Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

(1)

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT BANTARAN

SUNGAI DELI TERHADAP PEMANFAATAN JASA

LINGKUNGAN SUNGAI DELI

(Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

CAHYA WARDIAH

031201026 / MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga hasil penelitian yang berjudul “Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)“ dapat selesai dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si dan Ibu Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc,Sc selaku komisi pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, abang yang telah memberi dukungan, kasih sayang dan doanya kepada penulis serta teman-teman yang telah membantu dalam penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... TINJAUAN PUSTAKA Defenisis Daerah Aliran Sungai ... 4

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5

Sungai ... 6

Kesehatan Lingkungan DAS ... 9

Masyarakat DAS Perkotaan ... Persepsi ... Perilaku ... METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

Populasi dan Sampel ... 14

Pengumpulan Data ... 14

Data Primer ... 14

Data Sekunder ... 15

Data Pendukung ... Teknik Pengumpulan Data ... 19

Penyebaran Kuisioner ... 19

Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 19 Teknik Observasi ...

Pengolahan Data... Karakteristik Konsumen Air Singai ... Skoring Data ... Analisa Data ... Korelasi Spearman ... Analisa Kebersediaan Membayar dan Kebersediaan Menerima


(4)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan ... 20

Letak DAS Deli ... Luas dan Kemiringan DAS Deli ... Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... Geomorfologi DAS Deli Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 23

Penduduk Menurut Kelas Umur ... Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 26

Berdasarkan Kelas Umur... 26

Berdasarkan Pekerjaan ... Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 27

Berdasakan Lama Bermukim ... 27

Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 28

Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 32

Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan... 33

Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim... Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 43

Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 32

Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan... 33

Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim... Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden... Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli . Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... Analisa Kelembagaan ... Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan... Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 50


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 28 2. Skoring Data Pendidikan ... 30 3. Skoring Data Umur ... 44 4. Skoring Data Lama Bermukim ...

5. Skoring Data Persepsi Responden ... 6. Skoring Data Perilaku Responden ... 7. Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 8. Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 9. Geomorfologi DAS Deli ... 10.Komposisi Responden Berdasarkan Kelas Umur ... 11.Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 12.Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 13.Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 14.Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan Persepsi Responden 15.Hubungan Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden ... 16.Hubungan Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden... 17.Persepsi Larangan Membuang Sampah ke Sungai ... 18.Perilaku Masyarakat Yang Membuang Sampah ke Sungai ... 19.


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Jumlah Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh

Masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali ... 33

2. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Langsung... 34

3. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Tidak Langsung ... 35

4. Selaginella sp... 36

5. Loranthus sp. ... 36

6. Lourentia langiflora (L.) Peterm ... 37

7. Loranthus chrysanthus BL ... 38

8. Oryza granulata NEES et ARN ... 39

9. Piper ungaramense (Miq.)C.BC ... 39

10.Chloranthus elatior RBR ... 40

11.Physalis minima Linn ... 41

12.Chinchona spp. ... 41


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat

Desa Sibanggor Julu ... 53 2. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat

Desa Aek Nangali... 55 3. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang


(8)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)

Nama : Cahya Wardiah

NIM : 031201026

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Nurdin Sulistiyono, S. Hut, M.Si Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc.Sc.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 132 287 853


(9)

(10)

ABSTRAK

CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli

Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).

Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.

Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1985, dari ayah Achman Harahap dan ibu Masdiana Siregar. Penulis merupakan putri ketiga dari 3 (tiga) bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Padangsidempuan dan pada tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) –USU sebagai anggota dan menjadi anggota Badan Kenaziran Mushalla (BKM) Baitul Asjjar Jurusan Kehutanan USU di bidang kenaziran.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di HTI PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah, Kecamatan Kuantanh Singingi, Kabupaten Kuantan Hilir, Propinsi Riau selama 2 (dua) bulan yaitu sejak 5 Juni sampai dengan 4 Agustus 2007.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Defenisis Daerah Aliran Sungai... 5

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5

Sungai ... 6

Kesehatan Lingkungan DAS ... 7

Masyarakat DAS Perkotaan ... 7

Persepsi ... 8

Perilaku ... 8

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

Populasi dan Sampel ... 10

Pengumpulan Data ... 10

Data Primer ... 10

Data Sekunder ... 11

Data Pendukung ... 11

Teknik Pengumpulan Data ... 11

Penyebaran Kuisioner ... 11

Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 11

Teknik Observasi ... 12

Pengolahan Data ... 12

Karakteristik Konsumen Air Singai ... 12

Skoring Data ... 12

Analisa Data ... 13

Korelasi Spearman ... 13


(13)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan ... 15

Letak DAS Deli ... 15

Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15

Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15

Geomorfologi DAS Deli ... 16

Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 16

Penduduk Menurut Kelas Umur ... 16

Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 17

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 18

Berdasarkan Kelas Umur ... 18

Berdasarkan Pekerjaan ... 18

Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 19

Berdasakan Lama Bermukim ... 20

Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 21

Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 21

Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan ... 22

Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... 23

Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim ... 23

Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 24

Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 24

Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan ... 25

Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... 26

Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim ... 26

Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden ... 27

Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli 36

Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... 38

Analisa Kelembagaan ... 40

Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan ... 40

Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... 41

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... 42

Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 12

2. Skoring Data Pendidikan ... 12

3. Skoring Data Umur ... 12

4. Skoring Data Lama Bermukim ... 13

5. Skoring Data Persepsi Responden ... 13

6. Skoring Data Perilaku Responden ... 13

7. Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15

8. Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15

9. Geomorfologi DAS Deli ... 16

10.Komposisi Responden Berdasarkan Kelas Umur ... 18

11.Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 18

12.Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 19

13.Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 20

14.Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan Persepsi Responden 21 15.Hubungan Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden ... 24

