Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian di laksanakan di Ujung Genteng-Sukabumi, di rumah kaca Gunung Gede, di laboratorium Mikologi Gunung Gede dan di laboratorium Sitologi dan Mikroriza Herbarium Bogoriense-LIPI, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Februari 2003 sampai Juli 2005.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanahpasir dan akar yang diambil dari hutan semenanjung Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi, zeolit, PVLG, hara Johnson, sukrosa, aquades, alkohol 50 dan 70, benih Puerarea phaseoloides dan Sorghum sp. , KOH 2; 2,5 dan 10, HCl 1 dan 2, Clorox, gliserin 50, pewarna biru tripan. Alat yang digunakan adalah kompas, pH tanah, pengukur tinggi pohon, plastik, koran, label, karet gelang, patok, pemukul, tali rafia, jerigen, spidol permanen, tustel, bak semai, pot, sendok tanah, cangkul, golok, saringan tanah bertingkat ukuran 750, 250, 100 dan 50 μm, sentrifus, mikroskop stereo dan mikroskop binokuler, cawan petri, gelas obyek, gelas penutup, pinset spora, pinset, erlenmeyer, pipet, botol film, sarung tangan dan tabung reaksi.

C. Metode Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Kegiatan di lapang meliputi analisa vegetasi, pengambilan contoh tanah dari rizosfer, akar dan anakantumbuhan bawah yang digunakan untuk 27 biakan pot cendawan trapping dan analisa sifat-sifat tanah khususnya salinitas. 2. Kegiatan di rumah kaca dan di laboratorium meliputi isolasi dan identifikasi CMA, yang menggunakan perbanyakan biakan pot dan persentase kolonisasi CMA pada akar tumbuhan. Bagan alir penelitian yang dilakukan seperti tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2. C.1. Di Lapang C.1.1. Analisa Vegetasi Analisa vegetasi dimulai dengan melakukan pengukuran terhadap fase pohon dengan keliling batas tinggi dada 1,30 m О 62,8 cm dan tiang О : 31,4 – 62,8 cm juga О 6,28 cm anakan dan tumbuhan bawah. Metode kuadran Cox 1972 digunakan untuk menghitung nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominasi relatif dan indek nilai penting jenis pohon dan tiang. Metode garis menyinggung digunakan untuk analisa vegetasi fase anakan dan tumbuhan bawah. Penentuan tumbuhan dominan dilakukan berdasarkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominasi relatif dan indeks nilai penting jenis. Fase sapihan tidak diamati karena fase sapihan banyak dimanfaatkan penduduk untuk kayu bakar, sehingga pada populasi setiap jenis tumbuhan, fase ini dapat dikatakan sangat sedikit dan hanya ada di tengah hutan, yaitu daerah yang jarang dijamah oleh penduduk. Pembagian wilayah penelitian dilakukan berdasarkan keadaan lingkungan dan arah angin. Wilayah zona Barat menghadap teluk, sebagian pasir lebih menjorok ke laut, pasir lebih halus, dan kondisi laut lebih dalam. Zona Timur 28 Penentuan Lokasi Penelitian Lapang : 1. Analisa vegetasi, 2. Pengambilan contoh tanah, akar, anakan dan tumbuhan bawah Biakan pot dengan inang Pueraria phaseoloides dan Sorghum sp. Biakan Pot dengan inang anakan dan tumbuhan bawah dari lapang Anakan dan tumbuhan bawah Pengamatan Kolonisasi Penyaringan dengan saringan bertingkat Tanah Akar Identifikasi CMA Analisa sifat kimia tanah Analisa hasil penelitian Identifikasi Tumbuhan Data Analisa Vegetasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 3 2 2 1 1 Keterangan : 1 lapang, 2 biakan pot, 3 anakan Gambar 2 Bagan Alir Penelitian. 29 menghadap laut lepas Samudera Hindia, karang lebih menjorok ke laut, pasir lebih kasar, landai dan lebih dangkal dengan air menggenang bila air surut. Zona tengah hutan memiliki suatu spesies tumbuhan yang rapatmendominasi zona tersebut. Selanjutnya areal penelitian dibagi menjadi 5 zona, yaitu Pantai Barat PB, Tengah Barat TB, Tengah Hutan TH, Tengah Timur TT dan Pantai Timur PT. Pembagian zona tersebut berlaku untuk melihat sebaran CMA dan Tumbuhan. Pembagian zona untuk melihat perbedaan komunitas tumbuhan dan hubungannya dengan CMA, areal penelitian dibagi menjadi 3 zona, yaitu 0-70 m dari pantai P, 71-140 m dari pantai T dan 141 m dari pantai sampai tengah hutan H. C.1.2. Pengambilan Contoh Tanah, Akar untuk Pohon dan Tiang, serta Anakan dan Tumbuhan Bawah Teknik pengambilan contoh tanah dan akar dari berbagai tipe vegetasi dan zonasi mengikuti metode kuadran untuk analisa vegetasi dengan berpedoman pada peta areal yang akan dianalisa. Langkah awal pengambilan contoh dilakukan dengan membuat transek, yaitu garis lurus yang memotong areal yang diamati. Selanjutnya menentukan satu titik sebagai pedoman untuk membuat garis tegak lurus terhadap transek. Sehingga terbentang garis dari arah Utara, Selatan, Barat dan Timur Gambar 3. Akhirnya dari garis transek tersebut diperoleh 24 titik masing-masing 