Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output

(1)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI

INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA:

ANALISIS INPUT-OUTPUT

OLEH

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing

oleh ALLA ASMARA).

Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.

Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

Infrastruktur yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Karena keterbatasan data maka dalam penelitian ini Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Input-Output Indonesia tahun 2005 yang dijadikan sebagai kerangka acuan untuk melihat peranan infrastruktur terhadap perekonomian Indonesia, dimana perubahan-perubahan yang terjadi tiap tahunnya (misalnya pengaruh teknologi) dianggap konstan. Analisis yang digunakan dalam


(3)

penelitian ini yaitu analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, analisis multiplier dan analisis dampak investasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi daripada keterkaitan ke depannya yang berarti bahwa infrastruktur lebih berperan dalam meningkatkan produksi sektor lain yang outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.

Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah guna meningkatkan peranan infrastruktur di Indonesia hendaknya pemerintah lebih berupaya untuk mendorong kapasitas produksinya karena kemampuannya masih kurang dalam menyediakan input bagi sektor lain, diantaranya adalah dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang tepat juga mengatasi berbagai kendala investasinya sehingga dapat menarik kembali minat dari investor untuk berinvestasi pada sektor tersebut. Saran lainnya yaitu apabila kebijakan pemerintah ditujukan untuk meningkatkan output seluruh sektor perekonomian maka dana investasi infrastruktur sebaiknya dialokasikan pada sektor listrik, gas dan air bersih, karena nilainya merupakan yang paling besar diantara sektor kategori infrastruktur lainnya. Sedangkan apabila tujuan pemerintah ingin meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian, maka dana investasi tersebut sebaiknya dialokasikan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.


(4)

Oleh

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

Judul Skripsi : Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output

Nama : Chandra Darma Permana

NIM : H14050184

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002


(6)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana H14050184


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Chandra Darma Permana lahir pada tanggal 25 Desember 1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).


(8)

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.

2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas

segala dukungan dan kebersamaannya.

5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja sama dan dukungannya.


(9)

6. Audrey Pineau atas segala bentuk motivasi dan dukungannya.

7. Seluruh keluarga di Surabaya, Bandung dan Bogor atas semua bantuannya baik moril maupun materiil.

Penulis juga berterima kasih kepada para peserta Seminar Hasil Penelitian skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana


(10)

iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Teori ... 8

2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11

2.1.3. Model Input-Output ... 13

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18

2.1.6. Kerangka Analisis ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Data ... 30

3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33

3.2.3. Analisis Multiplier ... 35


(11)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI

INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA:

ANALISIS INPUT-OUTPUT

OLEH

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing

oleh ALLA ASMARA).

Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.

Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

Infrastruktur yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Karena keterbatasan data maka dalam penelitian ini Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Input-Output Indonesia tahun 2005 yang dijadikan sebagai kerangka acuan untuk melihat peranan infrastruktur terhadap perekonomian Indonesia, dimana perubahan-perubahan yang terjadi tiap tahunnya (misalnya pengaruh teknologi) dianggap konstan. Analisis yang digunakan dalam


(13)

penelitian ini yaitu analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, analisis multiplier dan analisis dampak investasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi daripada keterkaitan ke depannya yang berarti bahwa infrastruktur lebih berperan dalam meningkatkan produksi sektor lain yang outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.

Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah guna meningkatkan peranan infrastruktur di Indonesia hendaknya pemerintah lebih berupaya untuk mendorong kapasitas produksinya karena kemampuannya masih kurang dalam menyediakan input bagi sektor lain, diantaranya adalah dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang tepat juga mengatasi berbagai kendala investasinya sehingga dapat menarik kembali minat dari investor untuk berinvestasi pada sektor tersebut. Saran lainnya yaitu apabila kebijakan pemerintah ditujukan untuk meningkatkan output seluruh sektor perekonomian maka dana investasi infrastruktur sebaiknya dialokasikan pada sektor listrik, gas dan air bersih, karena nilainya merupakan yang paling besar diantara sektor kategori infrastruktur lainnya. Sedangkan apabila tujuan pemerintah ingin meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian, maka dana investasi tersebut sebaiknya dialokasikan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.


(14)

Oleh

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(15)

Judul Skripsi : Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output

Nama : Chandra Darma Permana

NIM : H14050184

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002


(16)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana H14050184


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Chandra Darma Permana lahir pada tanggal 25 Desember 1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).


(18)

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.

2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas

segala dukungan dan kebersamaannya.

5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja sama dan dukungannya.


