EKSPLORASI, ISOLASI, DAN SELEKSI KONSORSIUM BAKTERI ENDOFIT DARI TANAMAN SAMBILOTO
Kedua konsentrasi tersebut yaitu 5 dan 20 merupakan media yang miskin nutrisi diharapkan pada konsentrasi tersebut akan merangsang bakteri sebanyak
mungkin untuk tumbuh dan menekan bakteri yang dominan. Adapun cara isolasi bakteri endofit terdapat pada Lampiran 1.
Seleksi konsorsium bakteri endofit
Konsorsium bakteri endofit yang diperoleh dari isolasi diuji terhadap benih tanaman sambiloto aksesi Cimanggu dalam pot percobaan. Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok, dengan 25 perlakuan yaitu kontrol tanpa endofit dan 24 perlakuan konsorsium bakteri endofit dengan 2 ulangan.
Adapun perlakuannya sebagai berikut: 1. Konsentrasi medium TSA 5 dan 20 , 2. Asal daerah Madiun, Pasuruan, Blora, dan Cimanggu, 3. Bagian tanaman
akar, batang dan daun. Adapun perlakuan konsorsium bakteri endofit sebagai berikut:
Tabel 3.1. Perlakuan konsorsium bakteri endofit pada benih sambiloto pada
percobaan di rumah kaca No Perlakuan
Hasil isolasi dari Konsentrasi media TSA
1 Kontrol K
2 5MA
akar sambiloto asal Madiun 5
3 5MB
batang sambiloto asal Madiun 5
4 5MD
daun sambiloto asal Madiun 5
5 5PA
akar sambiloto asal Pasuruan 5
6 5PB
batang sambiloto asal Pasuruan 5
7 5PD
daun sambiloto asal Pasuruan 5
8 5BA
akar sambiloto asal Blora 5
9 5BB
batang sambiloto asal Blora 5
10 5BD daun sambiloto asal Blora
5 11 5CA
akar sambiloto asal Bogor 5
12 5CB batang sambiloto asal Bogor
5 13 5CD
daun sambiloto asal Bogor 5
14 20MA akar sambiloto asal Madiun
20 15 20BB
batang sambiloto asal Madiun 20
16 20MD daun sambiloto asal Madiun
20 17 20PA
akar sambiloto asal Pasuruan 20
18 20PB batang sambiloto asal Pasuruan
20 19 20PD
daun sambiloto asal Pasuruan 20
20 20BA akar sambiloto asal Blora
20 21 20BB
batang sambiloto asal Blora 20
22 20BD daun sambiloto asal Blora
20 23 20CA
akar sambiloto asal Bogor 20
24 20CB batang sambiloto asal Bogor
20 25 20CD
daun sambiloto asal Bogor 20
Benih sambiloto yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari aksesi Cimanggu Gambar 3.1. Benih direndam selama 2x24 jam dengan menggunakan
air steril pada suhu ruang. Selanjutnya benih disterilkan dengan menggunakan alkohol 70 selama 30 detik, direndam dalam larutan sodium hypochlorite 1-
2 selama 1-2 menit, lalu dibilas dengan air steril. Benih sambiloto yang telah steril, kemudian dimasukkan ke dalam pot yang telah berisi media zeolit steril.
Inokulasi konsorsium bakteri endofit pada benih sambiloto dilakukan dengan cara menyiramkan suspensi bakteri endofit ke media tanam dengan kepadatan
populasi 10
10
cfu ml
-1
sebanyak 15 ml pot
-1
. Aplikasi suspensi konsorsium bakteri endofit diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu satu minggu.
Aplikasi konsorsium bakteri endofit pertama kali dilakukan pada saat tanam.
Gambar 3.1. Benih sambiloto asal aksesi Bogor Pengamatan dilakukan setelah tanaman berkecambah yaitu umur 2 minggu
dan tumbuh hingga berumur ± 1.5 bulan. Komponen yang diamati adalah persentase perkecambahan yang tumbuh, panjang akar, jumlah, panjang dan lebar
daun, tinggi tanaman, bobot kering biomas, tajuk dan akar. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan menggunakan analisis ragam ANOVA dan Duncan
Multiple Range Test
DMRT pada taraf 5.
