya. Banyak hal ditempuh
agar info seputar permasalahan ini bisa cepat sampai dan menjadi perhatian masyarakat.
C. Dasar Hukum Izin Usaha Peternakan dan Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Izin Usaha Peternakan di Kota Medan
Dasar hukum izin usaha peternakan antara lain : Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 18 tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di
Daerah; Perda Kota Medan No. 8 Tahun 2004 Tentang Perizinan Usaha Pertanian dan Perternakan, Perda Kota No. 23 Tahun 2009 tentang Larangan Usaha Ternak
Berkaki Empat. Perda Kota Medan No. 22 Tahun 2002 tentang Izin Gangguan. Lembaga yang berwenang mengeluarkan izin usaha peternakan adalah
Dinas Peternakan dimana seseorang apabila mempunyai usaha peternakan harus memperoleh izin usaha peternakan.
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang
demikian harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah
yang berwenang mengeluarkan izin tersebut. Misalnya izin keramaian atau izin mengeluarkan pendapat di muka umum, maka izin tersebut di dapatkan rnelalui
kepolisian setempat dimana keramaian akan dilakukan. Dalam kajian pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin maka dasarnya yang perlu dikaji adalah
kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang administrasi negara pemberian izin kepada masyarakat.
Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan.
Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi
Universitas Sumatera Utara
kepada pemerintah seperti Gubemur, BupatiWalikota untuk bertindak atas dasar
hukum dan atau dasar kebijaksanaan.
Di samping keleluasaan tadi, kepada aparatur pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar
pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai onrechtmatig overheaddaat. Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan
hukum balk formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui penyelewengan- kewenangan menurut undang-undang kompetentie. Adapun bentuk-bentuk dari
perbuatan administrasi negaraPemerintah itu dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi atas :
1. Perbuatan membuat peraturan
2. Perbuatan melaksanakan peraturan.
Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang perbuatan administrasi negaraPemerintah itu adalah sebagai berikut :
40
1. Berdasarkan faktor Feitlijke handeling.
2. Berdasarkan hukum recht handeling.
a Perbuatan hukum privat.
b Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi
atas: 1
Perbuatan hukum publik yang sepihak 2
Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif
ada dua macam tindakanperbuatan administrasi negarapemerintah, yakni :
41
1. Tindakan-tindakanperbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung
menimbulkan akibat-akibat hukurn. 2.
Tindakan-tindakanperbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan akibat-akibat hukum
40
Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hal. 4.
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu
dibagi ke dalam 4 empat macam perbuatan hukum administrasi negara, yaitu :
42
1. Penetapan beschiking,
Administrative dicretion. Sebagai perbuatan sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa negara
yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum tersebut hams sepihak eenzijdig dan harus bersifat administrasi negara. Artinya
realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara nyata kasual, individual.
2. Rencana Planning.
Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hulcuin yang mengikat antara
penguasa dan para warga masyarakat. 3.
Norma jabatan Concrete Normgeving. Merupakan suatu perbuatan hukum rechtshandeling dari penguasa
administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undang- undang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan
menurut keadaan waktu dan tempat. 4.
Legislasi Semu Pseudo Weigeving. Pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara
yang berwenang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman pelaksanaan policy kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang akan
tetapi dipublikasikan secara meluas. Memperhatikan batasan, ruing lingkup serta perbuatan-perbuatan dari
administrasi negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adalah merupakan suatu perangkat ketentuan yang memuat sekaligus memberikan cara
bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut negara dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu
42
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta; Ghalia Indonesia, 1983, hal. 102
Universitas Sumatera Utara
tujuan yang dikehendaki bersama. Dalarn praktek kehidupan sehari-hari sering kita menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat kewenangan aparatur
pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu Keputusan
Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB III PROSEDUR DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA PETERNAKAN