(19)

6. Audrey Pineau atas segala bentuk motivasi dan dukungannya.

7. Seluruh keluarga di Surabaya, Bandung dan Bogor atas semua bantuannya baik moril maupun materiil.

Penulis juga berterima kasih kepada para peserta Seminar Hasil Penelitian skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana


(20)

iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Teori ... 8

2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11

2.1.3. Model Input-Output ... 13

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18

2.1.6. Kerangka Analisis ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Data ... 30

3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33

3.2.3. Analisis Multiplier ... 35


(21)

v

IV. GAMBARAN UMUM ... 39

4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor Infrastruktur ... 39

4.2. Perkembangan Tenaga Kerja di Sektor Infrastruktur ... 42

4.3. Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia ... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1. Analisis Keterkaitan ... 53

5.1.1. Keterkaitan Total ke Depan ... 54

5.1.2. Keterkaitan Total ke Belakang ... 56

5.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 58

5.2.1. Koefisien Penyebaran... 59

5.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 60

5.3. Analisis Multiplier ... 61

5.3.1. Multiplier Output ... 62

5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 64

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 66

5.4. Simulasi Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(22)

vi

1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan

Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah) ... 2 1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 3 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ... 16 2.2. Penelitian Terdahulu tentang Infrastruktur ... 25 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 36 4.1. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 39 4.2. Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Luar Negeri di Indonesia yang

Disetujui Pemerintah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006

(Miliar Rupiah) ... 40 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu

yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2004 dan 2009 ... 42 4.4. Nilai Realisasi Konstruksi Berdasarkan Tipe Konstruksi Tahun

2002-2007 (Juta Rupiah) ... 48 4.5. Jumlah Penumpang dan Barang Datang dari Bandara Indonesia

Tahun 1995-2005 ... 50 5.1. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 9 Sektor ... 54 5.2. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 20 Sektor .... 55 5.3. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 9 sektor ... 60 5.4. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 20 Sektor ... 61 5.5. Muliplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005.. 63 5.6. Muliplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 65 5.7. Muliplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 67 5.8. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Perubahan


(23)

vii

5.9. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Perubahan

Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor (Miliar Rupiah) ... 71 5.10. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Perubahan

Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor (Ribu Orang) ... 73 5.11. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Output (Miliar

Rupiah), Pendapatan (Miliar Rupiah) dan Tenaga Kerja (Ribu Orang) Klasifikasi 9 Sektor ... 74 5.12. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Output (Miliar

Rupiah), Pendapatan (Miliar Rupiah) dan Tenaga Kerja (Ribu Orang) Klasifikasi 20 Sektor ... 76


(24)

viii

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29 4.1. Energi Listrik Terjual per Kelompok Pelanggan (MVA) ... 44 4.2. Perkembangan Produksi dan Penjualan Gas Kota Tahun 1995-2006 .... 45 4.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan

Tahun 1995-2006 ... 46 4.4. Jumlah Penumpang dan Barang Melalui Transportasi Kereta Api

Indonesia Tahun 1995-2008 ... 49 5.1. Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia ... 53 5.2. Kuadran Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian


(25)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005

Berdasarkan Hasil Agregasi ... 83 2. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar

Harga Produsen 9 Sektor Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 84 3. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan merata sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu peran pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan, juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang.

Peran infrastruktur sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah sangat dibutuhkan untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi. Secara ekonomi makro, ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi

marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Gie, 2004). Sehingga perannya sangat penting baik dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi dan ekspor.

Pertumbuhan infrastruktur sempat mengalami penurunan signifikan akibat depresiasi rupiah saat terjadi krisis ekonomi 1997/1998. Pada tahun 1998 pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih turun menjadi 3,1 persen dari tahun sebelumnya. Sektor kategori infrastruktur lainnya seperti bangunan serta pengangkutan dan komunikasi merosot drastis menjadi negatif masing-masing


(27)

2

36,5 persen dan 15,1 persen (Bappenas, 2003). Pengalaman dunia internasional menunjukkan bahwa ketika suatu negara terkena krisis ekonomi maka alokasi infrastruktur merupakan hal pertama yang dikorbankan. Ini juga terjadi di Indonesia, perhatian utama pemerintah pada waktu itu terfokus pada pembenahan kebijakan moneter sehingga pembangunan infrastruktur menjadi stagnan.

Kondisi infrastruktur di Indonesia dalam 10 tahun terakhir sejak terjadinya krisis ekonomi 1997/1998 belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Menurunnya pembangunan infrastruktur dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap PDB

(Produk Domestik Bruto) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3 persen (2005

hingga 2007). Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari PDB. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur (GEI) dan realisasi investasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir.

Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah)

Tahun GEI Investasi

1997 38.359,00 447.408,80 1998 67.869,00 264.596,80 1999 78.311,00 245.191,90 2000 25.800,00 298.946,10 2001 41.600,00 310.785,70 2002 37.300,00 307.584,60 2003 69.200,00 310.776,90 2004 68.400,00 359.604,40 2005 53.384,00 389.757,20 2006 83.077,00 404.606,60 Sumber: BPS, 1997-2006 (diolah)


(28)

Dana investasi infrastruktur Indonesia sangat kecil yaitu hanya sekitar tiga persen dari PDB dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam 9,9 persen, China 7,4 persen, dan Thailand 15,4 persen1. Hal ini menjadi salah satu penyebab daya saing dan daya tarik investasi Indonesia merosot dibandingkan negara tetangga, karena itu komitmen pemerintah sangat diperlukan dalam membangun infrastruktur yang memadai. Dengan anggaran yang terbatas maka pemerintah

perlu mendorong pembiayaan infrastruktur yang mudah dan accountable agar bisa

mendongkrak investasi di Indonesia.