Hasil dan Pembahasan Eksplorasi tanaman sambiloto
Tanaman sambiloto yang dieksplorasi dari Madium tumbuh liar di galangan dan bawah naungan pohon-pohon. Tanaman sambiloto yang diambil dari
Pasuruan berasal dari tanaman liar yang tumbuh di sekitar pekarangan yang terbuka. Tanaman sambiloto yang tumbuh liar di bawah naungan hutan jati
dieksplorasi dari Blora dan di Bogor diambil dari kebun percobaan pada lahan terbuka Gambar 3.2.
Tabel 3.2. Kondisi agroklimat daerah asal eksplorasi tanaman sambiloto yang
digunakan pada percobaan
Lokasi Ketinggian
Tempat m dpl
Rata-rata Suhu Udara Harian
°C Curah Hujan
mmth Keterangan
1. Desa Kare, Madiun
Jawa Timur 750
25 ±1500
Tumbuh liar di galangan dan mulai
inisiasi bunga, ternaungi
2. Desa Ranuklindungan, Grati, Pasuruan Jawa Timur
33 32
1500-2000 Tumbuh liar di
pekarangan dan mulai inisiasi bunga, terbuka
3. Desa : Ngliron,
Randublatung Blora Jawa Tengah
70 32
±1000 Tumbuh liar di bawah
hutan jati dan mulai inisiasi bunga,
ternaungi
4. Kelurahan:Menteng, Bogor Tengah, Bogor Jawa Barat
240 30
±2000 Lahan budidaya dan
mulai inisiasi bunga, terbuka
Tanaman sambiloto yang tumbuh dibawah pohon di Madiun
Tanaman sambiloto yang tumbuh di pekarangan di Pasuruan
Tanaman sambiloto di bawah hutan jati di Blora
Tanaman sambiloto yang tumbuh di Bogor
Gambar 3.2. Penampilan lingkungan tumbuh tanaman sambiloto di 4 lokasi eksplorasi
Deskripsi kondisi lingkungan dari keempat daerah eksplorasi tanaman sambiloto tersebut menunjukkan adanya perbedaan kondisi agroklimat yaitu
ketinggian tempat, iklim curah hujan dan suhu dan tingkat kesuburan tanah Tabel 3.2. Hasil eksplorasi tanaman sambiloto menunjukkan bahwa tanaman
sambiloto dapat hidup di berbagai kondisi lingkungan dalam skala yang luas. Perbedaan kondisi lingkungan tempat eksplorasi tanaman sambiloto cukup luas
yaitu dari 33 hingga 750 m dpl, dan dari lingkungan ternaungi hingga terbuka. Tabel 3.3. Sifat kimia tanah ke-empat lokasi eksplorasi tanaman sambiloto
Jenis pengujian Madiun
Pasuruan Blora
Bogor pH H20
KCl 5.95
5.27 7.11
6.54 6.15
5.34 4.40
4.13 C-org
1.91 3.05
3.16 1.53
N-total 0.20
0.27 0.29
0.18 CN ratio
9.55 11.30
10.90 8.50
P
2
O
5
tersedia ppm 5.81
8.20 3.62
5.36 Basa dd cmolkg
Ca Mg
K Na
Total 10.03
2.33 1.05
0.28
13.69 43.22
4.32 1.92
0.22
49.68 39.92
7.32 1.23
0.20
48.67 2.36
0.31 0.12
0.14 2.93
KTK cmolkg 13.06
26.08 50.38
15.29 KB
104.82 190.49
96.60 19.16
Perbedaan sifat kimia tanah juga ditunjukkan dari ke-empat lokasi eksplorasi tersebut. Kondisi tanah dari daerah Pasuruan secara umum lebih baik
dibandingkan dengan ke-tiga lokasi lainnya berturut-turut Blora, Madiun, dan Bogor. Hal tersebut dapat dilihat dari pH, bahan organik, dan total basa-basa
yang dapat ditukarkan Tabel 3.3. Perbedaan kondisi agroklimat tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan, penampilan daun tanaman sambiloto dan
kandungan andrografolid Tabel 3.4. Kondisi lingkungan di daerah Pasuruan cukup subur sehingga penampilan tanaman sambiloto cukup baik dan kandungan
andrografolid 1.5 lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sambiloto yang tumbuh liar di lingkungan Madiun 0.04 dan Blora 0.04. Kandungan
andografolid pada tanaman sambiloto asal Bogor tertinggi 2.16 yang kondisi tanahnya kurang subur dengan pH yang rendah dibandingkan ketiga lokasi lain.
