POTENSI KONSORSIUM BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
didalam pot yang telah berisi media tanah tersebut. Tanaman dipanen pada umur 14 minggu setelah tanam MST.
Pemberian pupuk
Pupuk SP-36 dan KCl diberikan satu minggu setelah tanam MST, masing- masing dengan dosis 3.4 dan 2.5 g pot
-1
, sedangkan pupuk Urea pada minggu ke 4 dan 8 setelah tanam masing-masing dengan dosis 1.7 g pot
-1
. Tabel 4.1. Sifat kimia pada tanah dan pupuk kandang
Jenis Pengujian Tanah
Pupuk kandang pH H
2
KCl 5.95
5.27 8.10
- C-org
1.91 18.36
N-total 0.20
1.33 CN ratio
9.55 -
P
2
O
5
tersedia ppm 5.81
- Basa-basa
cmolkg Ca
Mg K
Na P
Fe Total
10.03 2.33
1.05 0.28
- -
13.69 4.04
0.47 1.69
1.69 0.61
0.51
- KTK
13.06 -
KB 104.82
- Mn ppm
866.26 Cu ppm
65.54 Zn ppm
240.38 Pb ppm
24.26 Cd ppm
6.12 Co ppm
3.40
Perlakuan bakteri endofit Bakteri endofit diberikan sesuai perlakuan yaitu 20BB, 90AA, 5MD, 20BB,
dan 20CD, masing-masing dengan kepadatan populasi 10
10
cfu ml
-1
. Frekuensi pemberian bakteri endofit adalah 4 kali dengan selang waktu 2 minggu dan
dimulai pada tanaman berumur 3, 5, 7 dan 9 MST. Cara pemberian bakteri endofit yaitu disemprotkan ke daun dan disiram ke tanah masing-masing 50 ml
tanaman
-1
dengan konsentrasi 10
-10
cfu ml
-1
.
Uji hipersensitif HR
Keempat konsorsium dan satu isolat tunggal melewati uji hypersensitive response
HR Lelliott dan Stead 1987 yang bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut berpotensi sebagai patogen atau tidak.
Cara uji HR yaitu Kontrol air K
air
, Kontrol TSB K
TSB
, konsorsium 5MD, 90AA, 20BB, 20BD, 20CD dan sebagai pembanding menggunakan patogen
Pseudomonas solanocearum Pseu diinduksikan kedalam tanaman tembakau
selama 24-48 jam. Selanjutnya dilihat gejala kerusakan atau serangan penyakit pada tanaman tembakau.
Gambar 4.1. Pengujian HR bakteri endofit pada tanaman tembakau
Keterangan: Pseu = patogen Pseudomonas solanocearum, 20BB, 20BD, 20CD, dan 5MD=konsorsium bakteri endofit diisolasi dari tanaman sambiloto, 90AA=isolat tunggal diisolasi dari graminae, Kair=kontrol air,
KTSB=kontrol TSB
Tabel 4.2. Karakteristik konsorsium bakteri yang digunakan
Kode Konsorsium
Lokasi Asal
tanaman Bagian
yang diisolasi
Warna koloni
Bentuk koloni
Kultur Hasil
uji HR 20BB
Blora Sambiloto Batang
Putih, coklat
Bulat tebal
konsorsium negatif 90AA
Bogor Graminae
Daun Putih
susu Bulat
tebal tunggal
negatif 5MD
Madiun Sambiloto Daun
Putih bening
Bulat tipis
konsorsium negatif 20BD
Blora Sambiloto
Daun Putih,
kuning Bulat
tebal konsorsium negatif
20CD Bogor Sambiloto
Daun Putih,
bening Bulat konsorsium negatif
Gambar 4.2. Keragaan koloni konsorsiumisolat bakteri endofit
20CD 5MD
90AA 20BB
20BD
20BB 90AA
Pseu
K
TSB
K air
20CD 20BD
5MD D
Hasil uji HR terhadap bakteri endofit tersebut menunjukkan hasil negatif yang berarti bahwa tidak berpotensi sebagai patogen Gambar 4.1 dan Tabel 4.2.
Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tanaman tembakau yang diinduksi bakteri endofit dalam waktu 24 jam tidak memperlihatkan gejala bercak-bercak kuning
dan mengering seperti pada tanaman tembakau yang diinokulasi patogen Pseudomonas solanocearum
, demikian juga kontrol air dan kontrol TSB. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa konsorsium bakteri endofit yang
digunakan tidak bersifat patogen. Koloni kelima bakteri tersebut terlihat pada Gambar 4.2.
Pengamatan
Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang primer, panjang dan lebar daun dimulai 4, 8 dan 12 MST.
Komponen hasil diukur pada tanaman berumur 14 MST terdiri dari bobot segar, kering tajuk, akar tanaman, dan kadar hara N, P, dan K pada jaringan tanaman.
Analisis fitohormon, N, P, K dan kadar andrografolid
Analisis fitohormon IAA=Indole Acetic Acid dan GA
3
= Gibberellin Acid diukur dengan menggunakan HPLC High Performance Liquid Chromatography
di Balai Besar Pasca Panen Litbang Pertanian. Kadar andrografolid diukur dengan menggunakan TLCS Thin Layer Chromatography Scanner dan kadar
N, P, dan K dianalisis di Balittro. Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dianalisis menggunakan analisis ragam dan DMRT pada taraf 5.
Hasil dan Pembahasan Panjang dan lebar daun
Secara umum pola pertumbuhan daun meningkat tajam berdasarkan parameter panjang dan lebar daun tanaman sambiloto pada umur 4-8 MST setelah
diberikan konsorsium bakteri endofit. Periode 8-12 MST peningkatannya sangat kecil, bahkan cenderung menurun untuk lebar daun. Hal tersebut memberikan
gambaran bahwa pola pertumbuhan vegetatif tanaman sambiloto, terutama panjang dan lebar daun meningkat hanya sampai umur tanaman 12 MST. Respon
tanaman sambiloto pada umur 12 dan 14 MST terhadap pemberian bakteri endofit tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti untuk pertumbuhan
panjang dan lebar daun. Pada umur 12 MST yaitu awal dimulainya fase pertumbuhan generatif dan pada umur 14 MST yaitu tanaman sambiloto sudah
mulai terjadi inisiasi pembungaan dan siap untuk dipanen. Pada kondisi tersebut panjang dan lebar daun tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan kontrol.
Tinggi tanaman dan jumlah cabang primer
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah cabang primer pada umur 4-8 MST dan 8-12 MST menunjukkan masih adanya peningkatan pertumbuhan. Tinggi
tanaman dan jumlah cabang primer masih meningkat meskipun tanaman sudah mulai masuk fase generatif. Menurut Parashar et al. 2011, pada umur tanaman
120 hari tanaman masih mengalami pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang. Pemberian bakteri endofit ternyata meningkatkan tinggi tanaman dan
jumlah cabang primer sambiloto yang berumur 14 MST, masing-masing sebesar 15.7-24.7 dan 31.9-42.2. Peningkatan tinggi tanaman secara nyata hanya
terjadi pada pemberian konsorsium 20BB dan 20CD. Semua konsorsium bakteri
endofit meningkatkan jumlah cabang primer Tabel 4.3. Keragaan tanaman sambiloto setelah aplikasi bakteri endofit terdapat pada Gambar 4.3.
Tabel 4.3. Pengaruh konsorsium bakteri endofit terhadap pertumbuhan tanaman
sambiloto umur 14 MST Perlakuan
Tinggi tanaman
Peningkatan tinggi tanaman
Jumlah cabang primer
Peningkatan jumlah cabang primer
Kontrol 43.4 b
- 16.6 b
- 20BB
53.4 a 23.0
23.6 a 42.2
90AA 51.2 ab
18.0 22.7 a
36.7 5MD
50.3 ab 15.9
21.9 a 31.9
20BD 50.2 ab
15.7 23.5 a
41.6 20CD
54.1 a 24.7
23.3 a 40.4
KK 11.8
10.9
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Gambar 4.3. Keragaan tanaman sambiloto setelah aplikasi konsorsium bakteri
endofit pada umur 14 MST Peningkatan pertumbuhan tanaman tersebut diduga dipengaruhi oleh
fitohormon yang dihasilkan oleh konsorsium bakteri endofit, dalam hal ini IAA dan GA
3.