16.Hubungan Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden ... 27

17.Persepsi Larangan Membuang Sampah ke Sungai ... 28

18.Perilaku Masyarakat Yang Membuang Sampah ke Sungai ... 29

19.Persepsi Rsponden Terhadap Kualitas Air ... 30

20.Responden Yang Memanfaatkan Air Singai Untuk MCK ... 31

21.Persepsi Responden Terhadap Sungai Dijadikan Tempat Rekreasi / Ekowisata ... 32

22.Perilaku Responden Yang Memanfaatkan Sungai Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat ... 33

23.Persepsi Responden Tentang Pengaruh Kebersihan Sungai Terhadap Kesehatan Masyarakat ... 34


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 49

2. Daftar Identitas Responden ... 53

3. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perspsi Responden Dengan SPSS ... 58

4. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 59

5. Pengolahan Data Korelasi Perspsi Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 60

6. Tabel Frekuensi Karakteristik Responden ... 61

7. Tabel Uji Chi – Square ... 63

8. Foto Kondisi Singai Deli Pada Lokasi Penelitian ... 64

9. Foto Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Hilir ... 65

10.Foto Pengisian Kuisioner dan Wawancara ... 66

11.Peta DAS Deli ... 67

12.Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Kelurahan / Kepala Lingkungan ... 68


(17)

ABSTRAK

CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli

Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).

Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.

Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai kesatuan hidrologis, air mengalir dari hulu ke hilir akan sangat bergantung / ditentukan oleh tinggi rendanya kapasitas penyimpanan air oleh sistem ekologi di kawasan hutan. Artinya, debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Intensitas / luasnya tutupan hutan akan sangat mempengaruhi kapasitas retensi air tanah, sehingga mempengaruhi fluktuasi debit air musiman termasuk kualitas air yang mengalir di sepanjang sungai. Laju air yang juga berpotensi merusak lingkungan , kekuatan rusaknya akan ditentukan oleh sebeerapa baik / buruk kualitas lingkungan / hutan yang berfungsi menahan laju air di kawasan hulu dan tengah.

Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Mulanya, pada masa kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli ini sudah bisa dirasakan melalui airnya yang kecokelatan. Dengan tebaran sampah yang menumpuk, dari bagian pinggir sampai ke aliran sungai yang bisa diketahui dari pendangkalan yang terjadi di beberapa titik. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Limbah domestik padat atau sampah yang dihasilkan di Kota Medan adalah 1.235 ton per hari.

Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki pola hidup yang kurang bersih dan sehat, dimana susunan dari pemukiman mereka sangat rapat dan lahan di sekitarnya yang semakin sempit manjadikan mereka kekurangan


(19)

sarana untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga mereka lebih memilih untuk membuangnya ke sungai.

Dampak dari interaksi dan adanya masyarakat yang tinggal di bantaran sungai diantaranya adalah penurunan kualitas air sungai disebabkan karena masih banyaknya masyrakat yang membuang limbah domestik dan industri langsung ke sungai, pencemaran sungai yang disebabkan oleh pemakaian pupuk organik dan pestisida yang masih tinggi di kawasan hulu sungai dan penurunan debit air sungai akibat perambahan, illegal logging dan konversi lahan masih terjadi di kawasan tangkapan air.

Sungai Deli perlu dilestarikan karena dengan luasan tersebut, kawasan ini tidak saja menyumbang proporsi besar sebagai sumber air minum penduduk Kota Medan dan sekitarnya yang mencapai 320.000 satuan sambungan, namun juga berperan dalam menggerakkan sendi-sendi perekonomian wilayah, terutama untuk Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. Beberapa sektor penting yang perlu disebutkan misalnya sektor pertanian, perkebunan, industri, perikanan, pariwisata dan sektor jasa.

Dari segi topografi daerah aliran sungai ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu dataran pesisir, dataran datar dan dataran tinggi. Wilayah dataran pesisir dan datar secara administratif merupakan daerah yang padat penduduk dan tempat berkembangnya industri yang terkenal dengan nama Kawasan Industri Medan (KIM). Sungai Deli merupakan saluran utama yang mendukung drainase Kota Medan dengan cakupan luas wilayahnya sekitar 51 % dari luas Kota Medan.

Pembaharuan tata pemerintahan sumberdaya alam dan lingkungan pada suatu DAS mengambil strategi pembaharuan tata kelembagaan sebagai strategi utamanya. Kelembagaan ini memuat elemen-elemen penyusun yang berasal dari tiga “ruang kekuasaan” yang berbeda yaitu masyarakat sipil, negara (otoritas pemerintah kabupaten-kabupaten dan kota-kota yang dialiri oleh sungai) dan pihak swasta. Dengan sejumlah peran dan fungsi sosio-politis yang dimilikinya, kelembagaan dapat berkolaborasi satu sama lain dengan baik, sehingga sangat diharapkan terjadi kesetimbangan peran yang memadai antar tiap stakeholder sehingga cita-cita keberlanjutan dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat diwujudkan.


(20)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.

Pentingnya mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai karena kunci keberhasilan dari pelestarian sumberdaya alam sepanjang Sungai Deli adalah peran aktif masyarakat lokal. Sebab, pengelolaan daerah aliran sungai pada akhirnya akan bertumpu pada upaya masyarakat untuk mengontrol kaitan satu sama lain antara sumberdaya air dengan manusia yang hidup pada kawasan tersebut serta aktifitas yang dilakukannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dalam pemanfaatan jasa lingkungan sungai, dimana aktifitas yang mereka lakukan memiliki tujuan yang menjamin konsep kelestarian sekaligus keseimbangan antara ekosistem sungai dengan pemanfaatan jasa lingkungannya yang terus menerus meningkat.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

2. Bagaimana hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

3. Seberapa besar nilai kesediaan membayar / willingness to pay (WTP) dan kesediaan menerima / willingness to accept (WTA) masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.