Tabel 1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen)

Sumber: BPS, 2007

Keterangan: *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Berdasarkan data BPS, jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, kontribusi infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun sempat mengalami stagnasi pada tahun-tahun tertentu di beberapa sektor (Tabel 1.2). Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki kontribusi sebesar 0,66 persen di

1

Berdasarkan artikel berjudul “Dana Infrastruktur Indonesia Tergolong Kecil” dapat dilihat pada

Harian Kompas, 12 Mei 2008.

No. Lapangan Usaha Tahun

2003 2004 2005 2006*) 2007**)

1 Pertanian 15,24 14,92 14,50 14,20 13,83 2 Pertambangan dan Penggalian 10,63 9,66 9,44 9,10 8,73 3 Industri Pengolahan 28,01 28,37 28,08 27,83 27,40

4 Listrik, Gas dan Air bersih 0,66 0,66 0,66 0,66 0,69

5 Bangunan 5,68 5,82 5,92 6,08 6,21

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 16,26 16,37 16,77 16,92 17,26

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 5,42 5,85 5,85 6,24 7,28

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

perusahaan 8,90 9,12 9,12 9,21 9,35 9 Jasa-jasa 9,20 9,23 9,23 9,18 9,27 PDB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


(29)

4

tahun 2003 dan terjadi stagnasi selama 3 tahun berikutnya, namun pada tahun 2007 kontribusinya meningkat menjadi 0,69 persen. Sektor bangunan mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2003 sektor ini memiliki kontribusi sebesar 5,68 persen dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 6,21 persen di tahun 2007. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun sempat terjadi stagnasi di tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, infrastruktur mempunyai kontribusi terhadap PDB yang sangat kecil, jauh persentasenya dibandingkan dengan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian.

Infrastruktur yang terpuruk dalam kerusakan mengakibatkan turunnya tingkat pelayanan sehingga dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja dan pada akhirnya akan banyak perusahaan keluar dari bisnis atau membatalkan ekspansinya. Karena itulah infrastruktur sangat berperan dalam proses produksi dan merupakan prakondisi yang sangat diperlukan untuk menarik akumulasi modal sektor swasta. Keberadaan infrastruktur juga akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi, dan sebaliknya apabila mengabaikannya maka akan menurunkan produktivitasnya. Infrastruktur bisa menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri.


(30)

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Bappenas (2003) upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penyediaan jasa pelayanan sarana dan prasarana menghadapi tiga dimensi permasalahan. Pertama, pembangunan sarana dan prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat besar, waktu pengembalian modal yang panjang, penggunaan lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala ekonomi tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi nasional pada saat ini sangat terbatas, baik dana yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Kedua, pembangunan sarana dan prasarana merupakan prakondisi bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang. Peningkatan jumlah penduduk mendorong perlunya tambahan pelayanan sarana dan prasarana. Ketiga, menghadapi persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan masyarakat akan jasa pelayanan sarana dan prasarana memerlukan restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha pelayanan jasa sarana dan prasarana.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi


(31)

6

pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia?

2. Bagaimana indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di

Indonesia?

3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor

perekonomian lain di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor

perekonomian lain di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di

Indonesia.

2. Menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia.

3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.


(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan skala prioritas pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur sehingga dapat menunjang sektor-sektor lain guna meningkatkan perekonomian nasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat dan menjadi bahan informasi bagi penelitian mendatang di bidang yang sama.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang dibagi kembali menjadi beberapa subsektor pada bagian analisis tertentu. Sektor-sektor kategori infrastruktur yang diteliti tersebut disesuaikan dengan sektor-sektor yang terdapat pada Tabel Input-Output Indonesia. Mengingat keterbatasan data, maka dalam penelitian ini tabel yang digunakan adalah Tabel Input-Output tahun 2005 sehingga data akan bersifat statis atau hanya mencerminkan struktur perekonomian pada periode tahun analisis. Begitupun perubahan-perubahan yang terjadi diluar tahun periode analisis tidak begitu diperhatikan.


(33)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Definisi Infrastruktur

World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi 3, yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, lapangan terbang).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi.

Selain itu menurut Jacobs et. al dalam Sibarani (2002) infrastruktur dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable) dan tidak dapat dipisahkan-pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya. 2. Infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure), seperti gas, listrik,

telepon dan pengadaan air minum.

Bappenas (2003) menyatakan bahwa secara umum paling tidak terdapat 3 dimensi relasi antara ekonomi dan infrastruktur, yaitu:


(34)

1. Kegiatan ekonomi, seperti halnya keberadaan jalan, jembatan, listrik, dan telepon yang mendasari terciptanya transaksi dalam perekonomian.

2. Infrastruktur juga merupakan input produksi, seperti halnya penggunaan listrik untuk proses produksi di semua industri.

3. Akses terhadap infrastruktur menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini misalnya; peran air minum dan sanitasi yang baik, layanan transportasi dan listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat modern.