Selain itu diduga adanya peranan bakteri bakteri endofit yang terkandung didalam tanaman sambiloto.
Kandungan hara pada tanah di Blora cukup subur, namun keragaan tanamannya kurang baik dibandingkan dengan daerah lain. Hal tersebut mungkin
karena curah hujan yang rendah dan suhu udara harian yang cukup tinggi di daerah Blora. Lingkungan yang kering dan cukup panas tersebut, menyebabkan
proses penyerapan hara tanaman kurang maksimal, demikian pula dengan di daerah Madiun Tabel 3.3. Menurut Pujiasmanto et al. 2009, sambiloto dapat
tumbuh di ketinggian 180-861 m di atas permukaan laut dengan kondisi lingkungan suhu 20.32-26.93ºC, kelembaban udara relatif 78-87, dan curah
hujan 2053.2-3555.6 mm tahun
-1
. Kondisi lingkungan dari keempat lokasi eksplorasi tanaman sambiloto tersebut masih masuk dalam kisaran lingkungan
tumbuh tanaman sambiloto. Karakteristik daun sambiloto dari keempat lokasi menunjukkan perbedaan
dari bentuk, ukuran, jumlah dan warna daun Tabel 3.5. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain faktor genetik, faktor lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan kandungan bahan aktif yang dihasilkan. Tabel 3.4. Kadar andrografolid pada tanaman sambiloto dari daerah eksplorasi
Lokasi pengambilan tanaman sambiloto
Andrografolid Sambiloto asal Madiun
0.04 Sambiloto asal Pasuruan
1.51 Sambiloto asal Blora
0.04 Sambiloto asal Bogor
2.16 Tabel 3.5. Keragaan daun tanaman sambiloto hasil eksplorasi
Lokasi Bentuk dan ukuran daun Jumlah daun g
-1
Warna daun Madiun
Agak bulat, agak besar 13
Hijau gelap Pasuruan
Agak bulat, kecil 10
Hijau agak terang Blora
Meruncing, kecil 18
Hijau agak terang Bogor
Runcing, lebih panjang 8
Hijau gelap
Isolasi bakteri endofit
Hasil isolasi konsorsium bakteri endofit diperoleh 24 konsorsium yang menunjukkan adanya keragaman dari tiap bagian tanaman dan asal tanaman
sambiloto Tabel 3.6. Penampilan koloni dari ke 24 konsorsium terlihat pada
Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Strobel 2003 dan Strobel dan Daisy 2003 melaporkan bahwa tiap tanaman mengandung satu atau lebih mikrob endofit
yang terdiri dari bakteri dan cendawan. Hampir semua tanaman vaskular yang hidup di iklim tropis mengandung mikrob endofit baik bakteri maupun cendawan
endofit Firakova et al. 2007; Zhang et al. 2006. Bakteri endofit tersebut berada pada seluruh bagian tanaman baik daun, akar, batang, maupun kulit pada tanaman
angiospermae Banarjee 2011. Tabel 3.6. Karakterisasi morfologi dan fisiologi koloni konsorsium bakteri
endofit hasil isolasi dari tanaman sambiloto
Kode Konsorsium
Jumlah Populasi
CFU ml
-1
Warna Koloni Bentuk
Koloni Ukuran
Koloni Jumlah
Gram+-
5 MA 1.1 x 10
6
Krem, putih Bulat
Kecil-sedang 4 2
5 MB 1.3 x 10
5
Putih bening Bulat
Kecil-besar 4 0
5 MD 2.3 x 10
4
Putih,kuning Bulat
Kecil-sedang 4 0
5 PA 3.2 x 10
5
Putih Bulat
Kecil 5 0
5 PB 4.3 x 10
4
Kuning,putih Bulat
Kecil-besar 4 0
5 PD 3.3 x 10
4
Krem Bulat
Sedang-besar 3 0
5 BA 1.7 x 10
5
Putih Bulat
Kecil-sedang 3 3
5 BB 2.0 x 10
3
Putih,kuning Bulat
Kecil-sedang 5 0
5 BD 4.3 x 10
3
Coklat,putih Bulat
Kecil-sedang 3 2
5 CA 5.0 x 10
5
Putih Bulat
Kecil-besar 5 0
5 CB 2.6 x 10
5
Krem,putih Bulat
Kecil-sedang 3 0
5 CD 5.0 x 10
4
Putih Bulat
Kecil-sedang 3 0
20 MA 1.1 x 10
6