(21)

4. Bagaimana peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman masyarakat yang tingggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli – Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

2. Mengetahui hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

3. Mengetahui seberapa besar nilai kesediaan membayar (WTP) dan kesediaan menerima (WTA) masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli – Sumatera Utara.

4. Mengetahui peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat sekitar Sungai Deli – Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai persepsi dan perilaku

masyarakat sekitar bantaran Sungai Deli, dalam hal ini bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan keseimbangan DAS Deli oleh masyarakat di sekitarnya.

2. Secara ilmiah hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa sekitar sungai yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sungai.


(22)

Kerangka Pemikiran

Menurut Lumintang dan Murni (1998), persepsi merupakan proses merasa, menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi serta proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri setiap individu yang diperoleh dengan hal-hal yang diterima dirinya. Adapun faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini diantaranya adalah umur dan pendidikan.

Sedangkan faktor eksternal adalah nilai-nilai dari luar setiap diri individu yang dapat mempengaruhi persepsi. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini diantaranya adalah pekerjaan dan lama bermukim. Dari persepsi tersebut maka akan dapat mempengaruhi bentuk tingkah laku atau perilaku individu dalam kehidupan sehari-harinya.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap persepsi dan perilaku dalam kerangka berikut ini :

PERSEPSI PERILAKU

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Faktor Internal :

- umur

- pendidikan

Faktor Eksternal : - pekerjaan

- lama bermukim


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya (Sosrodarsono dan Takeda,2003).

Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional (Subagyo, 2005).

Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS sebagai kesatuan hidrologis. Fakta ini juga menunjukkan betapa pentingnya suatu


(24)

kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS yang bersangkutan.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).

Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya. Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau diperkenankan (Lubis,1990).

Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di kota, struktur organisasi yang fokus terhadap pengelolaan DAS dan banjir


(25)

perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta masyarakat (Hasibuan, 2005).

Kesehatan Lingkungan DAS

Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan baik.

Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan kepentingan.

Masyarakat DAS Perkotaan

Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi. Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami, merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).

Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik, limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).

Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan (hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan bahwa pengelolaan DAS dan manipulasi hutan yang intensif dapat memainkan


(26)

peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat (Hasibuan,2005).

Pengelolaan DAS Deli Terpadu

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan

masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor penyebabnya antara lain :

- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor; - kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;

- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan; - keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah

- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;

- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.

Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat.

Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.

Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan untuk pengelolaan DAS Deli.


(27)

Persepsi dan Perilaku

Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan / aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya.

Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.

Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).

Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya


(28)

juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab.

Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.

Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :

1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.

2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan masih dapat berjalan secara normal.

3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan menambah kesibukannya.

4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.

Kelembagaan Dalam DAS

Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan, regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya DAS, dimana otoritas / kewenangan, hak / kewajiban,


(29)

peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama (Dharmawan, 2005).


(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya (Sosrodarsono dan Takeda,2003).

Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional (Subagyo, 2005).

Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS sebagai kesatuan hidrologis. Fakta ini juga menunjukkan betapa pentingnya suatu


(31)

kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS yang bersangkutan.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).

Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya. Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau diperkenankan (Lubis,1990).

Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di kota, struktur organisasi yang fokus terhadap pengelolaan DAS dan banjir


(32)

perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta masyarakat (Hasibuan, 2005).

Kesehatan Lingkungan DAS

Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan baik.

Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan kepentingan.

Masyarakat DAS Perkotaan

Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi. Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami, merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).

Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik, limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).

Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan (hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan bahwa pengelolaan DAS dan manipulasi hutan yang intensif dapat memainkan


(33)

peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat (Hasibuan,2005).

Pengelolaan DAS Deli Terpadu

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan

masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor penyebabnya antara lain :

- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor; - kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;

- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan; - keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah

- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;

- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.

Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat.

Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.

Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan untuk pengelolaan DAS Deli.


(34)

Persepsi dan Perilaku

Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan / aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya.

Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.

Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).

Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya


(35)

juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab.

Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.

Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :

1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.

2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan masih dapat berjalan secara normal.

3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan menambah kesibukannya.

4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.

Kelembagaan Dalam DAS

Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan, regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya DAS, dimana otoritas / kewenangan, hak / kewajiban,


(36)

peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama (Dharmawan, 2005).


(37)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat wilayah yang merupakan bagian hilir dari DAS Deli, dengan alasan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut lebih banyak berinteraksi langsung dengan sungai. Empat wilayah tersebut adalah:

1. Lingkungan III, Kelurahan Deli Tua Barat, Kecamatan Deli Tua. 2. Lingkungan VIII, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. 3. Lingkungan VII, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan. 4. Lingkungan XVI, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2007.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal 100 meter kanan dan kiri sungai (bantaran) Sungai Deli bagian hilir. Sedangkan sampel yang diambil adalah Kepala Keluarga (KK) yang dipilih secara purposive sampling (sampel bertujuan). Kriteria responden yang akan diambil adalah kepala rumah tangga yang mengetahui seluk beluk kehidupan rumah tangganya dalam berinteraksi dengan sungai. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 KK tiap lokasi. Jadi total sampel untuk penelitian ini adalah 120 KK.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu : 1. Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Data keadaan sosial dan ekonomi responden.

b. Persepsi responden terhadap :

- Larangan membuang sampah / limbah ke sungai

- Kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai.

