1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran Wikipedia, 2012: diunduh dari http:id.wikipedia.orgwikiKurikulum. Kurikulum mengacu pada karakteristik peserta didik serta mengacu kepada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Sebuah kurikulum yang dibentuk atas dasar acuan keadaan masyarakat disebut dengan Kurikulum Muatan Lokal.
Mata Pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal yang diwajibkan di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 423.552010, kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa untuk jenjang pendidikan SDSDLBMI, SMPSMPLBMTs
Negeri dan Swasta provinsi Jawa Tengah terdiri dari Standar Isi dan Kompetensi Lulusan mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa yang mencakup lingkup
materi untuk mencapai kompetensi lulusan minimal. Surat Keputusan tersebut bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan upaya penanaman nilai-nilai budi
pekerti serta penguasaan bahasa Jawa bagi siswa KTSP, 2010: 1. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional khususnya pasal 40 ayat 2 Sistem Pendidikan Nasional, 2006: 21 bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan logis, maka setiap guru harus tergerak untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Guna peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, guru harus pandai memilih model dan
media pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan peserta didiknya. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Jawa dalam Garis-garis Besar
Progam Pengajaran GBPP SD mencakup mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan
bahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, dapat merangsang daya pikir siswa agar mampu menuangkan ide,
gagasan dalam bentuk tulisan. Adapun tujuan utama pembelajaran Bahasa Jawa adalah membantu peserta didik belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab
akibat, kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa, 2010: 1-18.
Pembelajaran keterampilan menulis terlebih menulis karangan selalu membuat siswa malas bahkan mereka beranggapan bahwa menulis karangan
merupakan hal yang membosankan. Kegiatan menulis memang membutuhkan pikiran, waktu dan perhatian yang sungguh-sungguh, sehingga dianggap beban
berat. Selain itu siswa juga sulit dalam menuangkan ide-ide mereka kedalam tulisan secara teratur dan sistematis. Akibatnya kemampuan menulis mereka
rendah. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Shinta Mardiansari pada tahun 2012 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi
Melalui Bantuan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III SDN Pojok Klitih I Plandaan - Kabupaten Jombang” menunjukkan bahwa, dengan menggunakan
media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi.
Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata menulis narasi siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 48,1 meningkat pada
siklus II sebesar 84,6. Fenomena pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa tersebut merupakan
gambaran yang terjadi di SDN Potrobangsan 4. Berdasarkan refleksi awal peneliti dengan guru kolaborasi yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2011 bahwa
pembelajaran bahasa Jawa pada aspek keterampilan menulis karangan sederhana masih belum optimal, karena guru belum menggunakan model pembelajaran
menulis yang bervariasi serta penggunaan media pembelajaran masih kurang menarik sehingga siswa kurang aktif dan cepat merasa bosan. Guru hanya
memberikan latihan atau pembahasan terhadap soal-soal yang bersifat reseptif, seperti membaca, bukan terhadap soal-soal yang bersifat produktif, seperti
berbicara dan menulis. Pembelajaran juga masih berpusat pada guru. Adapun salah satu penyebab sulitnya untuk membiasakan siswa belajar menulis adalah
minimnya pengalaman siswa pada kelas III, juga keterbatasan sarana maupun prasarana yang kurang memadai.
Penyebab kesulitan dalam membiasakan siswa belajar menulis didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi menulis karangan sederhana
pada siswa kelas III semester 1 tahun pelajaran 20122013 masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Data hasil belajar
ditunjukan dengan nilai terendah 2,9 dan nilai tertinggi 9,1, dengan rerata kelas 55,8. Sejumlah 7 siswa atau ketuntasan 29.2 dan sejumlah 17 siswa atau tidak
tuntas 70.8. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran
tersebut, sangat perlu diadakan proses pembelajaran yang efektif agar siswa terampil menulis karangan sederhana berbahasa Jawa sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan analisis masalah yang dilakukan, tim kolaborasi menetapkan
alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran,
serta hasil belajar siswa, maka peneliti menggunakan media gambar berseri. Media Gambar Seri adalah cerita atau daya upaya dalam menyusun atau
menulis karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual gambar seri kedalam wujud atau bentuk bahasa lain Kamus besar Bahasa Indonesia 2009: 165. Media
gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi urutan gambar-gambar, antara gambar satu dengan gambar yang lain saling berhubungan dan menyatakan
suatu peristiwakejadian. Peristiwakejadian tersebut bisa berupa kejadian alam atau kejadian yang kita alami sehari-hari dalam hidup bermasyarakat. Media ini
digunakan untuk merangsang daya pikir siswa agar mampu menuangkan ide, gagasan dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Berbahasa Jawa dengan Media Gambar Berseri pada Siswa Kelas III SDN Potrobangsan 4 Magelang”.
1.2. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH