12 a.
Yang dimaksud dengan Gerakan sosial buruh adalah perlawanan Serikat Buruh Medan Independen SBMI dalam kasus penetapan Upah Minimum
Propinsi UMP tahun 2005-2007. b.
Yang dimaksud dengan Proses Kebijakan Publik adalah Proses penetapan kebijakan Upah Minimun Propinsi UMP oleh Dewan pengupahan daerah
Depeda yang melibatkan SBMI.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Untuk mengetahui bagaimanakah peranan SBMI dalam penetapan kebijakan yang menyangkut tentang perburuhan.
b. Untuk mengetahui sejauhmanakah keberhasilan gerakan buruh oleh SBMI dalam
menentang kebijakan Neoliberalisme dalam skala lokal. c.
Untuk mengetahui bagaimanakah konsep dan strategi gerakan sosial yang dibangun oleh SBMI
1.5 MANFAAT PENELITIAN
a. Secara Akademis Penelitian ini dapat menambah refrensi ilmu pengetahuan dan
karya ilmiah di Departemen Ilmu Politik khususnya dalam studi Gerakan Sosial Social Movement
b. Secara Teoritis maupun metodologis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran dalam studi gerakan sosial khususnya peranan serikat buruh.
Universitas Sumatera Utara
13 c.
Secara praktis penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku gerakan sosial dalam menentang kebijakan neoliberalisme khususnya
bagi serikat buruh. d.
Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dalam penelitian ini.
1.6 KERANGKA TEORI
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian perlu ada pedoman dasar berpikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu
menyusun suatu kerangka teori sebagi landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih
11
. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proporsi untuk menrangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Oleh karena itu, dalam kerangka teori ini penulis akan memaparkan landasn
berpikir dalam menggambarkan masalah penelitian yang sedang disoroti.
1.6.1 Gerakan Sosial 1.6.1.1 Sejarah dan pengertian Gerakan Sosial
Berbicara tentang gerakan sosial Social Movement maka tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kapitalisme dunia, karena pada umumnya gerakan sosial lahir untuk
merespon akan diskursus kapitalisme. Dan walaupun gerakan sosial merupakan gejala yang baru dalam ilmu sosial, namum gerakan sosial sudah ada sejak lama yaitu mulai
abad 18, yaitu pada saat gereja Methodis di Amerika dan Inggris menjadi sebuah bentuk
11
Ibid
Universitas Sumatera Utara
14 gerakan sosial yang berbasis Agama. Di abad 19 terdapat gerakan sosial Internasional
The International Socialist Movement yang tumbuh dan berkembang di berbgai tempat di Eropa juga di anggap sebagai gerakan sosial. Dan pada abad ke 20 juga terdapat
gerakan hak-hak sipil di Eropa dan Amerika yang menentukan sejarah panjang diskriminasi rasial di negeri tersebut. Di tahun 1970 an gerakan anti perang dan gerakan
anti kemapanan yang menggunjang kehidupan Amerika juga dianggap sebagai inspirasi dari gerakan sosial
12
. Bagi Indonesia sendiri fenomena gerakan sosial bukanlah hal yang baru. Karena
banyak terdapat model-model aksi sosial sebagai respon terhadap kebijakan publik yang tidak berpihak. Misalnya aksi sosial menentang penggusuran tanah di kedung ombo.
Sehingga jika melihat beberapa kasus gerakan sosial di Indonesia maka dapat kita ambil kesimpulan sementara bahwa gerakan sosial merupakan gerakan yanglahir dari dan atas
prakarsa masyarakat dalam rangka menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Dan biasanya gejala gerakan sosial lahir karena kebijakan
pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat.