Infrastruktur menurut Kamus Besar Ekonomi (Winarno dan Ismaya, 2007) adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya proses usaha, pembangunan proyek dan sebagainya, seperti jalan raya, rel kereta api, rumah sakit, gedung sekolah dan sebagainya.

Berdasarkan kesepakatan internasional, umumnya terdapat sembilan sektor ekonomi utama di suatu negara. Kesembilan sektor tersebut dibuat berdasarkan pendapatan (nilai barang dan jasa yang diproduksi) oleh masing-masing sektor atau dapat juga berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor tersebut. Dari kesembilan sektor tersebut terdapat tiga sektor besar yang tergolong kedalam infrastruktur, yaitu:

1. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Subsektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor-sektor itu sendiri. Produksi listrik


(35)

10

merupakan jumlah KWH tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik yang terjual, digunakan sendiri serta susut dalam transmisi dan distribusi.

Subsektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas kota kepada konsumen, baik kepada sektor lain maupun ke rumah tangga dengan menggunakan pipa. Gas kota adalah gas yang diperoleh dari proses penyaluran gas alam. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).

Subsektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian, dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga maupun ke sektor lain sebagai pemakai.

2. Sektor Konstruksi

Sektor ini mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Subsektor pengangkutan meliputi kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang melalui darat, laut, sungai, danau penyeberangan dan udara. Termasuk disini jasa penumpang angkut yang mencakup pemberian jasa atau penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, seperti jasa-jasa terminal, pelabuhan, bongkar muat, keagenan, ekspedisi, jalan tol, pergudangan dan jasa penunjang lainnya.


(36)

Subsektor komunikasi meliputi kegiatan penyampaian berita dengan menggunakan sarana pos dan telekomunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel, telepon (fixed phone dan cellular), telegram, wartel dan sebagainya.

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian

Pada dasarnya peranan infrastruktur dalam perekonomian adalah sangat penting dan sentral. Infrastruktur dipahami sebagai enabler berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Hirschman dalam Yanuar (2006) yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan

bagian dari social overhead capital yang mutlak diperlukan untuk menggerakkan

sektor-sektor ekonomi lainnya.

Todaro (2000) menjelaskan kaitan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi, bahwa yang tercakup dalam pengertian infrastruktur adalah aspek fisik dan finansial yang terkandung dalam jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan udara dan bentuk-bentuk sarana transportasi lainnya dan komunikasi ditambah air bersih, lembaga-lembaga keuangan, listrik dan pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat kecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.

Kajian teori pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat landasan


(37)

12

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan dukungan penyediaan infrastruktur, yang pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan.

Pendekatan pertama, yaitu penyediaan prasarana berdasarkan kebutuhan (demand

approach) termasuk didalamya untuk memelihara prasarana yang telah dibangun. Pendekatan kedua, yaitu penyediaan prasarana untuk mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi pada suatu daerah tertentu (supply approach). Pada saat ketersediaan dana sangat terbatas, maka prioritas lebih diarahkan kepada pendekatan pertama (demand approach), sedangkan pada saat kondisi ekonomi sudah membaik maka pembangunan prasarana baru untuk mendorong tumbuhnya suatu wilayah dapat dilaksanakan (Propenas dalam Bulohlabna, 2008).

Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi


(38)

pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.

Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat dari PDB, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap PDB lebih besar dari satu. Apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar teori Wagner ini adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Mangkoesoebroto, 2001). Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna membiayai tuntutan masyarakat akan kemudahan mobilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi.

2.1.3. Model Input-Output

Semenjak ditemukan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel Input-Output (I-O) telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima. Tabel Input-Output ini tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Tujuan utama dari Model Input-Output adalah untuk menjelaskan besarnya arus industri


(39)

14

atau intersektor sehubungan dengan tingkat produksi masing-masing sektor. Dalam aplikasinya, model ini didasarkan atas model keseimbangan umum.

Tabel I-O merupakan tabel yang menyajikan gambaran informasi dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Kemampuan tabel ini dalam memberikan gambaran menyeluruh antara lain terkait dengan beberapa hal sebagai berikut (Sahara et.al, 2007):

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.


(40)

Beberapa kegunaan analisis I-O dalam penelitian perekonomian suatu wilayah antara lain:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,

impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor.

2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama

dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan

tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan dan sektor-sektor

yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Untuk menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.

6. Untuk melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat dijadikan landasan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan lebih lanjut.

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output

Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, format Tabel I-O disajikan pada Tabel 2.1.

Pada tabel diperlihatkan bahwa isian angka-angka sepanjang baris (bagian horizontal) merupakan output yang diproduksi suatu sektor untuk dialokasikan kepada permintaan antara (intermediate demand). Permintaan antara adalah


(41)

16

permintaan atas sejumlah produksi barang dan jasa terhadap permintaan akhir yang merupakan permintaan barang dan jasa untuk konsumsi.

