disekitar faktor penentu antigenik. Hal ini diusul kan terjadi selama sintesis protein, tetapi berbagai kesulitan ditemui dalam menjelaskan bagaimana ?-
globulin diinstruksi oleh antigen yang tidak dapat memperoleh akses ke bagian dalam dari sel, seperti bakteri. Berbagai hipotesa diajukan seperti,
pemrosesan antigen oleh makrofag untuk memproduksi fragmen kecil yang memperoleh akses ke limfosit. Namun berbagai kesulitan ditemui ketika
dinilai bahwa urutan asam amino primer dari antibodi mendeterminasikan struktur proteinnya. Bahkan secara lengkap antibodi dibeberkan dapat dibuat
berlipat ganda dalam keadaan tanpa antigen.
3. Teori Seleksi Klonal 1988-Saat ini
Teori pembentukan antibodi yang terpilih dikemukakan oleh Jerne 1955. Teori ini mengusulkan bahwa reseptor untuk antigen dihasilkan dalam sel
dalam keadaan tanpa antigen. Ide ini dikembangkan oleh Burnet 1957, yang mengusulkan bahwa sel ini sebelum meninggalkan reseptor secara selektif
dirangsang oleh antigen spesifik untuk memb elah dan berproliferasi menjadi klon sel pembentuk antibodi spesifik. Hal ini menjadi hipotesis seleksi klonal.
Dalam terminologi modern, terdapat reseptor pada sel B yang terpilih oleh antigen, dan ini berarti bahwa setiap sel B ditugaskan untuk memproduksi
antibodi yang sama yang hadir pada membran sel.
2.3.1 Antibodi Poliklonal
Antibodi serum adalah antibodi poliklonal, karena antibodi ini dihasilkan oleh turunan dari beberapa sel B yang mengenali epitop berbeda pada antigen
yang sama Decker 2006. Antibodi poliklonal dihasilkan dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh hewan lalu memurnikan antibodi dari
serum darah. Antibodi ini umumnya bereaksi dengan banyak epitop sehingga kurang spesifik dibandingkan dengan antibodi monoklonal Siagian 2002.
2.3.2 Produksi Antibodi Poliklonal
Antibodi spesifik dapat dibuat secara alamiah atau secara buatan melalui hibridoma. Pembuatan antibodi secara alamiah dilakukan dengan imunisasi pada
hewan, yaitu dengan menyuntikkan antigen yang kita inginkan. Sistem kekebalan
tubuh akan mengenali dan bereaksi terhadap antigen. Sel limfosit yang bersangkutan kemudian memperbanyak diri dan berkembang menjadi sel plasma
yang menghasilkan antibodi. Dalam hal ini antibodi yang terbentuk merupakan antibodi poliklonal dengan komposisi bervariasi dalam serum, baik sebagai akibat
imunisasi berulang, maupun akibat variasi yang terjadi selama reaksi kekebalan Mulyanto 1994.
Hewan yang sering digunakan untuk produksi antibodi poliklonal antara lain, ayam, domba, marmot, hamster, kuda, tikus, dan kambing. Pemilihan hewan
harus berdasarkan pada : 1 Jumlah antibodi yang dibutuhkan, 2 Hubungan antara donor antigen dan resipien penghasil antibodi secara umum hubungan filogenetik
yang lebih jauh, mempunyai potensi yang lebih baik untuk respon antibodi titer tinggi, 3 Karakteristik penting antibodi yang akan dibuat Wikipedia
1
2007. Beberapa manfaat antibodi poliklonal menurut Anonimus 2007 antara
lain : 1 Antibodi poliklonal sering mengenali banyak epitop, membuat antibodi ini lebih toleran terhadap perubahan kecil di alam dari antigen. Antibodi
poliklonal sering menjadi pilihan untuk deteksi protein terdenaturasi, 2 Antibodi poliklonal dapat dihasilkan pada berbagai spesies, antara lain kelinci, domba,
kambing, ayam dll, memberikan pengguna banyak pilihan dalam design eksperimen, 3 Antibodi poliklonal kadang-kadang digunakan ketika antigen
alami pada spesies tak teruji tidak diketahui, 4 Antibodi poliklonal memiliki sasaran banyak epitop, dan secara umum memberikan deteksi yang kuat.