Putih,krem Bulat
Kecil-besar 6 0
20 MB 3.2 x 10
5
Putih Bulat
Kecil-sedang 2 3
20 MD 1.3 x 10
5
Putih,kuning Bulat
Kecil-sedang 3 0
20 PA 2.6 x 10
5
Putih Bulat
Kecil 6 1
20 PB 6.0 x 10
4
Putih Bulat
Kecil-besar 3 2
20 PD 3.3 x 10
4
Putih Bulat
Sedang-besar 3 2
20 BA 2.2 x 10
5
Putih Bulat
Kecil-sedang 3 2
20 BB 3.7 x 10
3
Putih,coklat Bulat
Kecil-sedang 4 0
20 BD 7.3 x 10
3
Putih,kuning Bulat
Kecil-sedang 4 0
20 CA 5.8 x 10
5
Krem,putih Bulat
Kecil-sedang 5 0
20 CB 2.8 x 10
5
Putih bening Bulat
Kecil-besar 4 0
20 CD 5.7 x 10
4
Putih Bulat
Kecil-sedang 4 0
Hasil pengamatan karakterisasi morfologi dan fisiologi konsorsium bakteri endofit menunjukkan bahwa warna, ukuran dan jumlah gram positif maupun
negatif koloni konsorsium bakteri endofit cukup bervariasi. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa perbedaan konsentrasi media, bagian tanaman
yang diisolasi dan lokasi pengambilan tanaman sambiloto tidak menunjukkan pola yang teratur, sangat bervariasi. Lokasi eksplorasi tanaman sambiloto dan
bagian tanaman yang diisolasi mempengaruhi jumlah populasi bakteri endofit. Menurut Hung et al. 2007, setiap individu jaringan tanaman mengandung
jumlah bakteri endofit yang bervariasi.
Populasi konsorsium bakteri endofit yang berasal dari daun lebih sedikit dibandingkan dengan akar. Populasi bakteri pada bagian akar tanaman lebih
tinggi dan bervariasi daripada bagian batang dan daun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa populasi bakteri yang tertinggi dari 24 konsorsium bakteri
endofit berasal dari bagian akar tanaman sambiloto Madiun yaitu 10
6
CFU ml
-1
baik pada media TSA 5 maupun 20. Hal tersebut dimungkinkan karena bagian akar tanaman merupakan bagian tanaman yang kontak langsung dengan tanah,
sehingga bakteri-bakteri yang ada didalam tanah beragam dan berpeluang lebih besar untuk masuk kedalam jaringan akar. Bakteri yang ada didalam tanah dapat
masuk dan hidup dalam perakaran membentuk populasi berkisar 10
5
-10
7
cfu g
-1
bobot segar tanaman Hallmann 2001.
5MA 5MB
5MD
5PA 5PB
5PD
5BA 5BB
5BD
5CA 5CB
5CD Gambar 3.3. Penampilan koloni konsorsium bakteria endofit dari bagian tanaman
sambiloto dari 4 lokasi pada media TSA konsentrasi 5
MA=Madiun akar PA=Pasuruan akar
BA=Blora akar CA=Bogor akar
MB=Madiun daun PB=Pasuruan batang
BB=Blora batang CB=Bogor batang
MD=Madiun daun PD= Pasuruan daun
BD=Blora daun CD=Bogor daun
Daerah perakaran merupakan daerah yang banyak menyediakan nutrisi bagi bakteri dengan adanya eksudat yang dihasilkan oleh akar, sehingga bakteri dapat
hidup dan berkembang lebih baik. Nutrisi berupa gula antara lain fruktosa dan sukrosa yang merupakan hal terpenting bagi kehidupan bakteri Mercier dan
Lindow 2000. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mendes et al. 2007 yang menunjukkan bahwa bakteri endofit pada tanaman tebu yang diisolasi dari
akar, populasinya jauh lebih banyak dibandingkan dari batang.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bakteri endofit dapat diisolasi baik dari tumbuhan liar maupun yang telah dibudidayakan. Hal tersebut juga sejalan
yang dilakukan oleh Zinniel et al. 2002, yang telah mengisolasi beberapa bakteri endofit yang berasal dari 4 species tanaman budidaya dan 27 species
tumbuhan liar di Nebraska.
