Analisis Jalur Struktural Pulau Jawa-Bali

Gambar 42. Diagram Jalur Struktural Sektor Konstruksi Jalan dan Jembatan di Sumatera terhadap Rumahtangga Jawa-Bali Tahun 2007 Keterangan: - TK27 = Tenagakerja Jawa-Bali - TK28 = Bukan tenagakerja kapital Jawa-Bali - RT30 = Rumahtangga pengusaha tani Jawa-Bali - RT33 = Rumahtangga golongan rendah kota Jawa-Bali - RT34 = Rumahtangga golongan atas kota Jawa-Bali - SP44 = Sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya Jawa-Bali - SP49 = Sektor perdagangan, restoran dan hotel Jawa-Bali - SP51 = Sektor bank dan asuransi

8.2. Analisis Jalur Struktural Pulau Jawa-Bali

Transmisi yang terjadi karena adanya shock sektor konstruksi dan jembatan di Jawa-Bali memberikan dampak langsung diatas 0.1 persen kepada rumahtangga Jawa-Bali, sementara terhadap rumahtangga Sumatera memberi dampak langsung yang kurang berarti karena lebih kecil dari 0.1 persen Lampiran 30. Transmisi dari sektor konstruksi jalan dan jembatan di Jawa-Bali dapat dilihat dari injeksi pada sektor konstruksi jalan dan jembatan dilakukan di Jawa-Bali misalnya sebesar 1 juta rupiah. Berdasarkan analisis yang dilakukan, rumahtangga yang paling besar mengalami peningkatan pendapatan adalah rumahtangga pengusaha golongan rendah di perkotaan RT33 sebesar 285 ribu rupiah Gambar 42, TK28 SP44 TK27 RT34 SP49 SP51 c 0.084 TK2 SP21 berikutnya rumahtangga pengusaha golongan atas di perkotaan RT34 sebesar 219 ribu rupiah, dan rumahtangga yang mengalami peningkatan terbesar ketiga sebesar 208 ribu rupiah adalah rumahtangga pengusaha tani RT30. Peningkatan pendapatan rumahtangga pengusaha golongan rendah di kota Jawa-Bali RT33 akibat injeksi di sektor jalan dan jembatan di Jawa-Bali SP47 lebih disebabkan karena peningkatan pendapatan tenagakerja di Jawa-Bali TK27. Hal ini terlihat dari nilai TIGI tertinggi untuk rumahtangga pengusaha golongan rendah di kota Jawa-Bali sebesar 41.40 persen Lampiran 31 yang menunjukkan rumahtangga pengusaha golongan rendah di kota Jawa-Bali adalah rumahtangga yang banyak berperan mengisi tenagakerja untuk sektor tersebut. Gambar 43. Diagram Jalur Struktural Sektor Konstruksi Jalan dan Jembatan di Jawa-Bali terhadap Rumahtangga Jawa-Bali Tahun 2007 TK28 SP49 TK27 RT30 0.084 c TK28 SP44 SP51 TK27 RT34 SP49 b 0.219 TK28 SP44 SP51 TK27 RT33 0.285 SP49 a SP47 SP47 SP47 Keterangan: - TK27 = Tenagakerja Jawa-Bali - TK28 = Bukan tenagakerja kapital Jawa-Bali - RT30 = Rumahtangga pengusaha tani Jawa-Bali - RT33 = Rumahtangga golongan rendah kota Jawa-Bali - RT34 = Rumahtangga golongan atas kota Jawa-Bali - SP44 = Sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya Jawa-Bali - SP47 = Sektor jalan dan jembatan Jawa-Bali - SP49 = Sektor perdagangan, restoran dan hotel Jawa-Bali - SP51 = Sektor bank dan asuransi Begitu juga dengan 2 golongan rumahtangga yang mengalami kenaikan pendapatan tertinggi lainnya, peningkatan pendapatan rumahtangga pengusaha golongan atas di kota dan rumahtangga pengusaha tani lebih disebabkan akibat adanya dampak langsung dari peningkatan pendapatan tenagakerja upah dan gaji. Hal ini dapat dilihat dari nilai TIGI tertinggi untuk kedua rumahtangga tersebut berada pada jalur pertama, yakni dari sektor konstruksi jalan dan jembatan di Jawa-Bali SP47 ditransmisikan ke tenagakerja di Jawa-Bali TK27 lalu kemudian ditransmisikan ke rumahtangga baik ke rumahtangga pengusaha golongan atas di kota Jawa-Bali RT34 dan rumahtangga pengusaha tani RT30. Masing-masing nilai besaran untuk persentase TIGI untuk jalur tersebut adalah sebesar 41.10 persen untuk rumahtangga golongan atas di kota Jawa-Bali RT34 dan sebesar 38.94 persen untuk rumahtangga pengusaha tani di Jawa-Bali RT30. Sektor konstruksi di Jawa-Bali masih bersifat labour intensive maka tidak mengherankan bila kenaikan penerimaan pendapatan tenagakerja upah gaji lebih tinggi dibandingkan kenaikan penerimaan pendapatan bukan tenagakerja modal. Analisis yang dilakukan dengan SPA menunjukkan kenaikan pendapatan rumahtangga secara keseluruhan di Jawa-Bali akibat kenaikan upah gaji besarnya hampir 3 kali lipat dibandingkan akibat kenaikan modal. Apabila dibandingkan 178 dengan transmisi yang terjadi di Sumatera pada sektor yang sama akibat adanya injeksi pada sektor konstruksi jalan dan jembatan di pulau Jawa-Bali, hanya rumahtangga di Jawa-Bali yang mengalami peningkatan pendapatan efek intra- regional, sedangkan rumahtangga di Sumatera relatif tidak menikmati peningkatan pendapatan. Artinya tidak ada inter-regional effect yang disebabkan injeksi pada sektor konstruksi jalan dan jembatan di Jawa-Bali terhadap rumahtangga di Sumatera. Kondisi ini menunjukkan sektor jalan dan jembatan di Jawa-Bali hanya menyerap tenagakerja yang berasal dari Jawa-Bali sendiri, artinya sektor jalan dan jembatan di Jawa-Bali tidak melakukan “impor” tenagakerja dari Sumatera sehingga tidak berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenagakerja dari Sumatera. 179