Jelas bagi kita bahwa sejarah gerakan sosial itu sudah ada sejak lama dengan pengecualian terhadap konsep revolusi kelas yang berbau idiologis. Bahwa gerakan sosial
hadir sebagai respon terhadap sistem sosial yang berkembang, terlebih lagi saat berkembangnya paham kapitalisme negara era state-led development hingga era
neoliberalisme seperti saat sekarang. Berdasarkan sejarah dari gerakan sosial tersebut maka banyak defenisi terhadap
gerakan sosial. Menurut defenisi Tarrow 1996 dalam karyanya yang berjudul Social
12
Lihat pada pengantar radikalisme kaum pinggiran.
Universitas Sumatera Utara
15 Movement in Contentious Politics : A Review bahwa gerakan sosial diartikan sebagai
tantangan-tantangan pada pemegang kuasa atas nama orang-orang tertindastersingkirkan yang hidup dibawah kawasan atau pengaruh pemegang kuasa itu. Dan gerakan sosial juga
di defenisikan Tarrow 1994 sebagai tantangan kolektif yang diajukan sejumlah orang yang memiliki tujuan dan solidaritas yang sama, dalam konteks interaksi yang
berkelanjutan dengan kelompok elit,lawan dan penguasa. Dan gerakan sosial memiliki beberapa karakteristik seperti a menyusun aksi mengacau melawan kelompok elit danm
penguasa, b dilakukan atas nama tuntutan yang sama terhadap lawan, penguasa dan kelompok elit, c terus melanjutkan aksi kolektifnya sampai menjadi sebuah gerakan
sosial yang terorganisir.
1.6.1.2 Teori Gerakan Sosial
Secara teoritis terdapat teori gerakan sosial di luar teori gerakan yang berbasiskan idiologi Marxist. Walaupun teori lama tersebut sudah jarang digunakan sebagai bahan
analisis gerakan sosial, tetapi tetap mempunyai sejarah sendiri dalam gerakan menuntut keadilan. Beberapa teori dalam gerakan sosial adalah sebagai berikut :
1.6.1.2.1 Teori Gerakan sosial KlasikLama
Dalam perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena dukungan dari mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan sosial klasik ini
merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses produksi, dan oleh karenanya gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada kaum buruh. Paradigma dalam
gerakan ini adalah Marxist Theory , sehingga gerakan ini selalu melibatkan dirinya pada wacana idiologis yang meneriakkan ‘anti kapitalisme’, ‘revolusi kelas’ dan ‘perjuangan
kelas’.Orientasi nya juga selalu berkutat pada penggulingan pemerintahan yang
Universitas Sumatera Utara
16 digantikan dengan pemerintahan diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori
gerakan sosial klasik ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap dari rohnya gerakan dan telah digantikan oleh tero gerakan sosial baru.
1.6.1.2.2 Teori Gerakan Sosial Baru
Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu ada dalam wacana idiologis kelas. Gerakan sosial baru adalah
gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan anti
rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya.Gerakan sosial baru beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari
gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena sistem
kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubung antara
masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi masyarakat kontemporer itu sendiri
13
. Gerakan sosial baru menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi bahwa
masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru
mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan gerakan
yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat
13
Rajendra Singh, Teori-teorigerakan sosial baru, Wacana: menuju gerakan sosial baru, Insist Press 2002
Universitas Sumatera Utara
17 buruh industri dan model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput,
aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan orientasi heterogenitas basis
sosial mereka. Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari
masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan
sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas kolektif. Jean Cohen 1985:669 menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam
empat pengertian yaitu, a aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu b aktornya berjuang
untuk otonomi, pluralitas c para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, d para
aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar
14
. Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali
relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang public yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual.
1.6.1.2.3 Teori Mobilisasi Sumber Daya
Dalam perspektif ini gerakan sosial mensyaratkan sebentuk komunikasi dan organisasi yang canggih ketimbang terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan
sosial muncul akibat dari adanya ketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya kelompok koalisi, adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian
yang efektif, dan juga idiologi. Dan para teoritisi mobilisasi sumber daya mengawali
14
Dikutip dari artikel Rajendra Singh, dalam teori-teori gerakan sosial baru.
