Nilai aktivitas kitin deasetilase dalam menghasilkan glukosamin merupakan suatu fungsi dari reaksi substrat glikol kitin yang berasal dari
glikol kitosan terhadap enzim kitin deasetilase yang terukur dari nilai absorbansi terhadap warna. Semakin tinggi glukosamin yang terbentuk maka
semakin banyak pula gugus asetil yang dilepaskan pada reaksi enzimatis ini, sehingga menunjukkan aktivitasnya semakin tinggi.
B. KARAKTERISASI ENZIM KITIN DEASETILASE PT2-3
Pengujian karakterisasi enzim dilakukan untuk mengetahui kondisi optimal enzim yang akan mempengaruhi kinerja dalam mentransformasikan
substrat, sehingga akan diperolah aktivitas enzim yang maksimum. Karakterisasi enzim yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi, analisa pH
optimum dengan selang pH 5.0, 6.0, 7.0, 8.0, 9.0, 10.0 dan 11.0, suhu optimum dengan selang suhu 40
C, 50 C, 60
C, dan 70 C, pengaruh
penambahan logam terhadap aktivitasnya, dan stabilitas atau ketahanan enzim terhadap panas.
1. pH Optimum Enzim
Hampir semua enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH, dan biasanya aktivitas enzim akan berkurang bila pH medium berubah dari pH
yang merupakan pH optimumnya. Dari hasil yang didapat, kenaikan satu tingkat pH maka aktivitas spesifik kitin deasetilase PT2-3 pun cenderung
meningkat hingga pH 8 yang merupakan pH optimum enzim Gambar 7, dan setelah pH tersebut tercapai, akan terjadi penurunan aktivitas enzim.
Peningkatan aktivitas enzim pada pH optimum yang dicapainya dapat dihubungkan dengan suatu perubahan ionisasi dalam gugus-gugus ionik
enzim pada tapak aktif sehingga enzim pada konformasi tapak aktifnya akan lebih efektif dalam membentuk produk.
Enzim menyediakan banyak tempat pengikatan proton, mengingat pada hakekatnya enzim adalah protein yang tersusun atas asam-asam
amino yang dapat mengadakan ionisasi mengikat dan melepaskan proton atau ion hidrogen pada gugus amino, karboksil, atau beberapa gugus
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30
5 6
7 8
9 10
11 pH
A k
ti fi
ta s
S pes
if ik
U m
g P
rot ei
n
fungsionil lainnya. Ion hidrogen merupakan ’pereaksi‘ ampuh yang dapat mengubah-ubah kecepatan reaksi enzim.
Gambar 7. Grafik aktivitas spesifik Kitin deasetilase PT2-3
,
pada berbagai tingkat pH
Dari grafik tersebut, didapat bahwa pH optimum kitin deasetilase PT2-3 dicapai pada pH 8.0. Gugus fungsionil pada lokasi aktif yang dapat
terionisasi memegang peranan kunci pada suatu reaksi katalitik enzim. Reaksi pengikatan dan pelepasan ion hidrogen pada gugus fungsionil
tersebut, dapat dianggap sebagai reaksi enzim dengan suatu modifier secara umum logam, asam atau molekul lain.
Pada kitin deasetilase lain yang dihasilkan oleh isolat ck-d dan L- 17 Subianto, 2001 memiliki pH optimum masing-masing 7.0 dan pH 5.0,
lebih rendah dibandingkan dengan pH optimum kitin deasetilase yang dicapai oleh isolat Bacillus sp. PT2-3, yang memiliki nilai sama dengan
yang dicapai oleh kitin deasetilase K29-14 yang diisolasi dari bakteri asal kawah kamojang Rahayu, 2000 yakni pada pH 8.0. Sedangkan pH
optimum yang dicapai oleh kitin deasetilase pada Colletotricum lindemutianum
ATCC 56676 Tokuyasu, 1996, berada lebih tinggi yakni mencapai pH 11.5 kisaran pH 8 – pH 12.
2. Suhu Optimum