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum public policy. Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario untuk simulasi kebijakan yang berkaitan dengan investasi sektor jalan dan jembatan. Simulasikebijakan dalam penulisan ini dimaksudkan guna mengetahui dampak masing-masing skenario terhadap output sektoral, peningkatan pendapatan dan distribusi pendapatan institusi khususnya rumahtangga di Jawa-Bali dan Sumatera. Berdasarkan prinsip bahwa jalan merupakan biaya modal kapital, dan mengingat jalan juga merupakan pengeluaran pemerintah public spending, maka simulasi dilakukan dengan cara memberikan shock melalui neraca kapital pada kolom pengeluaran kerangka IRSAMJASUM 2007 pada tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2010. Skenario ditentukan berdasarkan nilai aktual investasi jalan nasional dan dimaksudkan untuk melihat variasi dampak shock guncangan output untuk Jawa-Bali dan Sumatera kondisi aktual hingga skenario “keberpihakan” pada wilayah Jawa-Bali atau Sumatera. Analisis dilakukan untuk memperoleh potret output, faktor produksi dan institusi dengan adanya beberapa skenario tersebut, khususnya kesenjangan yang terjadi. Pembiayaan jalan pada prinsipnya digunakan untuk capacity expansion pengembangan kapasitas dan preservasi mencakup rekonstruksi, rehabilitasi, dan pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan berkala dan pemeliharaan rutin. Penganggaran yang diberikan sebagian besar digunakan untuk preservasi dan hanya sebagian kecil untuk meningkatkan kapasitas jalan, baik pembangunan jalan baru maupun pelebaran jalan. Alokasi biaya untuk pembangunan jalan nasional terutama di wilayah Barat Indonesia didasarkan oleh nilai Benefit Cost