Universitas Sumatera Utara
18 tesis mereka dengan menolak penekanan pada peran perasaan dan penderitaan dan
kategori-kategori psikologisasi dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial. Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan rasionalitas, tetaplah sebuah
teori yang tidak persis dan tidak mencukupi, dan gagal dalam menjelaskan beberapa ekspresi kuat dari gerakan sosial baru, seperti feminisme, environmentalism, perdamaian,
perlucutan senjata dan gerakan otonomi lokal. 1.6.1.2.4
Teori Orientasi Identitas Teori ini menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori yang
sudah ada. Dan bersifat non materialistik dan materialisme. Ia mengurai pertanyaan seputar integrasi dan solidaritas kelompok yang terlibat aksi kolektif. Teori ini juga
menolak upaya yang menekankan model neo-utilitarian untuk menjelaskan gerakan sosial dan aksi kolektif.
Kendatipun paradigma teori berorientasi identitas beranjak dari pertanyaan tentang solidaritas dan integrasi, ia tidak bertatap muka dengan pokok-pokok yang
relevan dalam uraian perilaku kolektif. Tetapi untuk sementara teori ini kelihatannya menerima beberapa elemen teori marxis seperti pengertian perjuangan,
mobilisasi,kesadaran,dan solidaritas, tetapi teori ini tetap menolak reduksionisme dan determininasi tesis materialisme dan konsepsi yang berhubungan dengan formasi sosial
yang materialistik.
Universitas Sumatera Utara
19
1.6.1.3 Fungsi Gerakan Sosial
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial dunia yang muncul dalam dua abad terakir sebagian besar secra lansung ataupun tidak langsung adalah hasil dari gerakan
sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan dalam tatanan sosial yang sudah berubah
15
. Inilah fungsi utama dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi sekunder
atau laten dapat dilihat sebagai berikut : a.
Gerakan sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui
penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan ke dalam opini publik yang dominan.
b. Gerakan sosial memberikan latihan para pemimpin yang akan menjadi bagian dari
elit politik. Gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya. Para pemimpin buruh dan
gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara.
Saat kedua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan
sosial akan berakhir karena sudah melembaga.
15
www,worldpress.com dalam artikel teori gerakan sosial.
Universitas Sumatera Utara
20
1.6.2 Kebijakan Publik
1.6.2.1 Sejarah dan Pengertiannya
Studi kebijakan publik adalah sudah ada sejak abad XVIII sebelum masehi. Dimana pada masa itu sudah terbit sebuah peraturan pemerintah Babilonia yang disebut
dengan kode Hammurabi yang ditulis oleh penguasa Babilonia pada abad XVIII sebelum masehi. Dalam kode Hammurabi tersebut adalah produk kebijakan publik pada masa itu
yang mencantumkan sebuah persyaratan-persyaratan ekonomi dan sosial untuk sebuah permukiman urban yang stabil. Dan tanda-tanda keberadaan kebijakan publik ditemukan
pada arkeologi masyarakat abad pertengahan. Pada masa itu, struktur masyarakat sudah menjadi demikian beragam
16
. Dan pada belahan dunia lain hingga kini, perkembangan studi kebijakan publik menjadi perbincangan yang menarik bagi para ilmuwan sosial.
Istilah kebijakan publik dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk menunjuk suatu kegiatan yang mempunyai maksud yang berbeda-beda. Dan banyak
defenisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan publik, namun suatu defenisi yang dianggap lebih tepat adalah suatu defenisi yang menekankan tidak hanya
pada apa yang diusulkan oleh pemerintah, tetapi juga mencakup arah tindakan atau apa yang dilakukan pemerintah.