Produksi fitohormon yang terdapat pada bakteri endofit berkisar 205.4- 585.7 ppm IAA dan 39-60 ppm GA
3
Tabel 4.4
.
Adanya kandungan fitohormon pada bakteri endofit tersebut membantu tanaman dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangannya. Produksi hormon IAA tertinggi terdapat pada konsorsium 20BB 585.7 ppm dan GA
3
terdapat pada konsorsium 20CD 60 ppm. Hormon tanaman mengatur beberapa aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, seperti pembentukan dan pemeliharaan meristem Su et al
. 2011. Pemberian hormon secara eksogen yang umum dilakukan sama pengaruhnya terhadap respon sel tanaman dengan hormon endogenus yang
disintesis oleh bakteri Yamada 1993. Hormon auksin sangat penting didalam mengatur pembesaran sel dan
memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Kerja hormon auksin sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Giberelin
K 90AA
5MD 20BD
20BB 20CD
menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Mekanisme kerja auksin dan giberelin dalam
menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel pada batang yaitu auksin mengasamkan dinding sel dan mengaktifkan enzim sedangkan giberelin
memfasilitasi penetrasi enzim kedalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel Campbell dan Reece 2002. Hormon berperan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Adanya hormon yang diproduksi oleh bakteri endofit tersebut membantu memacu pertumbuhan
tanaman sambiloto. Tabel 4.4. Produksi hormon IAA dan GA
3
dari bakteri endofit Perlakuan
IAA GA
3
Ppm 20BB
585.7 54
90AA 495.7
54 5MD
205.4 39
20BD 501.6
49 20CD
323.1 60
Produksi bahan segar
Respon positif ditunjukkan oleh tanaman sambiloto terhadap pemberian bakteri endofit. Ke-empat konsorsium dan satu isolat bakteri endofit memberikan
pengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar tanaman sambiloto baik bobot segar batang, daun maupun bobot segar tajuk. Masing-masing bakteri
endofit memberikan pengaruh yang bervariasi. Secara umum perlakuan yang diberikan nyata meningkatkan bobot bahan segar dibandingkan dengan kontrol,
tetapi antar bakteri endofit memberikan pengaruh yang sama terhadap produksi bahan segar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keempat konsorsium dan satu
isolat bakteri endofit sama baiknya dalam meningkatkan produksi bahan segar. Peningkatan bobot segar tajuk tertinggi terdapat pada pemberian konsorsium
20BD Tabel 4.5. Tabel 4.5. Pengaruh konsorsium bakteri endofit terhadap terhadap produksi
bahan segar tanaman sambiloto umur 14 MST Perlakuan
Bobot segar batang
Bobot segar daun
Bobot segar tajuk
Peningkatan Bobot segar tajuk
g tan
-1
Kontrol 5.4 b
17.8 b 23.2 b
- 20BB
11.7 a 30.3 a
42.0 a 81.0
90AA 12.6 a
24.0 a 36.6 a
57.8 5MD
16.2 a 26.4 a
42.6 a 83.6
20BD 16.3 a
30.7 a 47.0 a
102.6 20CD
15.4 a 30.8 a
46.2 a 98.3
KK 17.4
14.5 14.1
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Masing-masing bakteri endofit memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap produksi bahan segar tanaman sambiloto. Produksi segar tajuk terendah
diperoleh dengan perlakuan isolat bakteri endofit 90AA 36.6 g tan
-1
. Produksi segar tajuk tertinggi dengan memberikan konsorsium bakteri endofit 20CD.
Produksi segar tajuk tan
-1
berturut-turut dari yang terendah hingga tertinggi yaitu dari isolat 90AA, konsorsium 5MD, 20BB, 20BD, dan 20CD Tabel 4.5 dan
Gambar 4.4. Peningkatan produksi segar tajuk berkisar 57.8-102.6. Peningkatan produksi tajuk tersebut merupakan dampak dari peningkatan
pertumbuhan. Hal tersebut juga tidak lepas dari peranan fitohormon yang dihasilkan oleh konsorsium bakteri endofit. Bakteri endofit juga menghasilkan
hormon-hormon lain seperti sitokinin dan ABA Ergun et al. 2002; Kharwar et al
. 2008 yang mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman.
Gambar 4.4. Keragaan bobot segar tajuk sambiloto setelah pemberian konsorsium bakteri endofit
Produksi bahan kering
Sejalan dengan pertumbuhan dan produksi bahan segar, pemberian bakteri endofit juga meningkatkan produksi bahan kering. Peningkatan produksi bahan
kering baik daun, batang, maupun total tajuk secara nyata dibandingkan dengan kontrol. Bakteri endofit yang diuji semuanya memberikan pengaruh yang berbeda
dibandingkan dengan kontrol, kecuali perlakuan konsorsium tunggal 90AA. Konsorsium 20CD memberikan produksi total bobot kering tajuk tertinggi 11.7
g tan
-1
, namun demikian antara kelima konsorsium bakteri yang diuji tidak memberikan respon yang berbeda terhadap produksi bahan kering Tabel 4.6.
Peningkatan bahan segar dan kering merupakan dampak dari pertumbuhan tanaman. Peranan bakteri endofit cukup penting didalam memacu pertumbuhan
tanaman sangat mempengaruhi produksi bahan kering tanaman. Peningkatan bobot kering tajuk berkisar 25-82.8. Peningkatan bobot terendah terdapat pada
perlakuan 90AA dan tertinggi ditunjukkan oleh pemberian perlakuan 20CD, diikuti 20BB, 20BD, dan 5MD. Sejalan dengan bobot segar biomas, bobot kering
biomas juga memberikan respon yang sama dari kelima bakteri endofit Tabel 4.6. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hung et al. 2007, menunjukkan
bahwa semua bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman kedelai memproduksi IAA, dan dapat meningkatkan produksi biomas kering berkisar 9-83. Menurut
Rajan dan Radhakrishna 2013 bahwa peningkatan pertumbuhan dan produksi
K 20BD
20BB
90AA 20CD
5MD
tanaman inang yang diaplikasikan bakteri endofit, salah satunya disebabkan oleh produksi hormon yang dihasilkan dan ketersediaan hara oleh bakteri endofit
tersebut baik melalui proses fiksasi Reis et al. 1994 maupun pelarutan hara di dalam tanah Seshadri et al. 2000.
Tabel 4.6. Pengaruh konsorsium bakteri endofit terhadap produksi bahan kering
tanaman sambiloto Perlakuan
Bobot kering
batang Bobot
kering daun
Bobot kering
tajuk Peningkatan
bobot kering tajuk
Rasio daun batang
-1
g tanaman
-1
Kontrol 2.2 b
4.2 b 6.4 b
1.9 20BB
3.7 a 7.1 a
10.8 a 68.8
1.9 90AA
3.1 ab 4.9 ab
8.0 ab 25.0
1.6 5MD
4.0 a 6.5 ab
10.5 a 60.1
1.6 20BD
4.0 a 6.6 a
10.6 a 65.6
1.7 20CD
4.1 a 7.6 a
11.7 a 82.8
1.9 KK
18.5 16.8
17.8 -
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Kadar dan serapan hara
Pemberian konsorsium bakteri endofit mampu meningkatkan serapan hara N, P, dan K meskipun kadar N, P, K per tanaman tidak menunjukkan ada
perbedaan. Peningkatan tersebut sejalan dengan produksi bahan kering tanaman. Serapan hara tanaman dipengaruhi oleh kadar hara yang terkandung didalam
tanaman dan produksi bahan kering tanaman tersebut. Sejalan dengan meningkatnya produksi bahan kering maka serapan hara N, P, dan K tanaman
juga meningkat. Peningkatan serapan hara N, P, dan K tertinggi ditunjukkan dengan memberikan bakteri endofit 20CD Tabel 4.7.
Peningkatan serapan hara oleh pemberian bakteri endofit mengindikasikan bahwa bakteri tersebut mampu menyerap hara lebih efisien dalam memenuhi
kebutuhan tanaman untuk dipergunakan pada fase pertumbuhan dan perkembangan, sehingga menghasilkan produk bahan segar dan kering yang lebih
baik. Hasil penelitian di Brazil diperoleh bakteri penambat N yang dapat mengurangi 50 dari kebutuhan tanaman tebu Boddey et al. 1995. Bakteri
penambat N tersebut dapat ditemukan pada jaringan tanaman seperti akar, daun, dan tajuk tanaman tebu Kennedy et al. 1997. Nitrogen yang ada di udara dapat
difiksasi oleh bakteri endofit ke dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Hal ini merupakan sumber N yang cukup besar bagi tanaman inang Asis et al. 2005.
Peningkatan serapan hara pada tanaman tersebut diduga bakteri endofit dapat memfiksasi hara terutama N yang ada di atmosfir dan penyediaan hara
melalui proses mineralisasi bakteri. Tanaman inang memperoleh hara dapat secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Hurek dan Hurek 1998,
tanaman inang secara langsung berasosiasi atau bersimbiosis dengan bakteri mengikat hara dari udara dan secara tidak langsung yaitu setelah bakteri mati
terjadi proses mineralisasi dari bakteri tersebut sehingga hara tersedia bagi tanaman.
Peningkatan serapan hara tersebut juga dapat diakibatkan karena bakteri endofit yang digunakan mampu memproduksi hormon GA
3
, hormon tersebut mampu memacu serapan hara N, P, dan K. Hormon GA
3
mengatur pertumbuhan tanaman melalui peningkatan divisi dan pemanjangan sel Eid dan Laila 2006.
Pada saat produksi biomas yang dihasilkan lebih banyak, maka semakin tinggi juga hara yang diserap tanaman. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian pada
tanaman sambiloto Vijakumari 2006 dan croton Codiaeum variegatum Soad et al
. 2010. Tabel 4.7. Pengaruh konsorsium bakteri endofit terhadap kadar dan serapan hara
pada tanaman sambiloto Perlakuan
Kadar hara Serapan hara g tanaman
-1
N P
K N
P K
Kontrol 3.80 a
0.37 a 4.57 a
0.17 c 0.02 c
0.20 d 20BB
3.38 a 0.30 a
3.94 a 0.35 ab
0.03 b 0.42 ac
90AA 3.74 a
0.37 a 4.26 a
0.30 b 0.03 b
0.33 c 5MD
4.09 a 0.32 a
4.21 a 0.40 a
0.03 b 0.41 bc
20BD 3.67 a
0.36 a 4.24 a
0.38 ab 0.035ab
0.44 ab 20CD
3.70 a 0.38 a
4.33 a 0.44 a
0.04 a 0.51 a
KK 12.5
9.8 11.7
19.54 19.03
16.21
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Pemberian isolat bakteri endofit 90AA memberikan peningkatan produksi tajuk kering 25 maupun serapan hara N, P, dan K terendah dibandingkan
dengan ke empat konsorsium yang lain. Hal tersebut diduga karena isolat 90AA merupakan isolat tunggal sedangkan perlakuan yang lain merupakan konsorsium
yang terdiri dari beberapa jenis konsorsium yang berbeda, diduga aktivititasnya lebih baik dibandingkan konsorsium tunggal. Hal tersebut ditunjukkan pada
Tabel 4.7, perlakuan 90 AA menyerap hara terendah terutaman N dan K dibandingkan dengan konsorsium yang lain.
Kadar dan produksi Andrografolid
Peningkatan kadar andrografolid dan produksi andrografolid, tidak lepas dari peningkatan bahan kering tanaman sambiloto. Hal tersebut berarti bahwa
peningkatan produksi bahan kering akan meningkatkan pula produksi bahan aktif. Pemberian bakteri endofit 20CD memberikan produksi bahan andrografolid
tertinggi 0.46 g tanaman
-1
, meskipun kadar andrografolidnya bukan yang tertinggi 3.9. Hal tersebut disebabkan karena produksi bahan kering yang
dihasilkan tertinggi 11.7 g tanaman
-1
. Hormon pertumbuhan tanaman selain dapat memacu pertumbuhan tanaman,
dan berdampak terhadap produksi tanaman juga dapat meningkatkan kadar bahan aktif. Andrografolid dan GA
3
adalah senyawa aktif yang mempunyai biosintesis yang sama yaitu dari golongan terpenoid Dubay et al. 2003; Srivastava dan
Akhila 2010. Pada biosintesis yang tergolong terpenoid yaitu mempunyai lintasan asam mevalonat pada sitosol atau non mevalonat pada plastid yang
disintesis dari isopentenil pirofosfat IPP Croteu et al. 2000.
