32 persentase kolonisasi. Teknik pewarnaan akar tumbuhan yang berasal dari kultur
pot yaitu Pueraria phaseoloides dan Sorghum sp. dilakukan dengan menggunakan metoda Koske dan Gemma 1989. Metode tersebut dilakukan untuk mencegah
kerusakan akar, karena akar tumbuhan inang tersebut lebih kecil dan halus daripada akar tumbuhan dari hutan. Teknik pewarnaan akar tersebut dilakukan
dengan cara : akar dicuci, dimasukkan dalam KOH 2,5 dan direbus pada suhu 60-90
o
C sampai akar menjadi bersih kurang lebih 10-30 menit. Selanjutnya KOH dibuang, dicuci air mengalir, kemudian direndam dalam HCl 1 selama 12 jam.
Setelah itu HCl dibuang, dan terakhir akar diwarnai dengan pewarna biru tripan. Akar selanjutnya disimpan dalam asam gliserol 50 sampai dilakukan
pengamatan dan penghitungan persentase kolonisasi. Penghitungan kolonisasi CMA pada akar menggunakan Metoda Visual
Assay , dan dilanjutkan dengan Metoda slide Giovanneti dan Mosse 1980.
Kolonisasi ditandai adanya minimal salah satu struktur berikut ini, yaitu entry point
, hifa internal, arbuskula, vesikula atau koil. Persen kolonisasi CMA dihitung dengan rumus :
Jumlah akar yang terkolonisasi Kolonisasi CMA = -------------------------------------- X 100
total panjang
akar Data persen kolonisasi, keanekaragaman dan jumlah spora CMA di lapang
dan biakan pot dibandingkan dan dihubungkan dengan data lainnya.
D. Analisa Data
Frekuensi relatif setiap jenis spora CMA yang ditemukan dihitung dan dibandingkan antara contoh dari lapang dan biakan pot. Frekuensi relatif jenis
CMA dihitung dengan rumus :
33 Σ titik jenis A ditemukan
Frekuensi jenis A = --------------------------------- x 100 Σ titik keseluruhan
Frekuensi jenis A Frekuensi relatif jenis A = ------------------------------- x 100
Σ frekuensi keseluruhan
Selain kerapatan spora CMA setiap 100 g
-1
tanah kering, dihitung kekayaan R, dimana R = jumlah jenis yang ditemukan pada sampel, dan keragaman CMA D.
Keragaman CMA D dihitung dengan rumus : S
D = --------- Log N
dimana : S = jumlah total spesies pada sampel N = jumlah total spora pada sampel
E. Analisa Pendukung Analisa pendukung terdiri dari 2, yaitu Identifikasi Tumbuhan dan
analisa beberapa sifat tanah. Tumbuhan yang belum teridentifikasi nama ilmiahnya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Bogor. Analisa sifat
tanah yaitu pH, jenis tanah, salinitas, P total, P tersedia dan tekstur tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
F. Penyimpanan Spesimen
Sebagian besar spesimen disimpan di Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan sebagian lagi disimpan di laboratorium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Vegetasi
A.1. Hasil
Dari keseluruhan hasil analisa vegetasi di hutan pantai Semenanjung Ujung Genteng,
ditemukan 68 spesies tumbuhan yang terdiri dari 40 famili. Ke 68 spesies tumbuhan tersebut terdiri dari 32 spesies fase pohon dan tiang dari 20
famili, serta 51 spesies anakan dan tumbuhan bawah dari 35 famili. Hasil analisa vegetasi hutan secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 1 dan 2.
Tumbuhan fase pohon dan tiang secara keseluruhan pada Lampiran 1 terdiri dari 32 spesies tumbuhan. Tiga spesies tumbuhan diantaranya merupakan
tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting NP tertinggi, yaitu Dysoxylum parasiticum
Meliaceae
, Syzygium javanicum Myrtaceae, dan Guettarda speciosa
Rubiaceae
dengan nilai masing-masing 38.35, 23.08 dan 17.40. Frekuensi ke 3 spesies tersebut juga merupakan spesies yang tercatat mempunyai
nilai lebih tinggi dari tumbuhan lain ialah D. parasiticum, S. javanicum, G. speciosa dengan nilai masing-masing 13.7, 9.59 dan 8.22.