4 kuadran. Pengambilan contoh tanah dan akar diambil berdasarkan kuadran yang telah ditentukan, dibeberapa titik sekitar tumbuhan tersebut. Akar sebanyak 5-10 g dan tanah sebanyak 700-1000g diambil dari daerah rizosfer. Daerah rizosfer yang dimaksud ialah bagian ujung akar tumbuhan yang berada di bawah kanopi terluarnya dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Apabila pada suatu titik transek mempunyai tumbuhan yang 30 sama pada kuadrannya, maka hanya dipilih salah satu tumbuhan untuk diambil contoh tanah dan akarnya. Contoh tumbuhan yang tidak diketahui nama ilmiahnya di ambil sebagai contoh untuk identifikasi. Beberapa tumbuhan anakan dan tumbuhan bawah dalam keadaan hidup diambil sebagai contoh untuk biakan pot cendawan. Akar yang diambil sebagian disimpan sementara dalam alkohol 50 setelah dicuci bersih, selama perjalanan dari lapang ke laboratorium. Gambar 3 Peta lokasi penelitian dan letak jalur pengamatan di hutan pantai Ujung Genteng, Desa Batu, Kabupaten Sukabumi. C.2. Percobaan di Rumah Kaca dan Laboratorium Sebanyak 79 contoh tanah rizosfer pohon dan tiang serta akarnya berasal dari 24 titik metoda kuadran dibawa ke rumah kaca dan laboratorium. Selain itu, juga diperoleh beberapa jenis tumbuhan anakan dan tumbuhan bawah yang digunakan untuk inang dalam biakan pot anakan. Samudera Hindia U Samudera Hindia Tenda o Keterangan : = garis transek kuadran = garis menyinggung Kabupaten Sukabumi Ujung Genteng 31 Kegiatan penelitian di rumah kaca dan laboratorium meliputi penghitungan jumlah spora, identifikasi CMA dan mengamati persentase kolonisasi. Identifikasi CMA saat ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan spora. Di alam pada umumnya CMA memproduksi spora dalam jumlah sangat sedikit sehingga teknik penyuburan dengan biakan pot perlu dilakukan. Contoh tanah, akar dan tumbuhan bawah yang didapat dari lapang digunakan untuk biakan pot cendawan. Tumbuhan inang yang digunakan untuk biakan pot ialah Pueraria phaseoloides dan Sorghum sp. Biakan pot dipelihara di rumah kaca kurang lebih 12 bulan, dengan pemberian pupuk Johnson tanpa P. Setelah 12 bulan dilakukan analisa biakan pot dengan menghitung jumlah spora, identifikasi spora dan persentase kolonisasi CMA. Untuk mendapatkan spora, tanah disaring dengan saringan bertingkat Brundett et al. 1994. Selain dari biakan pot, spora dari tanah yang diambil langsung dari lapang juga disaring, untuk dihitung jumlah spora dan diidentifikasi CMAnya. Spora yang baik dipilih dan diletakkan pada kaca obyek dengan media PVLG untuk selanjutnya diidentifikasi Schenck Perez. 1990. Akar baik yang diperoleh dari lapang maupun hasil biakan pot dianalisa peresentase kolonisasi CMAnya. Analisa kolonisasi cendawan pada akar dilakukan setelah proses pewarnaan dengan biru tripan Brundrett et al. 1996. Secara garis besar teknik pewarnaan akar yang diperoleh dari lapang dilakukan dengan cara : akar dicuci, direndam dalam KOH 10 semalam, kemudian KOH dibuang, dan dicuci dengan air mengalir. Apabila akar masih berwarna gelap maka dilakukan proses pemutihan dengan Clorox 0,01 selama beberapa saat. Selanjutnya direndam dalam HCl 2 selama 12 jam. Setelah itu HCl dibuang, dan terakhir akar diwarnai dengan pewarna biru tripan. Akar selanjutnya disimpan dalam asam gliserol 50 sampai dilakukan pengamatan dan penghitungan 32 persentase kolonisasi. Teknik pewarnaan akar tumbuhan yang berasal dari kultur pot yaitu Pueraria phaseoloides dan Sorghum sp. dilakukan dengan menggunakan metoda Koske dan Gemma 1989. Metode tersebut dilakukan untuk mencegah kerusakan akar, karena akar tumbuhan inang tersebut lebih kecil dan halus daripada akar tumbuhan dari hutan. Teknik pewarnaan akar tersebut dilakukan dengan cara : akar dicuci, dimasukkan dalam KOH 2,5 dan direbus pada suhu 60-90 o C sampai akar menjadi bersih kurang lebih 10-30 menit. Selanjutnya KOH dibuang, dicuci air mengalir, kemudian direndam dalam HCl 1 selama 12 jam. Setelah itu HCl dibuang, dan terakhir akar diwarnai dengan pewarna biru tripan. Akar selanjutnya disimpan dalam asam gliserol 50 sampai dilakukan pengamatan dan penghitungan persentase kolonisasi. Penghitungan kolonisasi CMA pada akar menggunakan Metoda Visual Assay , dan dilanjutkan dengan Metoda slide Giovanneti dan Mosse 1980. Kolonisasi ditandai adanya minimal salah satu struktur berikut ini, yaitu entry point , hifa internal, arbuskula, vesikula atau koil. Persen kolonisasi CMA dihitung dengan rumus : Jumlah akar yang terkolonisasi Kolonisasi CMA = -------------------------------------- X 100 total panjang akar Data persen kolonisasi, keanekaragaman dan jumlah spora CMA di lapang dan biakan pot dibandingkan dan dihubungkan dengan data lainnya.

D. Analisa Data