Pemberian GA
3
eksogen dapat meningkatkan pasokan IPP ke lintasan pembentukan andrografolid yang mengakibatkan peningkatan kandungan
andrografolid. Pemberian secara eksogen hormon IAA dan GA
3
mampu
meningkatkan produksi dan kadar andrografolid Gudhate et al. 2009, dan kadar tanin pada tanaman jati belanda Syahid et al. 2010. Pemberian hormon baik
secara eksogen maupun endogen memberikan dampak yang sama terhadap tanaman Yamada 1993. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hormon yang
dihasilkan oleh sel bakteri endofit mempunyai dampak yang sama terhadap peningkatan kadar dan bahan aktif yang dihasilkan tanaman dengan pemberian
hormon eksogen. Tabel 4.8. Pengaruh konsorsium bakteri endofit terhadap kadar dan produksi
andrografolid pada tanaman sambiloto Perlakuan
Kadar andrografolid
Peningkatan kadar andrografolid
Produksi andrografolid
g tan
-1
Kontrol 3.2 b
0.0 0.19 c
20BB 4.1 a
29.0 0.44 ab
90AA 3.2 b
0.6 0.25 bc
5MD 3.2 b
0.0 0.34 ac
20BD 4.1 a
29.3 0.44 ab
20CD 3.9 a
23.7 0.46 a
KK 8.80
- 19.10
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata dengan DMRT 5.
Peningkatan kadar dan produksi andrografolid, selain dipicu oleh adanya hormon yang dihasilkan oleh bakteri endofit, juga dapat disebabkan karena
bakteri endofit tersebut dapat memproduksi bahan aktif. Simanjuntak et al. 2004 telah mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri endofit penghasil bahan
aktif artemisinin dari tanaman Artemisia annua. Beberapa bakteri endofit telah diisolasi dari tanaman mengkudu yang menghasilkan bahan aktif anti mikroba
Kumala dan Siswanto 2007. Hasil analisis kadar andrografolid pada penelitian ini cukup tinggi yaitu berkisar 3.17-4.10. Hal ini dapat disebabkan rasio antara
daun dan batang cukup tinggi di atas satu yaitu berkisar 1.6-1.9 Tabel 4.6. Hal tersebut berarti bahwa tanaman didominasi oleh daun. Daun mengandung kadar
andrografolid tertinggi dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain Pandey dan Mandal 2008 dan kadar andrografolid di daun berkisar 2.5-4.5 Bhan et al.
2006.
Penelitian ini menghasilkan 3 konsorsium bakteri endofit yang dapat direkomendasikan untuk diuji lebih lanjut yaitu 20BB, 20BD, dan 20CD. Ketiga
konsorsium tersebut unggul dalam menghasilkan bahan kering tanaman sambiloto, kadar dan produksi andrografolid. Konsorsium 20CD dan 20BB lebih
baik dalam menghasilkan peningkatan bobot kering tajuk dan produksi andrografolid. Konsorsium 20BB dan 20BD sama dalam menghasilkan
peningkatan produksi andrografolid. Penelitian selanjutnya mempergunakan dua konsorsium yang terbaik yaitu konsorsium 20CD dan 20BB. Konsorsium 20BD
tidak digunakan karena sama-sama diisolasi dari daun seperti konsorsium 20CD sehingga untuk lebih bervariasi maka digunakan konsorsium 20BB.
Simpulan
Konsorsium bakteri endofit memberikan pengaruh positif dan nyata meningkatkan pertumbuhan, produksi tajuk segar dan kering tanaman, serta
produksi andrografolid pada tanaman sambiloto dibandingkan kontrol. Peningkatan pertumbuhan tertinggi ditunjukkan oleh konsorsium 20CD dan
20BB. Konsorsium 20CD memberikan peningkatan produksi andrografolid tertinggi dan konsorsium 20BB memberikan peningkatan bobot kering tajuk
tertinggi. Kadar andrografolid pada tanaman samniloto dengan pemberian ketiga konsorsium bakteri endofit 20CD, 20BB dan 20BD berkisar 3.9-4.1.