Imunoglobulin G, IgG adalah kelas imunoglobulin yang terdapat dalam
konsentrasi tinggi dalam serum darah serta memainkan peran utama dalam mekanisme tanggap kebal yang diperantarai oleh antibodi. Karena ukurannya
yang relatif kecil maka zat itu lebih mudah keluar dari pembuluh darah dibandingkan molekul imunoglobulin yang lain, dan karena itu cepat mengambil
peran utama dalam mekanisme pertahanan pada ruang jaringan dan permukaan tubuh.
IgG dapat melakukan opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi antigen, tetapi hanya dapat mengaktivasi kaskade komplemen bila telah terkumpul cukup banyak
molekul dalam konfigurasi yang tepat pada permukaan antigen Tizard 1987. Konsentrasi Imunoglobulin serum pada hewan piara dan manusia ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Konsentrasi Imunoglobulin Serum pada Hewan Piara dan Manusia Tizard 1987
Spesies Tingkat Imunoglobulin mg100 ml
IgG IgM
IgA IgG T
IgG B IgE
Kuda Sapi
Domba Babi
Anjing Ayam
Manusia 1000-1500
1700-2700 1700-2000
1700-2000 1000-2000
300-700 800-1600
100-200 250-400
150-250 100-500
70-270 120-250
50-200 60-350
10-50 10-50
50-500 20-150
30-60 150-400
100-1500 -
- -
- -
- 10-100
- -
- -
- -
- -
- -
2.3-42 -
0.002-0.05 Uji yang mengukur tanggap kebal humoral terbagi dalam tiga kategori
yaitu : Yang paling peka dari segi jumlah antibodi yang dapat ditemukan adalah 1 Uji pengikatan primer, yang mengukur langsung interaksi antara antigen
dengan antibodi. Sebaliknya, 2 Uji pengikatan sekunder mengukur akibat pembentukan imunokompleks in vitro. Karena itu secara teoritis uji ini kurang
peka daripada uji pengikatan primer, tetapi sangat mudah untuk dilakukan. 3 Uji tersier mengukur akibat tanggap kebal in vivo. Dalam menentukan efek protektif
suatu antibodi pada hewan, uji tersier tidak hanya mengukur kombinasi antara antigen dan antibodi tetapi juga kemampuan opsonisasi kompleks ini maupun
kemampuan fagositosis dan penghancuran sel sistem fagositik mononuklir Tizard 1987. Jumlah antibodi terkecil yang dapat ditemukan dengan uji imunologis
terpilih ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Antibodi Berdasarkan Uji Imunologis Tizard 1987 Uji
µg proteinml Uji Pengikatan Primer
Elisa Uji kadar radioimun kompetitif
Uji Pengikatan Sekunder Uji cincin
Presipitasi Gel Aglutinasi bakteri
Hemaglutinasi pasir Penghambatan hemaglutinasi
Uji pengikatan komplemen Netralisasi virus
Aktifitas bakterisidal Netralisasi antito ksin
Uji Tersier In Vivo Anafilaksis kulit pasif
0,0005 0,00005
18 30
0,05 0,01
0,005 0,05
0,00005 0.00005
0,06
0,02
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai bulan Mei 2007, bertempat di Laboratorium Imunologi Veteriner Departemen Ilmu Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah delapan ekor marmut
Cavia Porcellus dewasa yang dipelihara di Kandang Rawat Inap Rumah Sakit Hewan RSH Institut Pertanian Bogor. Marmut tersebut berasal dari
PT Biofarma.
3.3 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, pakan marmot pelet, kapas, alkohol 70 , vaksin AI inaktif subtipe H5N1 dan H5N2
dengan minyak adjuvan, serum darah marmot, suspensi antigen virus standar AI H5N1 4HAU, suspensi sel darah merah 0,5 , NaCl fisiologis 0,85 ,
polyethilen glycol 6000, agarose, Na azide, PBS, dan akuades. Alat-alat yang digunakan antara lain, kandang pemeliharaan marmot, spuit 1 ml, spuit 3 ml,
microtube, microplate, mikro pipet, erlenmeyer, gelas obyek, puncher, mikrowave, neraca, dan pipet Mohr.
3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Persiapan Kandang dan Pakan Hewan Percobaan
Delapan ekor marmot ditempatkan pada dua buah kandang kandang A, disebut kelompok A dan kandang B, disebut kelompok B, sehingga masing-
masing kandang berisi empat ekor. Kemudian masing-masing kandang diberi identitas sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan, Air minum diberikan
secara ad libitum, sedangkan pakan yang diberikan adalah konsentrat pakan ikan
yang dikombinasi dengan hijauan. Kandang dilengkapi dengan alas yang