Tabel 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Alokasi Input Susunan Input Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Output Sektor Produksi

1 2 … n

Input Antara

Sektor Produksi

1 x11 x12 … x1n F1 X1

2 x21 x22 … x2n F2 X2

. . . . . .

. . . . . .

n xn1 xn2 … xnn Fn Xn

Jumlah Input Primer V1 V2 … Vn

Total Input X1 X2 … Xn

Sumber: Miller dan Blair dalam Sahara et.al, 2007 (dimodifikasi)

Jika diperlihatkan secara baris (horizontal) maka alokasi output dapat diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:

x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1

x21 + x22+….+ x2n + F2 = X2

. . . . . .

xn1 + xn2+….+ xnn + Fn = Xn

dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

Xi Fi xij i

j 1

untuk i = 1, 2, 3 … dst

dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh

sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah total

output sektor i.

Sementara isian angka-angka dalam kolom menunjukkan input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk melaksanakan produksi. Suatu sektor pada sektor produksi jika angka-angka yang berada pada


(42)

kolom (vertikal) dibaca seperti cara baris diatas maka persamaan secara aljabar dapat ditulis menjadi:

x11 + x21+ ….+ xn1 + V1 = X1

x12 + x22+ ….+ xn2 + V2 = X2

. . . . . .

x1n + x2n+ ….+ xnn + Vn = Xn

dan secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

j

i

Xj Vj xij

1

untuk j = 1, 2, 3 … dst

dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.

Dalam analisis Tabel Input-Output, sistem persamaan diatas memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya secara umum matriks dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV, dengan masing-masing penjelasan dan arti kuadran tersebut sebagai berikut:

1. Kuadran I (Intermediate Quadran)

Setiap sel pada kuadran satu merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian.

2. Kuadran II (Final Demand Quadran)

Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah


(43)

18

output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Input Quadran)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output

Dalam penerapan model Input-Output menurut Jensen dan West dalam Sahara et.al (2007) terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu:

1. Keseragaman (Homogenity)

Setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input atau output sektor yang berbeda.

2. Penjumlahan (Additivity)

Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah.


(44)

3. Kesebandingan (Proportionality)

Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya suatu sektor akan berubah sebanding dengan berubahnya total output sektor tersebut.

Selain asumsi-asumsi tersebut diatas, Tabel I-O sebagai metode analisis kuantitatif memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Koefisien input atau koefisien teknis dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

2.1.6. Kerangka Analisis

Menurut Jensen et.al (1979) aspek-aspek analisis Input-Output yang berfungsi dan berkedudukan penting dalam analisis perekonomian yaitu:

1. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu


(45)

20

sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi

keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan

keterkaitan antar sektor atau industri dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor atau industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan oleh matriks

kebalikan Leontief (α) karena matriks ini mengandung informasi penting tentang

struktur antar sektor perekonomian. 2. Analisis Multiplier

Analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel-variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Ada tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis multiplier yaitu output sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Oleh karena itu dikenal tiga jenis multiplier, yaitu:

a. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers)


(46)

menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak langung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matriks kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam wilayah atau negara. b. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya

perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tapi juga dividen bunga bank (Jensen, 1979).

c. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari Tabel I-O, karena dalam Tabel I-O tidak mengandung

elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh

dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.

d. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian karena


(47)

22

adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah atau negara. Respon atau efek dari multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dampak awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan

sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefsien tenaga kerja.

2. Efek Putaran Pertama (First Round Effect)

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung. Sedangkan dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

3. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja


(48)

putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

4. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

5. Efek Lanjutan (Flow-on Effect)

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengkaji tentang infrastruktur dengan menggunakan analisis Input-Output yang penulis ketahui dapat dilihat pada Tabel 2.2. Penelitian tersebut mengkaji peranan infrastruktur pada skala yang lebih mikro yaitu pada provinsi Jawa Barat. Sedangkan penelitian lainnya mencoba menganalisis keterkaitan antara pengeluaran pembangunan infrastruktur dengan beberapa variabel ekonomi seperti pendapatan nasional, jumlah pengangguran dan jumlah kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan dan


(49)

24

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengkaji infrastruktur di Indonesia dengan menggunakan alat analisis Tabel Input-Output, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Selain untuk melihat bagaimana peranan infrastruktur dalam skala nasional, pada penelitian ini akan ditambahkan analisis dampak investasi untuk melihat bagaimana pengaruh dari pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perekonomian lain di Indonesia. Melalui analisis tersebut dapat diketahui sektor kategori infrastruktur mana yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Pada penelitian sebelumnya diharapkan bahwa pemerintah dapat menyusun strategi pembangunan yang tepat dan terarah untuk menentukan skala prioritas bagi infrastruktur untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi saat ini seperti pengangguran, kemiskinan dan juga cara untuk meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah tersebut dimana hasilnya dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan di bidang infrastruktur pada skala nasional.


