lecanii pada Berbagai Tingkat Suhu lecanii terhadap Telur R. linearis

21 menggunakan mikrometer okuler dari mikroskup optik merk Zeiss, tipe 47.30159901 German yang sudah dikalibrasi dengan perbesaran 40x. Setiap isolat diukur sebanyak 10 konidia sebagai ulangan. Daya Kecambah dan Periode Waktu Kecambah Konidia

L. lecanii

Konidia dari masing-masing isolat pada telur yang tidak menetas diinkubasi di dalam air. Setelah 10 jam diinkubasi kemudian dilakukan pengamatan terhadap jumlah konidia yang berkecambah dengan menggunakan mikroskup optik merk Olympus, model CX 21FSI. Pengamatan periode waktu kecambah dimulai dari waktu inkubasi konidia dan dihentikan setelah konidia yang berkecambah mencapai 95 Feng et al. 2002. Toleransi Berbagai Isolat

L. lecanii pada Berbagai Tingkat Suhu

Isolat L. lecanii ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan Petri yang berdiameter 9 cm kemudian biakan cendawan disimpan pada suhu yang berbeda. yaitu 20 o C, 25 o C, 27 o C, 30 o C, dan 32 o C. Pertumbuhan koloni diukur hingga umur 21 HSI. Jumlah konidia yang diproduksi dihitung dengan cara mengambil sebanyak 1 g dari masing-masing isolat beserta medianya dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer kemudian ditambah air 100 ml. Labu dikocok menggunakan vortex selama 30 detik kemudian jumlah konidia dihitung menggunakan haemocytometer. Bentuk karakter koloni setiap isolat diamati berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Rayner dan Boddy 1988. Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program MINITAB 14. Apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil BNT pada taraf nyata α = 0.05. 22 Analisis Pengelompokan Isolat Pengelompokan isolat L. lecanii didasarkan dari kemiripan karakter fisiologi cendawan, meliputi; 1 virulensi, 2 jumlah konidia yang diproduksi pada tiap telur yang tidak menetas, 3 ukuran konidia, 4 daya kecambah konidia, 5 periode waktu kecambah, 6 toleransi terhadap suhu, dan 7 karakter koloni menggunakan program MINITAB 14. Hasil analisis pengelompokan isolat adalah berupa dendogram hubungan kemiripan antar isolat. Hasil dan Pembahasan Virulensi Beberapa Isolat