- Kegiatan yang menjadikan sungai sebagai tempat rekreasi


(38)

- Pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat.

c. Perilaku responden :

- Membuang sampah ke sungai

- Memanfaatkan sungai untuk MCK

- Memanfaatkan sungai untuk kegiatan rekreasi (ekowisata)

- Memanfaatkan sungai untuk sumber perekonomian masyarakat

(seperti tempat pengambilan pasir, batu dan lain-lain). 2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data umum yang ada pada instansi pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten atau kota. Meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan data-data pendukung lainnya yang diperoleh dari studi pustaka.

3. Data Pendukung

Data pendukung yaitu berupa data wawancara dengan instansi pemerintahan yaitu Dinas Lingkungan Hidup,Energi dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Penyebaran Kuisioner

Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner ini disebarkan pada seluruh sampel dalam penelitian.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa responden, tokoh yang ada pada desa tersebut serta aparat desa setempat. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada Dinas Lingkungan Hidup Energi dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dan Dinas


(39)

Perumahan dan Permukiman Kota Medan yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi pendukung lainnya.

3. Teknik Observasi

Pengumpulan data dengan melihat secara langsung kehidupan rumah tangga , masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya.

Pengolahan Data

1. Karakteristik Konsumen Air Sungai

Untuk memperoleh karakteristik responden seperti umur, pekerjaan, pendidikan, lama bermukim dan lain-lain yang didapat kemudian dituangkan dalam bentuk tabulasi-tabulasi.

2. Skoring Data

Tabel 1 Skoring Mata Pencaharian Responden

No Jenis Mata Pencaharian Skor

1 Petani 1

2 Nelayan 2

3 Pedagang 3

4. Penyedia jasa angkutan 4

5. Dan lain-lain 5

Tabel 2 Skoring Data Pendidikan

No Pendidikan Skor

1 Tamat SD 1

2 Tamat SMP 2

3 Tamat SMA 3

4. Tamat Perguruan Tinggi 4

Tabel 3 Skoring Data Umur

No Umur Skor

1 17 - 30 tahun 1

2 31 - 45 tahun 2

3 > 45 tahun 3

Tabel 4 Skoring Data Lama Bermukim

No Lama Bermukim Skor

1 < 5 tahun 1

2 5 - 20 tahun 2


(40)

Tabel 5 Skoring Data Persepsi Responden Dengan Skala Likert

No Persepsi responden Skor

1 Sangat tidak setuju 1

2 Tidak setuju 2

3 Ragu-ragu 3

4. Setuju 4

5. Sangat setuju 5

Tabel 6 Skoring Data Perilaku Responden Dengan Skala Likert

No Perilaku responden Skor

1 Sangat sering 1

2 Sering 2

3 Jarang 3

4. Sangat jarang 4

5. Tidak pernah 5

Analisa Data

Data-data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner dikumpulkan berdasarkan karakteristiknya, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi. Data-data yang telah tersaji dalam bentuk tabulasi tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan jumlah dan persentase dari masing-masing karakteristik atau jawaban yang sama. Dalam analisis data kuisioner secara deskriptif, data-data hasil wawancara mendalam digunakan untuk mendukung analisis data hasil penyebaran kuisioner.

1. Analisa Statistik / Kuantitatif

a. Korelasi Spearmen (Hubungan Keeratan)

Korelasi Spearmen digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Dasar dari pengamatan korelasi ini adalah ranking / peringkat (Usman dan Purnomo, 1995).

Analisa statistik Korelasi Spearman ini dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product Service and Solution (SPSS) yang merupakan suatu program perhitungan statistik data penelitian secara efektif dan efisien dengan


(41)

menggunakan perangkat komputer. Adapun variabel-variabel yang akan dihitung korelasinya adalah :

1. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur, pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan persepsi responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

2. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur, pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

3. Hubungan (korelasi) antara persepsi responden dengan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

b. Analisa Kebersediaan Membayar (Willingness to Pay) dan Kebersediaan Menerima (Willingness to Accept).

Pengolahan data ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh data yang diperoleh (data WTP atau WTA) kemudian membaginya dengan jumlah seluruh responden ( Pierce dalam Sulistiyono,2006).

2. Analisa Kualitatif

Analisa kualitatif juga digunakan untuk mendukung data-data kuisioner dari responden, yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil wawancara dengan dinas yang terkait serta dari hasil kegiatan observasi di lapangan.


(42)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan Letak DAS Deli

Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar.

Luas dan Kemiringan DAS Deli

Luas dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas. Luas dan kemiringan lereng DAS Deli tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Luas dan Kemiringan DAS Deli

Kelas Lereng Luas (ha) Luas (%)

I < 5 % 32.581 67.65

II 5 – 15 % 7.445 15.46

II 15 – 35 % 6.273 13.03

IV 35 – 50 % 1.521 3.16

V > 50 % 342 0.71

Jumlah 48.162 100

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Penutupan Lahan atau Penggunaan Lahan

Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti permukiman dan sebagainya. Masing –masing jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(43)

Tabel 8 Penggunaan Lahan DAS Deli

Kelas Luas (ha) Luas (%)

Hutan 3.655 7,59

Belukar 2.068 4,29

Kebun rakyat 285 0,59

Perkebunan 2.284 4,74

Sawah Tanaman campuran Tegalan Perkebunan tembakau Alang-alang Rawa Pemukiman Lain-lain 8.143 16.154 1.836 5.628 479 69 5.374 2.187 16,91 33,54 3,81 11,69 0,99 0,14 11,16 4,54

Jumlah 48.162 100

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Geomorfologi

Kondisi geomorfologi DAS Deli dideskripsikan dengan menunjukkan sebaran ketinggian tempat. Berdasarkan bentuk topografi, geomorfologi wilayah DAS Deli terdiri atas bentuk yang bervariasi, seperti disajikan pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9 Geomorfologi DAS Deli

Ketinggian tempat Luas (ha) Persentase

< 10 m (berombak) 8.782 18,23

10 – 50 m (berbukit sedang) 19.478 40,44

50 -300 m (berbukit) 10.536 21,88

> 300 m (bergunung) 9.366 19,45

Jumlah 48.162 100

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Kependudukan

Di wilayah DAS Deli mempunyai jumlah penduduk 209.726 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 46.802 KK. Data jumlah penduduk dan kepala keluarga pada DAS Deli hilir rata-rata jumlah penduduk perkecamatan sebanyak 22.393 jiwa dan 4.805 KK.