20MA 20MB
20MD
20PA 20PB
20PD
20BA 20BB
20BD
20CA 20CB
20CD Gambar 3.4. Penampilan koloni konsorsium bakteria endofit dari bagian tanaman
sambiloto dari 4 lokasi pada media TSA konsentrasi 20
MA=Madiun akar PA=Pasuruan akar
BA=Blora akar CA=Bogor akar
MB=Madiun daun PB=Pasuruan batang
BB=Blora batang CB=Bogor batang
MD=Madiun daun PD= Pasuruan daun
BD=Blora daun CD=Bogor daun
Seleksi konsorsium bakteri endofit Pertumbuhan tanaman
Konsorsium bakteri endofit yang diinokulasikan pada benih sambiloto mampu meningkatkan tinggi tanaman dan panjang akar Gambar 3.5 dan Gambar
3.6, persentase daya tumbuh kecambah, jumlah, panjang dan lebar daun Tabel 3.7. Pertumbuhan jumlah daun 6.5 dan panjang daun 6.5 cm tertinggi
terdapat pada pemberian bakteri endofit 5MD, sedangkan lebar daun 1.65 cm
pada perlakuan 20MD. Kedua konsorsium tersebut berasal dari tanaman sambiloto yang hidup liar di daerah Madiun.
Gambar 3.5. Pengaruh inokulasi konsorsium bakteri endofit terhadap tinggi
tanaman dan panjang akar pada tanaman sambiloto umur 1.5 bulan
K 5MA
5MB 5MD
5BA 5BB
5BD 5PA
5PB 5PD
5CA 5CB
5CD
20MA 20MB
20MD 20BA
20BB 20BD
20PA 20PB
20PD 20CA
20CB 20CD
Gambar 3.6. Penampilan tanaman sambiloto pada umur 1.5 bulan setelah pemberian konsorsium bakteri endofit
Benih sambiloto yang dinokulasi konsorsium bakteri endofit menunjukkan pola perkecambahan yang beragam. Konsorsium bakteri endofit yang
diaplikasikan pada benih sambiloto tidak semuanya menghasilkan perkecambahan dengan baik, tetapi seluruhnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol. Persentase daya kecambah benih sangat beragam mulai dari 50 –100.
Benih sambiloto yang diinokulasi konsorsium bakteri endofit 5MD, 20BB, 20BD, 20CA dan 20CD tumbuh 100. Respon yang beragam yang ditunjukkan
oleh benih sambiloto, menunjukkan kemampuan bakteri endofit yang berbeda- beda dalam memacu perkecambahan benih sambiloto.
