Imunitas Seluler Imunologi Kanker

surveillance Abbas et al. 2000; Chiplunkar 2001; Finn 2008; Kresno 2008; Mapara Sykes 2004. Beberapa bukti yang mendukung bahwa ada peran sistem imun dalam melawan kanker adalah banyak tumor mengandung infiltrasi sel-sel mononuklear yang terdiri dari sel T, sel NK dan makrofag; tumor dapat mengalami regresi spontan; tumor lebih sering berkembang pada individu dengan imunodefisiensi atau bila fungsi sistem imun tidak efektif; dan tumor seringkali menyebabkan imunosupresi pada penderita Abbas et al. 2000; Kresno 2008. Respon imun terhadap tumor dapat dibagi menjadi imunitas selular dan imunitas humoral Baratawidjaja Rengganis 2009a.

2.4.1. Imunitas Seluler

Pada pemeriksaan patologi anatomi tumor, sering ditemukan infiltrat sel- sel yang terdiri dari fagosit mononuclear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mast. Meskipun pada beberapa kanker, infiltrat sel monuklear merupakan indikator prognosis yang baik, tetapi pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dan prognosis. Sistem imun dapat langsung menghancurkan sel kanker yang sudah dapat sensitisasi sebelumnya. Jenis sel efektor yang berperan dalam eliminasi tumor adalah sel T sitotoksik, sel NK dan makrofag. Sel Limfosit T Sel limfosit T terdiri dari sel CD4+, CD8+, sel T naïf, NKT dan TrTreg. Sel limfosit T naïf yang terpajan dengan kompleks antigen MHC dan dipresentasikan antigen presenting cell APC atau rangsangan sitokin spesifik akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4+ dan CD8+ dengan fungsi efektor yang berbeda Baratawidjaja Rengganis 2009c. Sel CD4+ atau sel ThT helper disebut juga sel T inducer yang merupakan subset sel T yang diperlukan dalam induksi respon imun terhadap antigen asing. Antigen yang ditangkap akan diproses dan dipresentasikan makrofag dalam kontek MHC-II ke sel CD4+. Selanjutnya sel CD4+ yang Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com berproliferasi dan berdiferensiasi berkembang menjadi subset sel Th1 dan Th2 Baratawidjaja Rengganis 2009c. Sel T CD4+ pada umumnya tidak bersifat sitotoksik bagi tumor, tetapi sel-sel itu dapat berperan dalam respon anti-tumor dengan memproduksi berbagai sitokin yang diperlukan untuk perkembangan sel lain seperti CD8+, sel B, makrofag dan sel NK. Sel T CD4+ menghasilkan IFN-γ untuk merangsang makrofag yang kemudian menghasilkan TNF-α yang bersifat sitotoksik. Sitokin IFN-γ juga akan merangsang sel NK untuk melisiskan tumor. Selain itu sel T CD4+ juga akan menghasilkan IL-2 untuk merangsang pertumbuhan sel T CD8+ yang merupakan efektor dalam mengeliminasi tumor. Sitokin TNF-α dan IFN-γ juga mampu untuk meningkatkan ekspresi molekul MHC-I dan sensitifitas tumor terhadap lisis sel T sitotoksik Baratawidjaja Rengganis 2009a; Kresno 2008; Mapara Sykes 2004. Sel T CD8+ naïf yang keluar dari timus disebut juga sel T sitotoksik. Sel T sitotoksik mengenal antigen melalui kompleks antigen MHC-I yang dipresentasikan APC. Sel T sitotoksik menimbulkan sitolisi melalui perforingranzim, FasLFas apoptosis, TNF-α dan memacu produksi sitokin sel Th. Pada beberapa percobaan terbukti bahwa sel T sitotoksik menghasilkan respon imun anti-tumor yang efektor in vitro. Slovin et al. 1990 membuktikan bahwa suatu klon limfosit penderita sarcoma mampu melisiskan sel-sel segar sarcoma dan selanjutnya klon limfosit yang sama mampu melisiskan cell line yang berasal dari sarcoma bersangkutan secara konsisten. Pada banyak penelitian menunjukkan bahwa pada kanker yang mengekspresikan antigen unik dapat memacu sel T sitotoksik spesifik yang dapat menghancurkan tumor. Sel T sitotoksik biasanya mengenal peptide asal TSA yang diikat MHC I. Limfosit T yang menginfiltrasi ke jaringan tumor juga mengandung sel T sitotoksik yang memiliki kemampuan melisiskan tumor. Sel T sitotoksik tidak selalu efisien, disamping respon sel T sitotoksik tidak selalu terjadi pada tumor. Namun demikian peningkatan respon sel T sitotoksik dapat merupakan cara pendekatan Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com terapi yang menjanjikan di masa yang akan datang Abbas et al. 2000; Kresno 2008. Sel NK Sel NK adalah limfosit sitotoksik yang mengenal sel sasaran yang tidak antigen spesifik dan juga tidak tergantung pada MHC. Diduga bahwa fungsi terpenting sel NK adalah antitumor. Sel NK mengekspresikan reseptor Fc yang dapat mengikat sel tumor yang dilapisi antibodi dan dapat membunuh sel sasaran melalui antibody dependent cell mediated cytotoxicity ADCC dan melalui pelepasan protease, perforin, dan granzim. Kemampuan sel NK membunuh sel tumor ditingkatkan oleh sitokin seperti IFN, TNF, IL-2 dan IL-12. Karena itu peran sel NK dalam aktifitas anti-tumor bergantung pada rangsangan yang terjadi bersamaan antara sel T dan makrofag yang memproduksi sitokin tersebut. IFN α,β,γ mengubah pre-NK menjadi sel NK yang mampu mengenali dan melisiskan sel tumor. Sel NK mungkin berperan terhadap tumor yang sedang tumbuh, khususnya tumor yang mengekspresikan antigen virus Abbas et al. 2000. Sel NK juga berperan dalam mencegah metastasis dengan mengeliminasi sel tumor yang terdapat dalam sirkulasi. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penelitian Kresno 2009. Makrofag Makrofag memiliki enzim dengan fungsi sitotoksik dan melepas mediator oksidatif seperti superoksid dan oksida nitrit. Makrofag juga melepas TNF-α yang mengawali apoptosis. Diduga makrofag mengenal sel tumor melalui reseptor IgG yang dapat mengikat antigen tumor. Makrofag dapat memakan dan mencerna sel tumor dan mempresentasikannya ke sel CD4+ melalui MHC-II dan ke sel CD8+ melalui MHC-I. Jadi makrofag dapat berfungsi sebagai inisiator dan efektor imun terhadap tumor. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com

2.4.2. Imunitas Humoral