(44)

1. Penduduk Menurut Kelas Umur

Keadaan jumlah penduduk berdasarkan kelas umur di wilayah DAS Deli hilir adalah sebagai berikut :

- penduduk pada kelas umur 0 – 14 tahun adalah sebanyak

29.886 jiwa

- penduduk pada kelas umur 15 – 55 tahun adalah sebanyak

47.848 jiwa

- penduduk pada kelas umur > 55 tahun adalah sebanyak 11.851 jiwa

2. Mata Pencaharian

Pada wilayah DAS Deli hilir, penduduk memiliki mata pencaharian yang cukup bervariasi, diantaranya adalah :

- petani sebesar 10.713 KK

- PNS / ABRI / Pensiunan sebesar 1.449 KK - Buruh tani sebesar 54 KK

- Buruh sebesar 3.090 KK - Penyedia jasa sebesar 38 KK - Pedagang sebesar 1.404 KK - Pertukangan sebesar 529 KK

- Pegawai / karyawan swasta sebesar 13.991 KK

- Angkutan 322 KK

- Dan lain-lain sebesar 2.420 KK 3. Tingkat Pendidikan

Keadaan tingkat Pendidikan di wilayah DAS Deli hilir menurut data tahun 2002 adalah sebagai berikut :

- Tamat SD sebanyak 30.835 jiwa

- Tamat SLTP sebanyak 22.858 jiwa

- Tamat SLTA sebanyak 16.000 jiwa

- Akademi sebanyak 2.487 jiwa

- Perguruan tinggi sebanyak 1.395 jiwa - Belum sekolah sebanyak 8.015 jiwa - Tidak tamat SD sebanyak 4.461 jiwa.


(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 120 orang, yang terdiri dari 4 (empat ) lokasi yaitu Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli. Karakteristik dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner, kelompok umur yang dominan adalah responden berusia antara 31 – 45 tahun sebanyak 63 orang (52,5 %). Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya > 45 tahun sebanyak 33 orang (27,5%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur 17 – 30 tahun sebanyak 24 orang (20%). Dari kisaran umur responden dapat dilihat bahwa usia responden berada pada usia produktif, yaitu antara usia 31-45 tahun. Untuk usia yang kurang produktif adalah umur > 45 tahun sampai 55 tahun. Sedangkan untuk penduduk yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 55 tahun merupakan penduduk non produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok umur Jumlah Persen

1 17 – 30 tahun 24 20

2 31 – 45 tahun 63 52,5

3 > 45 tahun 33 27,5

Total 120 100

Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Keadaan penduduk yang menjadi responden pada lokasi penelitian memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :


(46)

Tabel 11 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persen

1 Petani 4 3,3

2 Nelayan 24 20

3 Pedagang 33 27,5

4 Jasa angkutan 20 16,7

5 Dan lain-lain 39 32,5

Total 120 100

Pada umumnya pekerjaan responden pada lokasi penelitian ini didominasi dengan pekerjaan selain petani, nelayan, pedagang dan jasa angkutan. Misalnya, ada yang memiliki pekerjaan sebagai kuli bangunan, buruh pabrik, pembantu rumah tangga dan ada juga yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai di instansi pemerintahan (pegawai negeri sipil). Dikarenakan penelitian dilakukan pada empat lokasi, diperoleh hasil dimana ada salah satu lokasi yang respondennya lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai nelayan yaitu Kelurahan Labuhan Deli. Hal ini dikarenakan oleh Sungai Deli yang ada di kelurahan ini mengalir langsung ke muara yang akan bertemu dengan Laut Belawan dan memeliki jarak yang tidak begitu jauh.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan penduduk dari lokasi penelitian memiliki variasi yang berjenjang satu sama lain, dari pendidikan yang dasar sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 12 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persen

1 SD / MI 39 32,5

2 SMP/MTS 43 35,9

3 SMU/SMK/MA 34 28,3

4 Perguruan Tinggi 4 3,3

Total 120 100

Pada umumnya tingkat pendidikan responden pada lokasi penelitian ini hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat yakni sebanyak 43 orang responden (35,9%). Hal ini disebabkan karena responden sebagaian besar memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah (kurang mampu), sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya tidak


(47)

tercapai. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan setara dengan perguruan tinggi merupakan jumlah yang paling sedikit diperoleh yaitu hanya berjumlah 4 (empat) orang (3,3%). Hal ini dikarenakan dimana sebagian besar responden kurang termotivasi dan bahkan tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kurangnya motivasi tersebut dikarenakan oleh pandangan mereka yang menyatakan bahwa anak perempuan tidak harus sekolah tinggi karena nantinya juga akan mengurus rumah saja, sedangkan untuk pihak laki-laki diserahkan tugas untuk melanjutkan usaha orang tuanya.