Tabel 3.7. Pertumbuhan tanaman sambiloto setelah diinokulasi konsorsium
bakteri endofit pada umur 1.5 bulan Perlakuan
Konsorsium Jumlah daun
Panjang daun cm
Lebar daun cm
Daya kecambah 5 MA
5.4
b
5.4
b
1.5
ad
66.7
bc
5 MB 6.0
ab
6.2
ab
1.0
e
58.3
cd
5 MD 6.5
a
6.5
a
1.2
ce
100.0
a
5 BA 5.8
ab
5.8
ab
1.3
be
83.3
ab
5 BB 6.2
ab
6.2
ab
1.4
ad
91.7
a
5 BD 6.2
ab
6.2
ab
1.3
be
91.7
ab
5 PA 6.0
ab
6.0
ab
1.3
be
75.0
ac
5 PB 6.0
ab
6.0
ab
1.4
ad
83.3
b
5 PD 6.2
ab
6.0
ab
1.2
de
91.7
ab
5 CA 6.2
ab
6.2
a
1.5
ac
91.7
ab
5 CB 6.0
ab
6.0
ab
1.5
ad
83.3
ab
5 CD 6.2
ab
6.2
ab
1.4
ad
83.3
ab
Kontrol 3.0
c
3.0
c
0.6
f
33.3
d
20 MA 6.0
ab
6.0
ab
1.4
ad
91.7
ab
20 MB 6.0
ab
6.0
ab
1.5
ad
75.0
ac
20 MD 6.2
ab
6.0
ab
1.7
a
83.3
ab
20 BA 6.2
ab
6.2
ab
1.3
ad
91.7
ab
20 BB 6.0
ab
6.0
ab
1.4
ad
100.0
a
20 BD 5.4
b
5.4
b
1.6
ab
100.0
a
20 PA 6.0
ab
6.0
ab
1.4
ad
75.0
ac
20 PB 6.3
ab
6.3
ab
1.5
ad
75.0
ac
20 PD 6.4
a
6.4
a
1.6
ad
83.3
ac
20 CA 6.0
ab
6.0
ab
1.6
ab
100.0
a
20 CB 6.0
ab
6.2
ab
1.4
ad
83.3
ab
20 CD 6.0
ab
6.0
ab
1.5
ad
100.0
a
KK 7.9
7.9 11.8
17.4
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Lingkungan tumbuh dari ketiga daerah eksplorasi tanaman sambiloto mempunyai karakteristik tersendiri. Daerah Madiun mempunyai ketinggian
tempat yang cukup tinggi 750 m dpl dan suhu udara rendah rata-rata 25ºC, serta kandungan hara cukup rendah. Blora mempunyai curah hujan sangat rendah
dan kandungan Ca sangat tinggi. Bogor mempunyai sifat kimia tanah sangat masam dan kandungan hara yang rendah. Pada kondisi lingkungan kurang
optimal tersebut konsorsium bakteri endofit masih mampu bertahan hidup. Kondisi lingkungan tersebut diduga menyebabkan bakteri yang diisolasi lebih
mampu bertahan untuk dapat hidup di lingkungan dengan kondisi lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fitri dan Gofar 2009 bahwa bakteri
endofit yang diisolasi dari tanaman yang tumbuh di lahan gambut yang
kondisinya ekstrim masam, mampu beradaptasi pada lingkungan yang lain dan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi lebih tinggi.
Informasi lain yang dapat diperoleh dari hasil seleksi ini yaitu konsorsium bakteri endofit yang diinokulasikan tidak ada yang bersifat patogen. Hal tersebut
diungkapkan oleh Yu et al. 2010 bahwa bakteri endofit yang terdapat didalam tanaman mampu menghasilkan senyawa antibakteri secara alami. Beberapa strain
bakteri telah diuji aktivitas antibakterinya yang mampu menghasilkan senyawa- senyawa seperti alkaloid, peptide, dan fenol. Senyawa-senyawa tersebut
dihasilkan oleh bakteri endofit untuk melawan bakteri patogen Yu et al. 2010; Melliawati et al. 2008. Munif et al. 2012a dan Munif et al. 2012b telah
mengisolasi bakteri endofit yang berpotensi sebagai agen biokontrol dan pemacu pertumbuhan tanaman dari tanaman padi gogo dan tomat. Spaepan et al. 2009
menyatakan bakteri endofit yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan tersebut mampu memproduksi fitohormon baik auksin, sitokinin, giberelin dan ABA.
Bobot kering bahan tanaman
Hasil pengujian bakteri endofit yang berasal dari tanaman sambiloto dari beberapa daerah di Indonesia membuktikan bahwa tanaman sambiloto
menghasilkan konsorsium bakteri endofit yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan tanaman. Biomas yang dihasilkan dengan pemberian konsorsium
bakteri endofit juga meningkat baik bagian tajuk, akar maupun total biomas kering tanaman sambiloto. Bobot kering tajuk tertinggi dihasilkan oleh
pemberian 20BD 0.26 g tan
-1
, bobot kering akar 0.31 g tan
-1
total bobot biomas kering 0.54 g tan
-1
terdapat pada perlakuan 20BA Tabel 3.8. Kedua konsorsium tersebut berasal dari Blora Jawa Tengah.