(50)

(2005) dan ke belakang serta multiplier yang ditimbulkan oleh sektor infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Propinsi Jawa Barat?

dan ke belakang serta multiplier yang ditimbulkan oleh sektor infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Propinsi Jawa Barat.

menjadi 18, 10 dan 8 sektor. Menggunakan analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan multiplier.

persewaan dan jasa perusahaan serta memiliki keterkaitan ke belakang terbesar dengan sektor industri pengolahan.

2. Sektor infrastruktur mempunyai koefisien dan kepekaan

penyebaran lebih besar dari satu.

3. Sektor infrastruktur mempunyai nilai multiplier output lebih besar dibandingkan multiplier pendapatan dan tenaga kerjanya.

substitusi yang berbasis sumberdaya lokal. 2. Apabila kebijakan difokuskan untuk meningkatkan output, pendapatan dan tenaga kerja maka subsektor air bersih merupakan subsektor yang perlu diprioritaskan pemerintah Jawa Barat.

Amalia Dwi Syahputri Lubis (2008)

Bagaiman peran dan keterkaitan antara pembangunan infrastruktur dan pendapatan nasional Indonesia dan bagaimana keterkaitan antara pendapatan nasional dan beberapa variabel ekonomi lainnya? Menganalisis peranan dan keterkaitan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan pendapatan nasional dan menganalisis keterkaitan antara pendapatan nasional dan beberapa variabel ekonomi lainnya.

Data time series tahun 1976-2008 Indonesia yaitu data PDB, pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, angkatan kerja, inflasi, penerimaan pemerintah, jumlah pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Menggunakan analisis Two-Stage Least Square.

1. Keterkaitan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan pendapatan nasional adalah positif.

2. Angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional sedangkan inflasi dan krisis ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nasional.

1. Perlu dikaji jenis-jenis infrastruktur apa yang efektif mampu menyerap angkatan kerja setiap tahunnya.

2. Perlu dilakukan

pembenahan infrastruktur baik kualitas maupun kuantitas.

3. Pemerintah perlu menyusun strategi pembangunan dan pembiayaan infrastruktur untuk menentukan skala prioritas.


(51)

Tabel 2.2. Lanjutan Ardianti Niken Muslikhah (2008) Bagaimana bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dengan jumlah penganggur di Indonesia, bagaimana bentuk

keterkaitannya dengan berbagai variabel ekonomi, dan upaya apa yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penganggur? Mengidentifikasi bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dengan jumlah penganggur di Indonesia, mengidentifikasi bentuk keterkaitan antara berbagai variabel ekonomi dengan jumlah penganggur dan mengetahui upaya yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengurangi jumlah penganggur.

Data time series tahun 1976-2008 Indonesia yaitu data pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, pendapatan nasional, upah minimum, inflasi, pengangguran,

investasi, penerimaan pemerintah, angkatan kerja dan tenaga kerja. Menggunakan analisis

Two-Stage Least Square.

1. Pengangguran signifikan dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur. 2. Pengangguran juga secara

signifikan dipengaruhi oleh upah minimun dan inflasi. Pendapatan nasional tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penganggur.

1. Pemerintah meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, karena adanya peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur akan mampu mengurangi jumlah penganggur di Indonesia.

2. Pemerintah lebih berhati-hati dalam menetapkan tingkat upah minimum agar tidak memperparah kondisi jumlah penganggur di Indonesia. Fatin Catur Lestari (2008) Bagaimana bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan berbagai variabel ekonomi lainnya, yakni pendapatan perkapita, investasi dan pengangguran dengan jumlah kemiskinan di Indonesia? Menganalisis bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan berbagai variabel ekonomi lainnya, yakni pendapatan perkapita, investasi dan pengangguran dengan jumlah kemiskinan di Indonesia.

Data time series tahun 1976-2008 Indonesia yaitu data jumlah penduduk miskin, pendapatan perkapita, investasi, dan pengangguran. Menggunakan analisis Two-Stage Least Square.

1. Secara parsial, pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh nyata terhadap kemiskinan. 2. Dari hasil regresi, pengeluaran

pemerintah untuk infrastruktur memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi

pengangguran, namun tidak berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan dan peningkatan investasi.

1. Pengeluaran pemerintah perlu ditingkatkan untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja.

2. Pemerintah perlu menyusun strategi pembangunan dan pembiayaan infrastruktur yang lebih terarah dan tepat sasaran.


(52)

2.3. Kerangka Pemikiran

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan infrastruktur di tingkat nasional dan daerah menjadi sangat besar. Keadaan ini juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang berarti semakin meningkatnya kebutuhan akan pelayanan (dalam hal ini infrastruktur). Untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah tersebut maka pembangunan sektor infrastruktur sangatlah diperlukan.