Dua puluh satu famili tumbuhan fase pohon dan tiang seluruh Semenanjung, terdapat 4 famili yang mempunyai sebaran paling luas Lampiran
1. Ke 4 famili tersebut ialah Moraceae 4 spesies, Euphorbiaceae 3 spesies, Lauraceae 3 spesies, dan Rubiaceae 3 spesies. Dan dari seluruh tumbuhan yang
terdiri dari 41 famili yang tercatat di seluruh semenanjung, famili-famili yang anggotanya lebih dari 3 yaitu dari Moraceae 5 spesies, Euphorbiaceae 4
spesies, Fabaceae 4 spesies, dan Lauraceae 4 spesies.
35 Tumbuhan fase anakan dan tumbuhan bawah pada Lampiran 2 terdiri dari
51 spesies tumbuhan. Terdapat 3 spesies tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi NP, yaitu Piper cf. baccatum Piperaceae, Nephrolepis
radicans Davaliaceae, dan Syzygium javanicum Myrtaceae yang masing- masing mempunyai nilai 57.64, 31.78 dan 31.78. Sedangkan frekuensi
spesies yang tercatat mempunyai nilai lebih tinggi dari tumbuhan lain ialah Piper cf. bacatum F=20.65 dan S. javanicum F=12.08.
Pandanus tectorius Pandanaceae merupakan spesies tumbuhan yang relatif banyak di semenanjung Ujung Genteng, walaupun tidak termasuk kategori
pohontianganakantumbuhan bawah. Tumbuhan tersebut tercatat sebanyak 15 pada 6 titik pada metoda kuadran, lebih banyak dari S. javanicum yang
mempunyai frekuensi dan NP tertinggi setelah D. parasiticum Lampiran 1. Berdasarkan komunitas tumbuhan yang dibagi dalam 3 zona, pada zona 0-
70 m dp P Tabel 1 terdapat 14 spesies tumbuhan fase pohon dan tiang dengan 3 spesies tumbuhan yang memiliki peran besar ialah Pongamia pinnata
Fabaceae, Terminalia cattapa Combretaceae, Erythrina orientalis Fabaceae dengan nlai masing-masing 37.55,
28.22 dan 27.34. Dari ke 3 tumbuhan tersebut P. pinnata dan E. orientalis
memiliki sebaran lebih luas frekuensi lebih
tinggi dengan nilai yang sama yaitu 12 dari pada T. cattapa 8 atau tumbuhan lain di zona P. Hasil analisa vegetasi selengkapnya disajikan pada
Lampiran 3. Pada ekosistem zona 71-140 m dp T Tabel 2 terdapat 19 spesies
tumbuhan fase pohon dan tiang dengan 3 spesies tumbuhan yang memiliki peran besar ialah Dysoxylum parasiticum Meliaceae, Salacia sp. Hippocraticaceae,
36 dan S. javanicum Myrtaceae. Ketiga tumbuhan tersebut masing-masing
memiliki indeks nilai penting NP 36.52, 29.36 dan 27.53. Sebaran ke 3 tumbuhan tersebut D. parasiticum merupakan tumbuhan yang memiliki sebaran
paling luas dengan frekuensi 13.04 di zona T Lampiran 4. Tabel 1 Nilai penting jenis tumbuhan fase pohon dan tiang pada zona 0-70 m dari
pantai TH daerah Ujung Genteng
Fase
Nilai Penting
No. Suku Nama
Jenis Pertumb.
NP 1 Fabaceae
Pongamia pinnata L. Pierre Pohon
37.55 2 Combretaceae Terminalia cattapa L.
Pohon 28.22
3 Fabaceae Erythrina orientalis L. Murr
Pohon 27.34
4 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. ssp. similisBl. Borss.
Pohon 25.83
5 Meliaceae Dysoxylum parasiticum Osb. Kosterm.
Pohon 24.80
6 Hernandiaceae Hernandia peltata Meissn. Pohon
24.78 7 Rubiaceae
Guettarda speciosa L. Pohon
22.57 8 Apocynaceae Cerbera manghas L.