Seluruh konsorsium bakteri endofit yang diuji mampu meningkatkan biomasa kering tanaman dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan yang cukup
signifikan tersebut sejalan dengan pertumbuhannya. Peningkatan bobot kering tajuk berkisar 7-86 dan akar berkisar dan 10-120. Secara umum konsorsium
bakteri endofit yang berasal dari tanaman sambiloto mampu memacu pertumbuhan tanaman. Konsorsium bakteri endofit memacu pertumbuhan dan
perkembangan akar, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemberian bakteri endofit pada tanaman hibrida poplar dapat meningkatkan
biomasa akar 84, tajuk 38, dan daun 48 Rogers 2012. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Taghavi et al. 2009 yaitu bakteri endofit dapat
meningkatkan perkembangan akar baik panjang akar maupun bobot kering akar tanaman poplar. Peningkatan tersebut diduga tidak lepas dari fitohormon dan
senyawa-senyawa yang mengatur metabolisme pertumbuhan tanaman yang dihasilkan oleh bakteri endofit.
Hasil seleksi 24 konsorsium bakteri endofit menghasilkan empat konsorsium bakteri endofit yaitu 5MD, 20BB, 20BD, dan 20CD
direkomendasikan untuk digunakan dalam pengujian selanjutnya. Ke-empat konsorsium bakteri endofit tersebut mempunyai kemampuan dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama persentase daya tumbuh kecambah mencapai 100 dan bobot tajuk kering yang lebih baik dibandingkan dengan
konsorsium yang lain. Pemberian konsorsium 20BA meskipun mempunyai bobot biomas kering tertinggi tetapi didominasi oleh akar, sehingga bobot tajuk
keringnya rendah. Selain itu persentasi perkecambahannya juga lebih rendah yaitu 91.67.
Tabel 3.8. Bobot kering tanaman sambiloto setelah diinokulasi bakteri endofit pada umur tanaman 1.5 bulan
Perlakuan Bobot kering tajuk
gtanaman Bobot kering akar
gtanaman Total biomas kering
gtanaman 5 MA
0.24
ac
0.16
bg
0.39
bg
5 MB 0.17
ce
0.12
cg
0.29
gi
5 MD 0.24
ab
0.20
bc
0.44
ac
5 BA 0.14
e
0.12
dg
0.25
h-i
5 BB 0.20
ae
0.13
cg
0.33
ci
5 BD 0.17
be
0.13
cg
0.30
fi
5 PA 0.15
de
0.09
g
0.23
ij
5 PB 0.20
ae
0.15
bg
0.36
cg
5 PD 0.22
ad
0.19
be
0.41
cf
5 CA 0.21
ad
0.11
eg
0.33
ci
5 CB 0.21
ad
0.14
cg
0.35
cg
5 CD 0.18
ae
0.15
cg
0.32
di
K 0.04
f
0.10
fg
0.13
j
20 MA 0.19
ae
0.15
bg
0.34
ci
20 MB 0.19
ae
0.13
cg
0.32
di
20 MD 0.23
ac
0.17
bf
0.39
cf
20 BA 0.23
ac
0.31
a
0.54
a
20 BB 0.24
ab
0.18
be
0.42
be
20 BD 0.26
a
0.22
b
0.48
ab
20 PA 0.23
ac
0.14
cg
0.37
cg
20 PB 0.23
ac
0.16
bg
0.38
cg
20 PD 0.23
ac
0.15
bg
0.37
cg
20 CA 0.20
ab
0.13
cg
0.33
ci
20 CB 0.24
ab
0.13
cg
0.38
cg
20 CD 0.24
ab
0.14
cf
0.38
cg
CV 18.10
24.13 14.98
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Simpulan
Hasil eksplorasi dan isolasi konsorsium bakteri endofit berasal dari tanaman sambiloto dari empat daerah menghasilkan 24 konsorsium yang beragam.
Konsorsium yang diisolasi dari jaringan akar menghasilkan populasi yang lebih banyak yaitu 10
5
-10
6
CFU ml
-1
daripada daun dan batang yaitu 10
3
-10
5
CFU ml
-1
. Konsorsium bakteri endofit berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan,
bobot kering tajuk 7-82, akar 10-120 dan biomas tanaman pada umur 1.5 bulan. Persentase daya tumbuh kecambah dan bobot kering tajuk tertinggi
ditunjukkan oleh konsorsium 5MD, 20BB, 20BD dan 20CD. Konsorsium bakteri endofit asal tanaman sambiloto berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan
tanaman.