Namun masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan sektor infrastruktur tidak dapat bekerja dengan optimal seperti pembangunan sarana dan prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat besar, waktu pengembalian modal yang panjang, investasi yang rendah, penggunaan lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu yang panjang untuk mencapai skala ekonomi tertentu dan berbagai kendala lainnya yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan sektor tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor lainnya yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan klasifikasi Tabel Input-Output Indonesia, dalam penelitian ini infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar, yaitu: sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor–sektor


(53)

28

tersebut berperan penting sebagai penyedia input utama bagi sektor lain. Dalam jangka pendek pertumbuhan infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan tenaga kerja. Sedangkan dalam jangka menengah dan panjang akan mendukung efisiensi dan produktivitas sektor terkait. Peningkatan aktivitas dari sektor infrastruktur akan mempengaruhi tingkat output dari sektor lain. Peningkatan output dalam perekonomian pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk memperlihatkan pentingnya peranan infrastruktur tersebut maka pada penelitian ini dilakukan analisis Tabel Input-Output yang diolah dengan

menggunakan program GRIMP versi 7.2 dan Microsoft Excell yang dapat

menunjukkan keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran, dampak multiplier, dan dampak investasi infrastruktur terhadap perekonomian. Kerangka pemikiran secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(54)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perekonomian Indonesia

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Analisis Input-Output

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis Multiplier

Peranan Infrastruktur dalam Perekonomian Pembangunan Infrastruktur

Kendala: Penggunaan kapital besar Investasi rendah Dana terbatas dll

Kebutuhan Infrastruktur Besar

Analisis Dampak Investasi


(55)

30

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Adapun data yang diperlukan untuk keperluan analisis adalah Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 yang merupakan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen klasifikasi 175 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 20 sektor untuk melihat peranan 14 subsektor infrastruktur dan diagregasi kembali menjadi 9 sektor untuk melihat peranan 3 sektor infrastruktur besar (Lampiran 1). Untuk data tenaga kerja 14 subsektor infrastruktur, karena data ini tidak tersedia secara rinci maka dilakukan proporsi dengan cara membagi upah suatu sektor dengan upah sektor kelompok tersebut dikali dengan jumlah tenaga kerja kelompok sektor tersebut (Iskandar, 2005). Data sekunder ini diperoleh dari instansi-instansi terkait yang sesuai dengan penelitian ini seperti BPS, LSI dan lembaga-lembaga lain yang terkait serta dari buku, internet dan literatur.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat keras komputer, perangkat lunak GRIMP 7.2 dan Microsoft Excel. Pemilihan perangkat lunak

GRIMP 7.2 ini didasari atas kemampuannya melakukan perhitungan untuk keperluan analisis Input-Output.

3.2. Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan infrastruktur terhadap sektor-sektor lainnya adalah Tabel Input-Output. Dengan model I-O ini


(56)

maka dampak infrastruktur terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja dan nilai tambah bruto dapat diketahui berdasarkan matriks kebalikan Leontief. Sedangkan untuk mengetahui peranan infrastruktur dapat dikaji berdasarkan analisis multiplier dan analisis keterkaitan.

Dari persamaan yang disajikan sebelumnya yaitu: x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1

x21 + x22+….+ x2n + F2 = X2

. . . . . .

xn1 + xn2+….+ xnn + Fn = Xn . . . (1)

dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

Xi Fi xij i

j 1

untuk i = 1, 2, 3 … dsb

dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh

sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah total

output sektor i.

Jika diketahui matriks koefisien teknis

aij = xij/Xj . . . (2)

maka jika persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) maka akan didapat persamaan sebagai berikut:

a11X1 + a12X2+….+ a1nXn + F1 = X1

a21X1 + a22X2+….+ a2n Xn + F2 = X2

. . . . . .

an1X1 + an2X2+….+ annXn + Fn = Xn . . . (3)


(57)

32

a11 a12… a1n X1 F1 X1

a21 a22… a2n X2 F2 X2

. . . . . + . = .

. . . . . .

an1 an2… ann Xn Fn Xn

A . X + F = X

atau F = X - AX

Jika terdapat perubahan permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan menjadi:

AX + F = X atau (I-A) X = F atau

X = (I-A)-1 F . . . (4) dimana:

I = matriks identitas berukuran n x n yang elemennya memuat angka satu

pada diagonalnya dan nol selainnya

F = permintaan akhir

X = jumlah output

(I-A) = matriks Leontief terbuka (I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief

3.2.1. Analisis Keterkaitan

1. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke depan

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Menurut Sahara et.al (2007), keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:


(58)

KDLTi = n

j ij

1

dimana:

KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

2. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke belakang

Menunjukkan akibat suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

KBLTi =

n

i ij

1

dimana:

KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belumlah cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor.


(59)

34

Analisis ini disebut sebagai dampak penyebaran. Menurut Sahara et.al (2007), dampak penyebaran terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)

Konsep ini berfungsi untuk mengetahui manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Jika Pdj > 1 artinya sektor tersebut

mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Namun jika Pdj < 1 artinya sektor tersebut kurang memiliki kemampuan untuk menarik

pertumbuhan sektor hulunya. Rumus untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdj = n i

n

j ij n

i ij n

1 1

1

dimana :

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya.


(60)

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sdi > 1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat

untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sdi < 1 artinya sektor

tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Sdi = n i

n

j ij n

j ij n

1 1

1

dimana :

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya.