Selain itu menurut penuturan responden hal ini juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi walaupun hal ini tidaklah mutlak sebagai faktor utamanya. Kesadaran akan pendidikan yang tinggi bisa dikatakan masih kurang. Orang yang lumayan mampu secara ekonomi pada waktu lalu belum tentu menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi atau kesadaran anaknya yang memang kurang, sehingga enggan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Akan tetapi pada saat ini, secara pandangan umum dan kenyataannya sudah banyak orang tua yang tampak mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya untuk jenjang yang lebih tinggi, tetapi belum bisa dipastikan seberapa tinggi mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :

Tabel 13 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

No Lama bermukim Jumlah Persen

1 < 5 tahun 26 21,7

2 5 – 20 tahun 56 46,7

3 > 20 tahun 38 31,7

Total 120 100

Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada rentang 5 – 20 tahun yaitu sebanyak 56 orang (46,7 %). Responden yang telah bermukim di lokasi penelitian selama 5 – 20 tahun bahkan > 20 tahun sebagian


(48)

besar mengatakan bahwa mereka sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut dan tidak pernah pindah.

Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Persepsi Responden

Persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik pada dirinya.. Karakteristik tersebut diantaranya adalah umur, pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim. Berikut disajikan tabel 14 yang menunjukkan hubungan tersebut : Tabel 14 Hubungan antara faktor internal dan external responden dengan

persepsi. No

Karakteristik Responden

Persepsi Responden Umur Pekerjaan Pendidikan Lama bermukim 1

Koefisien korelasi -0,060 0,111 0,092 0,012 Sig. (2-tailed) 0,516 0,225 0,316 0,898

N 120 120 120 120

2 Koefisien korelasi 0,197* -0,115 -0,181* 0,019 Sig. (2-tailed) 0,031 0,211 0,047 0,834

N 120 120 120 120

3 Koefisien korelasi -0,048 -0,059 0,047 0,004 Sig. (2-tailed) 0,062 0,524 0,613 0,962

N 120 120 120 120

4 Koefisien korelasi 0,030 0,215* -0,102 -0,103 Sig. (2-tailed) 0,745 0,019 0,267 0,264

N 120 120 120 120

Keterangan :

1 = Persepsi responden terhadap larangan membuang sampah dan limbah ke sungai. 2 = Persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di

sekitar sungai.

3 = Persepsi responden terhadap kegiatan yang menjadikan sungai menjadi tempat rekreasi / ekowisata dan pengairan / irigasi.

4 = Persepsi responden terhadap pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat.

* = Berkorelasi nyata pada level 0,05 atau 95 % korelasinya nyata. ● Pembahasannya

1. Hubungan Antara Umur Dengan Persepsi Responden

Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa umur berpengaruh nyata (signifikan) dengan persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai. Keduanya memiliki korelasi yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia responden, maka persepsi mereka mengatakan bahwa kualitas air dengan adanya pemukiman dan


(49)

industri akan semakin baik. Akan tetapi, pada kenyataannya kita lihat bahwa dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai dapat memperburuk kualitas air sungai.

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka interaksinya atau kegiatan terhadap sungai juga semakin berkurang. Ini menyebabkan pemahamannya secara langsung terhadap sungai tersebut juga berkurang. Disamping itu, informasi atau berita-berita terbaru tentang keadaan sungai yang mereka terima juga semakin berkurang. Sesuai dengan pernyataan Subagyo (2005) bahwa hal ini juga bisa diakibatkan karena mereka tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan masih dapat berjalan secara normal.

Sedangkan hubungan (korelasi) antara umur dengan ketiga persepsi lainnya tidak berpengaruh nyata satu sama lain. Hal ini membuktikan bahwa baik yang tua maupun yang muda memiliki pandangan atau persepsi yang tidak berbeda terhadap larangan membuang sampah dan limbah, pemanfaatan sungai sebagai sarana ekowisata dan tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat.

2. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Persepsi Responden

Pada tabel 14 hasil korelasi Spearman, diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara pekerjaan dan persepsi memiliki tingkat keeratan yang lemah dan kurang berhubungan nyata. Pada tabel tersebut dapat diperoleh bahwa korelasi antara pekerjaan dan persepsi yang memiliki hubungan nyata atau signifikan adalah korelasi persepsi responden terhadap pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat. Adanya korelasi ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden, dimana tingkat pendidikan ikut menentukan atau berpengaruh terhadap pekerjaan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pekerjaan yang diperoleh juga semakin baik. Dengan demikian responden yang memiliki pekerjaan yang lebih baik akan memiliki pemahaman yang lebih baik akan pentingnya kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat. Sedangkan pekerjaan responden tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi yang lainnya. Artinya masyarakat dengan pekerjaan yang berbeda satu sama lain memiliki persepsi yang relatif seragam terhadap ketiga persepsi yang lain tersebut.


(50)

3. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Persepsi Responden

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh responden melalui bangku sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa pendidikan formal responden yang tertinggi adalah Perguruan Tinggi, tapi jumlah itu hanya sedikit sekali (3,3 %) dan tingkat pendidika paling rendah adalah Sekolah Dasar (32,5 %). Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa antara pendidikan dengan persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh nyata satu sama lain.

Korelasi negatif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka menurut mereka kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri akan semakin memburuk. Artinya, masyarakat yang berpendidikan tinggi dan masyarakat yang berpendidikan yang lebih rendah memiliki persepsi yang berbeda terhadap kualitas air sungai dengan adanya pemukiman dan industri di sekitarnya.

Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa responden yang berpendidikan tinggi lebih memahami bahwa keberadaan industri atau pun permukiman di sekitar sungai akan menyebakan kondisi atau kualitas air akan semakin memburuk. Hal ini diakibatkan limbah-limbah industri ataupun limbah rumah tangga yang cenderung dibuang ke sungai akan mencemari sungai tersebut. Artinya mereka lebih memahami dampak-dampak negatif yang terjadi pada sungai akibat keberadaan industri dan pemukiman penduduk di sekitar sungai.