Pohon 21.48
9 Apocynaceae Rauvolfia reflexa T. B. Pohon
18.52 10 Malvaceae
Thespesia populnea Solland. ex Correa Pohon
16.95 11 Rubiaceae
Morinda citrifolia L. var bracteata Roxb. Hook.f
. Tiang 16.19 12 Moraceae
Ficus septica Burm. f. Pohon
13.68 13 Ebenaceae
Diospyros maritima Bl. var calycina K.V. Pohon
13.18 14 Moraceae
Ficus variegata L. Pohon
8.91
Pada zona 141 mdp sampai tengah hutan H Tabel 3 terdapat 13 spesies tumbuhan fase pohon dan tiang yang memiliki peran besar dalam
ekosistem ini ialah D. parasiticum Meliaceae, S. javanicum Myrtaceae dan Micromelum minutum Rutaceae.
Ketiga tumbuhan tersebut masing- masing memiliki indeks nilai penting NP 82.05, 40.69 dan 31.02. Diantara
ke 3 spesies tumbuhan tersebut D. parasiticum mempunyai sebaran paling luas
37 dengan nilai frekuensi 21.82 di zona H. Hasil analisa vegetasi selengkapnya
disajikan pada Lampiran 5. Tabel 2 Nilai penting jenis tumbuhan fase pohon dan tiang zona di 71-140 m dari
pantai T daerah Ujung Genteng
Fase Nilai Penting
No. Suku
Nama Jenis Pertumb. NP
1 Meliaceae Dysoxylum parasiticum Osb. Kosterm.
Pohon 36.52
2 Hippocraticaceae Salacia sp. Pohon
29.36 3 Myrtaceae
Syzygium javanicum Miq. Pohon
27.53 4 Hernandiaceae Hernandia peltata Meissn.
Pohon 25.14
5 Clusiaceae Calophyllum inophyllum Mohd.
Pohon 18.99
6 Moraceae Ficus variegata L.
Pohon 14.96
7 Fabaceae Erythrina orientalis L. Murr
Pohon 14.56
8 Arecaceae Oncosperma tigillarium Jack Ridl.
Tiang 14.17
9 Lauraceae Cryptocarya ferrea Bl.
Pohon 14.14
10 Combretaceae Terminalia cattapa L.
Pohon 12.74
11 Euphorbiaceae Macaranga tanarius L.
Pohon 12.26
12 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L.ssp.similisBl.Borss.
Pohon 11.62
13 Lauraceae Cryptocarya nitens K. V.
Pohon 11.48
14 Euphorbiaceae Bischofia javanica Bl.
Pohon 9.75
15 Anacardiaceae Buchanania arborescens Bl. F. Muell.
Pohon 9.72
16 Myrtaceae S. pseudoformosum King Merr. Perry
Pohon 9.49
17 Gnetacea Gnetum latifolium Bl.
Tiang 9.39
18 Oxalidaceae Averrhoa bilimbi L.
Pohon 9.32
19 Rubiaceae Guettarda speciosa L.
Pohon 8.86
Dari zona T, zona H maupun secara keseluruhan Semenanjung D.
parasiticum mempunyai nilai NP dan frekuensi yang tertinggi. Jadi tumbuhan inilah yang mempunyai peranan paling besar di Hutan pantai Semenanjung Ujung
Genteng. Hasil perhitungan indeks nilai kemiripan komunitas I
S
pada ke 3 zona tersebut di atas. menunjukkan bahwa zona P dan T mempunyai nilai I
S
35.42. zona T dan H memiliki nilai I
S
32.53 sedangkan P dan H nilai I
S
nya 27.04.
38 Karena nilai I
S
kurang dari 50 maka secara umum jenis tumbuhan fase pohon dan tiang pada ke 3 zona tersebut tidak menunjukkan nilai kemiripan komunitas
satu dengan yang lain. Sebaran tumbuhan diseluruh semenanjung disajikan pada Gambar 9. bersama dengan sebaran CMA.
Tabel 3 Nilai penting jenis tumbuhan fase pohon dan tiang zona di 141 m dari dari pantai sampai tengah hutan H daerah Ujung Genteng
Fase Nilai Penting
No. Suku
Nama Jenis Pertumb.
NP 1 Meliaceae
Dysoxylum parasiticum Osb. Kosterm. Pohon
82.05
2 Myrtaceae Syzygium javanicum Miq.
Pohon
40.69
3 Rutaceae Micromelum minutum Forster.f.W.R.A.
Pohon
31.02
4 Moraceae Ficus variegata L.
Pohon
19.88
5 Ebenaceae Diospyros maritima Bl. Pohon
19.82
6 Rubiaceae
Morinda citrifolia L. var bracteata Roxb. Hook.f.
Tiang
18.36
7 Rubiaceae Guettarda speciosa L.
Pohon
18.03
8 Moraceae Maclura cochinchinensis Lour.
Tiang
16.74
9 Meliaceae Dysoxylum gaudichaudianum A.Juss. Miq.
Pohon
15.11
10 Anacardiaceae Buchanania arborescens Bl. F. Muell. Pohon
11.80
11 Euphorbiaceae Bridelia insulana Hance. Pohon
10.35
12 Moraceae Ficus ampelas Burm. f.
Pohon
8.83
13 Lauraceae Cinnamomum inners Reinw.
Tiang
7.32
A.2. Pembahasan
Tumbuhan fase pohon Dysoxylum parasiticum dan tumbuhan bawah Piper cf. bacatum merupakan dua tumbuhan yang memiliki sebaran paling
luas yang ditunjukkan dengan frekuensi keterdapatan yang paling tinggi dibanding dengan tumbuhan lainnya. Tumbuhan tersebut juga merupakan
tumbuhan yang paling berperan dalam ekosistem hutan pantai Ujung Genteng karena memiliki nilai NP tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ke 2
tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang paling toleran terhadap kondisi
39 salin dan kondisi lingkungan lainnya yang terdapat pada Semenanjung
tersebut. Semenanjung Ujung Genteng merupakan hutan pantai. Pada penelitian
ini dijumpai 14 spesies tumbuhan fase pohon dan tiang yang tumbuh pada zona 0-70 m dp P, dan terdapat 2 spesies tumbuhan di tepi pantai yang
tercatat relatif banyak di dalam kuadrandi luar kuadran. Tumbuhan yang ditemukan di tepi pantai tersebut yaitu Pongamia pinnata, Cerbera manghas,
Ipomea pes-caprae, Hibiscus tiliaceus dan Pandanus tectorius serta Soneratia pinnata yang berada di luar kuadran menurut Pramudji Purnomo
2003 ialah anggota dari tumbuhan yang biasa tumbuh di pesisir. Pramudji Purnomo 2003 melaporkan bahwa tumbuhan pesisir di Indonesia yang
teridentifikasi diketahui 27 spesies, sehingga hutan pantai Ujung Genteng memiliki keanekaragaman tumbuhan daerah pesisir yang rendah. Begitu pula
bila dibandingkan dengan data yang dilaporkan oleh Arisandi 2002, 2004 yang melaporkan bahwa tumbuhan mangrove pesisir di daerah Timur
Surabaya terdapat 15 spesies dan tumbuhan pesisir di hutan mangrove muara sungai Wonorejo dan Wonokromo terdapat 12 spesies.
Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Semenanjung Ujung Genteng tidak hanya mempunyai tumbuhan khas daerah
pesisir, namun juga tumbuhan terestrial yang toleran terhadap kondisi setempat. Curah hujan rata-rata tahunan di daerah ini tinggi yaitu 3107.4 mm,
termasuk ke dalam tipe iklim A, dengan hujan selama 186 hari per tahun. Tingginya curah hujan menyebabkan kandungan salinitas di daerah terestrial
Semenanjung relatif rendah karena proses pencucian oleh air hujan. Hal ini
40 juga didukung dengan data kandungan garam di Semenanjung. Kandungan
garam pada bagian tengah hutan relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian pantainya Tabel 9. Selain itu air sumur hanya berjarak sekitar 20 m
dari garis pasang normal rasanya tawar, bahkan pada saat pasang maksimal yaitu pada saat terjadi angin besar, air laut dapat sampai ke sumur tersebut.
Angin besar dapat terjadi pada saat musim penghujan sekitar bulan Nopember sampai April. Jadi kemungkinan air tanah di daerah tersebut secara umum
tawar, sehingga ikut mempengaruhi salinitas tanah dan vegetasi di atasnya. Suatu komunitas dikatakan mirip kalau nilai I
S
antara 75 -100. Nilai I
S
di di Semenanjung Ujung Genteng kurang dari 40 antar ke tiga zona, dan perbedaan komunitas tumbuhan antar zona tersebut diduga karena
lingkungan pada ke 3 zona tersebut berbeda, terutama kadar garamnya.
41
B. Keanekaragaman CMA B.1. Hasil