L. lecanii terhadap Telur R. linearis

Virulensi isolat diukur dari persentase telur R. linearis yang tidak menetas hingga enam hari setelah aplikasi HSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan asal isolat berpengaruh nyata terhadap virulensi cendawan. Virulensi tertinggi dicapai pada isolat Ll-JTM11 dengan jumlah telur yang tidak menetas mencapai 75 Tabel 2. Sedangkan telur yang tidak menetas terendah hanya 12. yaitu pada isolat Ll-NTB4. Dari percobaan diperoleh empat isolat yang memiliki virulensi tinggi, yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2 dengan persentase telur yang tidak menetas berturut-turut 75, 72, 69, dan 73. Isolat L. lecanii yang virulen terhadap telur R. linearis semuanya diperoleh dari cadaver Spodoptera litura Lepidoptera: Noctuidae, kecuali isolat Ll-JTM15 yang diperoleh dari cadaver R. linearis. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa cendawan L. lecanii tidak spesifik inang. Isolat yang lebih virulen dapat diperoleh dengan cara eksplorasi dari berbagai serangga lain. Hasil penelitian ini mendukung Trizelia 2005 yang mendapatkan isolat Beauveria bassiana Deuteromycotina: Hyphomycetes yang diperoleh dari serangga yang sama dengan serangga uji juga tidak menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari jenis serangga yang berbeda dengan serangga uji. 23 Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat L. lecanii yang diperoleh dari metode pengumpanan maupun isolasi dari tanah mengindikasikan virulensi lebih rendah, yaitu hanya di bawah 45 apabila dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari bangkai serangga. Hal ini diduga karena isolat yang diperoleh dari tanah mengalami fase saprob dan cendawan mengalami banyak cekaman, seperti aktivitas pestisida kimia maupun senyawa metabolit bekas tanaman yang ada dipermukaan tanah. Oleh karena itu, isolat L. lecanii yang diperoleh dari tanah maupun metode pengumpanan sebaiknya diinfeksikan ke serangga inang terlebih dahulu sebelum diuji agar totalitas fase patogenesis setiap isolat dapat diekspresikan. Menurut Ropek dan Para 2002, pertumbuhan V. lecanii yang diperoleh dari tanah dipengaruhi oleh berbagai kontaminan dari logam berat seperti cadmium Cd dan plumbum Pb. Popowska- Nowak et al. 2000 juga melaporkan bahwa pertumbuhan cendawan Paecilomyces farinosus Wize Brown Simth Deuteromycotina: Hyphomycetes dipengaruhi oleh aktivitas logam berat. Sementara itu, Klingen et al. 2002 melaporkan bahwa senyawa metabolit sekunder tanaman dapat menghambat pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae Metsch. Deuteromycotina: Hyphomycetes dalam konsentrasi yang rendah, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan toksik. Senyawa metabolit dari serasah berbagai tanaman khususnya dari kelompok Brassicaceae sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan cendawan B. bassiana meskipun cendawan tersebut sudah dikulturkan beberapa kali Sudirman et al. 2008. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa virulensi isolat sangat beragam tergantung dari asal isolat, serangga inang, maupun kondisi ekologi setempat. Alavo et al. 2004 menyatakan bahwa kisaran inang dan kondisi ekologi dapat mempengaruhi keragaman genetik yang berpengaruh langsung terhadap tingkat virulensi cendawan. Menurut Fatiha et al. 2007 perbedaan virulensi isolat V. lecanii dipengaruhi oleh keragaman intraspesies. Sementara itu, keragaman intraspesies dipengaruhi oleh keragaman genetik isolat V. lecanii Sugimoto et al. 2003a 2003b. Keragaman genetik dapat terjadi karena mutasi, rekombinasi gen, reproduksi 24 seksual dan paraseksual, seleksi, heterokariosis, dan migrasi gen dari suatu tempat ke tempat lain McDonald McDermott 1993; Dalzoto et al. 2003. Isolat yang diperoleh dari serangga inang yang sama tetapi dari geografi yang berbeda atau isolat yang diperoleh dari serangga yang berbeda namun dari geografi yang sama kemungkinan memiliki virulensi yang berbeda Fatiha et al. 2007. Hasil penelitian Mor et al. 1996 menunjukkan bahwa virulensi V. lecanii yang diuji berkisar dari 0-83 dan variasi ini dipengaruhi oleh serangga inang maupun geografi isolat. Ekesi 2001 menyatakan bahwa perbedaan virulensi pada cendawan M. anisopliae dan B. bassiana Deuteromycotina: Hyphomycetes juga dipengaruhi oleh faktor intraspesies. Jumlah Konidia pada Telur

R. linearis yang Tidak Menetas

Dokumen yang terkait

RAGAM KARAKTER MORFOLOGI POLONG KEDELAI (Glycine max L. Merrill) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETAHANAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG Riptortus linearis F.

0 19 1

UJI PATOGENISITAS JAMUR Aspergillus sp. TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI (Riptortus linearis) DI LABORATORIUM

6 38 47

Keefektifan lima jenis cendawan Entomopatogen terhadap hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis (L.) {Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap Predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae)

0 25 73

Infektivitas cendawan entomopatogen lecanicillium lecanii terhadap parasitoid telur trichogrammatoidea bactrae bactrae (Hymenoptera:Trichogrammatidae)

0 2 51

Keefektifan lima jenis cendawan Entomopatogen terhadap hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis dan dampaknya terhadap Predator Oxyopes javanus Thorell

0 3 63

Patogenitas Beberapa Cendawan Entomopatogen (Lecanicillium lecanii, Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana)terhadap Aphis glycines pada Tanaman Kedelai

3 10 50

PENGARUH EKSTRAK DAUN Agalia odorata TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Nezara viridula DAN Riptortus linearis.

0 0 4

Patogenitas Beberapa Cendawan Entomopatogen (Lecanicillium lecanii, Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana)terhadap Aphis glycines pada Tanaman Kedelai

0 0 12

Patogenitas Beberapa Cendawan Entomopatogen (Lecanicillium lecanii, Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana)terhadap Aphis glycines pada Tanaman Kedelai

0 0 2

Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Pakan Terhadap Bioekologi Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis Di Laboratorium - UWKS - Library

0 0 14