Dengan demikian kebijakan publik adalah adalah sebuah aktifitas negara yang menghasilkan keputusan-keputusan yang mengikat bagi masyarakat, dimana keputusan
tersebut juga merupakan menjadi kepentingan bagi masyarakat. Hal ini karena kebijakan publik lebih berorientasi kepada pemecahan masalah riil yang dihadapi di tengah
16
Fadillah putra, Paradigma kritis dalam studi kebijakan publik, Pustaka pelajar, yogyakarta,2002
Universitas Sumatera Utara
21 masyarakat
17
. Oleh karenanya kebijakan publik pada dasarnya adalah ilmu terapan dan berperan sebagai problem solver.
1.6.2.2 Proses Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa
ahli kebijakan publik membagi proses-proses kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan ini adalah untuk memudahkan kita dalam menkaji kebijakan publik
18
. Adapun tahap-tahap atau proses dalam kebijakan publik adalah sebagai berikut
19
: a.
Tahap penyusunan agenda Para pejabat yang diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Dan pada akhirnya, beberapa
maslah masuk ke dalam agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu maslah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa
yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefenisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan
17
Fadillah Putra Ibid
18
Charles Lindblom, Proses penetapan kebijakan publik, edisi kedua. Penerjemah Ardian Syamsudin, Jakarta : Airlangga, 1986.
19
Wlliam Dunn, Analisa kebijakan publik, Yogyakarta : Gajah Mada Press, 1986, hal 24-25.
Universitas Sumatera Utara
22 suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada
tahap ini, masing-masing aktor akan bermain mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
c. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antar direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakn hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan birokrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan
sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan bersaing.
e. Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat mampu memecahkan
masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak
Universitas Sumatera Utara
23 yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi
masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran atau kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak
yang diinginkan.
1.6.2.3 Teori Penetapan Kebijakan
1.6.2.3.1 Teori Rasional Konprehensif
Model ini merupakan model perumusan kebijakan yang paling terkenal dan juga paling luas diterima di kalangan para pengkaji kebijakan publik. Pada dasarnya teori ini
terdiri dari beberapa elemen, yakni
20
: 1.
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu. Masalah ini dapat dipisahkan dengan masalah yang lain atau paling tidak masalah
tersebut dapat dipandang bermakna bila dibandingkan dengan maslah- masalah yang lain.
2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan pembuat
kebijakan dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya. 3.
Berbagi alternative untuk mengatasi maslah perlu diselidiki, 4.
Konsekuensi biaya dan keuntungan yang timbul dari setiap pemilihan alternaif diteliti.
5. Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat dibandingkan
dengan alternatif dengan alternatif lainnya. Keseluruhan proses tersebut akan menghasilkan suatu keputusan rasional, yaitu
keputusan yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Namun demikian terdapat
20
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik,Yogyakarta, MedPress, 2002.
Universitas Sumatera Utara
24 beberapa keberatan dan kritik terhadap teori rasional konprefensif ini. Seperti misalnya
kritik bahwa teori rasional komprehensif tidak realistis dalam tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh para pembuat keputusan. Karena menurut asumsi model ini pembuat
keputusan akan mampu membuat perbandingan alternatif berdasarkan keuntungan yang tepat.
1.6.2.3.2 Teori InkrementalPenambahan
Teori ini lahir dan berusaha menutupi kekurangan yang ada dalam model rasional komprehensif. Teori ini lebih bersifat deskriptif dalam pengertian, dan menggambarkan
secara aktual cara-cara yang dipakai para pejabat dalam membuat keputusan. Inkrementalisme merupakan proses pembuatan keputusan yang khas dalam masyarakat
yang plural seperti di Amerika Serikat. Keputusan dan kebijakan merupakan hasil kompromi dan kesepakatan bersama antara banyak partisipan. Sehingga pembuatan
kebijakan atau keputusan secara inkrementalis adalah penting dalam rangka mengurangi konflik, memelihara stabilitas dan sistem politik itu sendiri.