Sedangkan hubungan antara pendidikan dengan persepsi responden terhadap larangan pencemaran sungai, pemanfaatan sungai sebagai sarana ekowisata dan tingkat kebersihan sungai tidak berpengaruh nyata (signifikan). Artinya antara responden berpendidikan tinggi dengan responden yang berpendidikan rendah memiliki persepsi yang tidak berbeda terhadap ketiga hal tersebut.


(51)

4. Hubungan Antara Lama Bermukim Dengan Persepsi Responden

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa hubungan antara lama bermukim dengan persepsi masyarakat (khususnya responden) terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai menunjukkan bahwa hubungan keduanya sangat lemah, dimana berdasarkan analisis yang dilakukan tersebut diketahui bahwa dari empat persepsi yang dihubungkan dengan karakteristik lama bermukim tidak ada yang berpengaruh nyata (signifikan).

Penelitian yang telah dilakukan memberikan informasi bahwa perbedaan lama bermukim tidak mempengaruhi perbedaan persepsi responden tentang larangan membuang sampah atau limbah ke sungai, mereka berpandangan positif atau sangat setuju dengan adanya larangan tersebut. Responden yang telah lama bermukim dan yang baru bermukim di bantaran sungai memiliki persepsi sama bahwa dengan adanya larangan tersebut akan dapat menjaga kebersihan air sungai sehingga sungai bisa dijadikan sebagai sarana ekowisata, dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai maka akan dapat mewujudkan kebersihan sungai sehingga kesehatan masyarakat juga ikut terjaga.

Berdasarkan hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa responden yang sudah lama bermukim dengan yang baru bermukim persepsinya sama terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya Sungai Deli.


(52)

Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden

Begitu juga hal nya dengan persepsi, perilaku seseorang juga ada pengaruh dan kaitannya dengan faktor eksternal dan internal, yaitu misalnya umur, pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim. Berikut ditampilkan hubungan antara karakteristik responden dengan perilaku responden.

Tabel 15 Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden

No Karakteristik Responden

Perilaku Responden Umur Pekerjaan Pendidikan Lama bermukim 1 Koefisien korelasi 0,046 0,184* 0,243** 0,198*

Sig. (2-tailed) 0,616 0,045 0,007 0,031

N 120 120 120 120

2 Koefisien korelasi 0,008 0,411** 0,398** 0,505** Sig. (2-tailed) 0,931 0,000 0,000 0,001

N 120 120 120 120

3 Koefisien korelasi 0,004 -0,203* -0,198* -0,306** Sig. (2-tailed) 0,962 0,027 0,030 0,001

N 120 120 120 120

4 Koefisien korelasi -0,088 -0,105 -0,046 -0,257** Sig. (2-tailed) 0,342 0,255 0,621 0,005

N 120 120 120 120

Keterangan :

1. Perilaku responden yang membuang sampah ke sungai, 2. Perilaku responden dalam pemanfaatan sungai untuk MCK,

3. Perilaku responden dalam pemanfaatan sungai untuk kegiatan rekreasi seperti memancing,

4. Perilaku responden yang menjadikan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat (seperti tempat pengambilan pasir dan batu)

* = Berkorelasi nyata pada level 0,05 atau 95 % korelasinya nyata ** = Berkorelasi nyata pada level 0,01 atau 99 % korelasinya nyata.

● Pembahasannya

1. Hubungan Antara Umur Dengan Perilaku Responden

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode Korelasi Spearman maka diperoleh hasil bahwa hubungan antara umur dengan perilaku responden adalah tidak ada hubungan yang erat satu sama lain. Perilaku masyarakat, khususnya responden tidak ada perbedaan antara yang tua dengan yang muda. Biasanya perilaku seseorang tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman hidupnya.


(53)

Khususnya pada penelitian ini, sikap atau perilaku antara responden yang muda dengan responden yang muda tidak berbeda karena kebutuhan mereka satu sama lain adalah sama dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Perilaku responden yang tua dengan responden yang muda dalam hal membuang sampah ke sungai tidak ada bedanya. Begitu juga dengan perilaku responden yang memanfaatkan sungai untuk kegiatan MCK, perilaku responden terhadap kegiatan pemanfaatan sungai untuk tempat rekreasi dan perilaku responden terhadap pemanfaatan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat tidak ada bedanya antara responden muda dan yang tua. Hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor pengaruh kebudayaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang, dan pengaruh kebudayaan / kebiasaan seseorang tidak memandang seseorang yang muda atau yang tua.

2. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Perilaku Responden

Perilaku responden yang membuang sampah ke sungai , memanfaatkan sungai untuk MCK dan untuk kegiatan rekreasi secara nyata dipengaruhi oleh pekerjaan mereka. Perilaku responden yang membuang sampah ke sungai dan yang memanfaatkan sungai untuk MCK berkorelasi positif dengan pekerjaan. Artinya, semakin tinggi tingkat kesibukan seseorang dalam bekerja, maka semakin berkurang keterlibatannya terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

Sementara korelasi negatif terdapat pada hubungan pekerjaan responden dengan perilakunya dalam memanfaatkan sungai yang sengaja dibuat untuk tempat rekreasi seperti untuk memancing. Semakin tinggi tingkat kesibukan seseorang maka akan timbul rasa jenuh terhadap pekerjaannnya tersebut, sehingga memicu rasa keinginannya malakukan kegiatan rekreasi yang bisa menyegarkan dirinya dari kejenuhan tadi, yaitu seperti dengan memancing di sungai.

Sedangkan hubungan antara pekerjaan dengan perilaku responden yang memanfaatakan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat, tidak berpengaruh nyata satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan yang berbeda, tidak berpengaruh pada perilakunya yang berbeda dalam memanfaatkan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat.