3.2.3. Analisis Multiplier

Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya


(1)

langsung terbesarnya masih terjadi pada sektor pertanian yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi daripada keterkaitan ke depannya yang berarti bahwa infrastruktur lebih berperan dalam meningkatkan output sektor lain untuk digunakan sebagai input dibandingkan dengan kemampuannya dalam meningkatkan output sektor lain yang menggunakan input dari infrastruktur.

2. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu, namun kurang dari satu untuk kepekaan penyebaran. Nilai tersebut berarti bahwa infrastruktur lebih mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan sektor hilirnya.

3. Semua sektor kategori infrastruktur memberikan dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lain.


(2)

79

4. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.

6.2. Saran

1. Guna meningkatkan peranan infrastruktur di Indonesia hendaknya pemerintah lebih berupaya untuk mendorong kapasitas produksinya karena kemampuannya masih kurang dalam menyediakan input bagi sektor lain, diantaranya adalah dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang tepat juga mengatasi berbagai kendala investasinya sehingga dapat menarik kembali minat dari investor untuk berinvestasi pada sektor tersebut.

2. Berdasarkan hasil analisis dampak investasi, jika pemerintah ingin meningkatkan output seluruh sektor perekonomian maka dana investasi infrastruktur sebaiknya dialokasikan pada sektor listrik, gas dan air bersih, karena nilainya merupakan yang paling besar diantara sektor kategori infrastruktur lainnya. Sedangkan apabila tujuan pemerintah ingin meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian, maka dana investasi tersebut sebaiknya dialokasikan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.

3. Penelitian ini masih bersifat makro sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai peranan infrastruktur secara mikro baik untuk studi kasus di suatu daerah atau pada perusahaan-perusahaan pemerintah di bidang infrastruktur.


(3)

Bappenas, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2005. Tabel Input Output Indonesia 2005. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2007. Pendapatan Nasional Indonesia 2004-2007. BPS,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id. [19 Agustus 2009].

Bulohlabna, C. 2008. Tipologi dan Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gie, K. K. 2004. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. Granit, Jakarta. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan oleh Paul

Sihotang. Program Perencanaan Regional Nasional. FEUI-Bappenas. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

Handari, D. A. M. 2006. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian di Indonesia: Analisis Input-Output [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Iskandar, A. R. 2005. Analisis Peranan Sektor Infrastruktur terhadap Perekonomian Propinsi Jawa Barat: Analisis Input-Output [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jensen, R. C., T. D. Mandeville, dan N. D. Karunaratne. 1979. Regional Economic Planning. Croom Helm, London.

Jhingan, M. L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lestari, F. C. 2008. Kemiskinan dan Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lubis, A. D. S. 2008. Pembangunan Infrastruktur dan Pendapatan Nasional Indonesia 1976-2006 [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(4)

81

Mangkoesoebroto, G. 2001. Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.

Maryadi, M. 2007. Analisis Pertumbuhan Investasi Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muslikhah, A. N. 2008. Pembangunan Infrastruktur dan Pengangguran di Indonesia 1976-2006 [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sahara, D. S. Priyarsono, dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta.

Sibarani, M. H. M. 2002. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [Tesis]. Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Todaro, P. L. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta. Winarno, S. dan S. Ismaya. 2007. Kamus Besar Ekonomi. Pustaka Grafika,

Bandung.

World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. Oxford University Press, New York.

Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia [Tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(5)

(6)

83

Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 Berdasarkan Hasil Agregasi

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005

Agregasi 9 Sektor Agregasi 20 Sektor

Kode I-O 175 sektor

1. Pertanian 1. Pertanian 1-34

2. Pertambangan dan galian 2. Pertambangan dan galian 35-48

3. Industri pengolahan 3. Industri pengolahan 49-141

4. Listrik,gas dan air bersih 4. Listrik dan gas 142

5. Air bersih 143

5. Bangunan

6. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat

tinggal 144

7. Prasarana pertanian 145

8. Jalan, jembatan dan pelabuhan 146

9. Bangunan dan instalasi, listrik, gas dan air bersih

dan komunikasi 147

10. Bangunan lainnya 148

6. Pengangkutan dan komunikasi

11. Jasa angkutan kereta api 152

12. Jasa angkutan jalan raya 153

13. Jasa angkutan laut 154

14. Jasa angkutan sungai dan danau 155

15. Jasa angkutan udara 156

16. Jasa penunjang angkutan 157

17. Jasa komunikasi 158

7. Perdagangan, hotel, dan

restoran 18. Perdagangan, hotel, dan restoran 149-151

8. Keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 19. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 159-163

9. Jasa-jasa 20. Jasa-jasa 164-175

180 Jumlah Permintaan Antara

190 Jumlah Input Antara

200 Input Antara Impor

201 Upah dan Gaji

202 Surplus Usaha

203 Penyusutan

204 Pajak Tak Langsung

205 Subsidi

209 Nilai Tambah Bruto

210 Jumlah Input

301 Pengeluaran Konsumsi RT

302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

303 Pembentukan Modal Tetap Bruto

304 Perubahan Inventori

305 Ekspor Barang dan Jasa

309 Jumlah Permintaan Akhir