(54)

3. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Perilaku Responden

Pendidikan berpengaruh nyata pada perilaku responden yang membuang sampah ke sungai, memanfaatkan sungai untuk MCK dan yang memanfaatkan sungai untuk kegiatan memancing. Korelasi positif terdapat pada hubungan pendidikan dengan perilaku membuang sampah dan memanfaatkan sungai untuk MCK.

Hubungan positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin jarang sekali ia membuang sampah atau limbah ke sungai, karena mereka sadar bahwa dengan seringnya membuang sampah ke sungai akan merusak kelestarian lingkungan sungai, dan demikian mereka juga akan tidak atau kurang mau memanfaatkan air sungai untuk MCK, karena airnya sudah tercemar. Sedangkan perilaku responden yang memanfaatkan sungai untuk sarana rekreasi seperti memancing memiliki hubungan yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikannya, dia semakin sering melakukan kegiatan rekreasi seperti memancing, karena mereka memahami bahwa rekreasi juga kebutuhan spritual yang bisa menyegarkan kepenatan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Hubungan Antara Lama Bermukim Dengan Perilaku Responden

Hubungan antara lama bermukim dengan perilaku masyarakat (khususnya responden) terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai menunjukkan bahwa hubungan keduanya sangat signifikan. Berdasarkan hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa responden yang sudah lama bermukim dengan yang baru bermukim perilakunya berbeda terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya Sungai Deli.

Responden yang telah lama bermukim di bantaran sungai lebih sering membuang berperilaku membuang sampah ke sungai dan memanfaatkan sungai untuk MCK, karena selama rentang waktu yang lebih lama dibanding dengan responden yang baru bermukim di bantaran sungai mereka lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sungai. Faktor lama bermukim ini juga mempengaruhi perilaku responden dalam pemanfaatan sungai sebagai sarana


(55)

ekowisata (memancing) dan sumber perekonomian masyarakat (pengambilan pasir dan batu).

Responden yang lebih lama bermukim di bantaran sungai interaksinya untuk perilaku memancing dan pengambilan pasir / batu lebih jarang dibanding responden yang lain, dari hasil wawancara dengan responden yang telah lama tinggal di bantaran sungai menyatakan mereka melihat adanya kerusakan pada lingkungan sungai di sekitar mereka yang mana ini akan mengganggu kualitas ekologinya seperti ikan-ikan yang ada di sungai sehingga mereka tidak mau atau sangat jarang mengambil ikan di sungai.

Begitu juga dengan pengambilan pasir dan batu. Responden menyatakan mereka jarang mengambil pasir dan batu karena kegiatan ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan sungai untuk menahan air yang datang dari daerah hulu jika terjadi hujan deras, karena pasir pada dasarnya dapat menyerap air dan batu dapat menahan kuatnya arus air yang datang dari daerah hulu yang dapat mengurangi resiko banjir.

Hubungan (Korelasi) Antara Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden.

Setiap persepsi seseorang dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang mana dapat dilihat dari bentuk tingkah laku atau perilakunya. Hubungan antara persepsi dan perilaku ini dapat berupa hubungan positif dan hubungan negatif. Berikut disajikan tabel hubungan antara persepsi responden dengan perilaku responden.

Tabel 16 Hubungan (Korelasi) Antara Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden

N o

Persepsi Responden

Perilaku Responden 1 2 3 4

1

Koefisien korelasi -0,042 -0,008 0,190*

-0,120 Sig. (2-tailed) 0,649 0,929 0,037 0,192

N 120 120 120 120

2

Koefisien korelasi 0,216*

0,124 0,173 0,023

Sig. (2-tailed) 0,018 0,176 0,059 0,802

N 120 120 120 120

3 Koefisien korelasi 0,081 0,078 0,127 0,010 Sig. (2-tailed) 0,380 0,397 0,166 0,916


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Azwar, S. 2000. Sikap Manusia – Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Dharmawan, A.H. 2005. Sistem Tata Pemerintahan SDA dan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy. Pusat Studi Pengembangan – IPB Bekerjasama Dengan Partnership for Governance Reform in Indonesia – UNDP Press. Bogor.

Effendi, I. 2002. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lapan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Thesis Program Pasca Sarjana – USU. Medan.

Hasibuan, G.M. 2005. Peran Serta Masyarakat dan Kelembagaan Terpadu dalam Pengelolaan Banjir di Kota Medan (Studi Kasus Banjir di Kota Medan). Medan.

Keputusan Walikota Medan Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan. Medan.

Keputusan Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Medan.

Keputusan Walikota Medan Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan. Medan.

Lee, R. 1992. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Lubis, J. 1990. Hidrologi Danau Toba dan Sungai Asahan. PT. Puri Fadjar Mandiri. Jakarta.

Lumintang, R.W.E dan Yanti, M. 1998. Teknik Berbicara dan Mendengar. Kerjasama IPB- Depaetemen Pertanian – Departemen Koperasi. Bogor. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Nomor 6 Tahun 1988

Tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan Serta Penghijauan Dalam Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan. Medan.


(2)

Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Program Sarjana Kehutanan – USU. Medan.

Sosrodarsono, S dan Kensaku, T. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Subagyo, P.J. 2005. Hukum Lingkungan – Masalah dan Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sulistiyono, N. 2006. Penilaian Ekonomi Berbagai Pola Penggunaan Lahan Berdasarkan Citra Satelit Ikonos Tahun 2003 (Studi Kasus di Sub DAS Ciesek, DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor. Bogor.

Sunu, P. 2001. Menjaga Kelestarian Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Gramedia. Jakarta.


(3)

Kondisi dan Pemanfaatan Lingkungan Sungai Deli Kondisi Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja di Kelurahan Deli Tua Barat


(4)


(5)

Pengisian Kuisioner dan Wawancara


(6)