Menurut kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam menunaikan tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan dengan
konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka keputusan atau kebijakan inkrementalis dapat mengurangi resiko atau biaya ketidakpastian tersebut. Teori ini juga
mempunyai sifat yang realistis dan menghaslikan keputusan yang terbatas, dapat dilakukan dan diterima.
1.6.2.3.3 Teori Penyelidikan Campuran
Teori ini adalah gabungan dari dua teori yang ada sebelumnya, dan merupakan suatu pendekatan terhadap pembuatan kebijakan yang memperhitungkan keputusan-
Universitas Sumatera Utara
25 keputusan pokok dan inkrementalis, menetapkan proses-proses pembuatan kebijakan
pokok dan urusan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar, prose-proses yang mempersiapkan keputusan pokok dan menjalankannya setelah keputusan itu tercapai.
Dalam model penyelidikan campuran para pembuat keputusan dapat memanfaatkan teori-teori rasional komprehensif dan inkrementalisme dalam situasi-
siyuasi yang berbeda. Dalam beberapa hal pendekatan inkrementalis telah cukup memadai namun dalam situasi yang lain dimana masalah yang dihadapi berbeda, maka
pendekatan yang lebih cermat dengan menggunakan rasional komprehensif adalah jauh lebih memadai. Penyelidikan campuran juga memperhitungkan kemampuan-kemampuan
yang berbeda dari para pembuata keputusan. Semakin besar kemampuan para pembuat keputusan memobilisasi kekuasaan untuk melaksanakan keputusan, maka semakin besar
pula penyelidikan campuran dapat digunakan secara realistis oleh para pembuat keputusan. Dengan demikian, penyelidikan campuran merupakan suatu bentuk
pendekatan kompromi yang menggabungkan penggunaan inkrementalisme dan rasionalisme komprehensif sekaligus.
1.6.2.4 Aktor-aktor dalam Penetapan Kebijakan
Aktor-aktor atau pemeran serta dalam penetapan kebijakan dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni Aktor resmi dan aktor tidak resmi
21
. 1.6.2.4.1
AktorPemeran serta resmi : 1
Badan-badan administrasi agen-agen pemerintah Badan-badan administrasi dalam hal ini dapat membuat dan
melanggar undang-undang, dan sering membuat keputusan-
21
Budi Winarno Ibid
Universitas Sumatera Utara
26 keputusan yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi politik dan
kebijakan yang luas. 2
Lembaga Legislatif Dalam hal ini yaitu dalam penetapan kebijakan, maka lembaga
legislatif adalah yang lebih mempunayi kapasitas karena sesuai dengan tugas dan fungsinya. Legislatif dapat membahas dan
megeluarkan sebuah kebijakan yang menyangkut tentang kepentingan masyarakat dalam bentuk Undang-undang.
1.6.2.4.2 AktorPemeran serta tidak resmi
1 Kelompok-kelompok kepentingan.
Kelompok ini merupakan pemeran serta tidak resmi yang memainkan peran serta tidak resmi dalam pembuatan kebijakan
di hampir semua Negara. Pengaruh kelompok kepentingan terhadap keputusan kebijakan tergantung pada banyak faktor
yang menyangkut ukuran-ukuran keanggotaan kelompok, keuangan dan sumber lain. Seperti misalnya Serikat Buruh,
Organisasi guru. Kamar dagang dan lain sebagainya. 2
Partai Politik Dalam konteks masyarakat modern, partai politik seringkali
melakukan agregasi kepentingan dan berusaha untuk mengubagh tuntutan-tuntutan dari masyarakat menjadi alternatif kebijakan.
Karena dalam perspektif negara demokrasi, kebijakan yang dijalankan oleh birokrasi adalah merupakan agenda kebijakan
Universitas Sumatera Utara
27 dari Partai Politik. Eksistensi partai politik ditunjukkan melalui
kompetensi mereka dalam hal kebijakan publik, yaitu sejauh manakah parati politik yang ada respon terhadap tuntutan-
tuntutan masyarakat.
1.7 Defenisi Konsep
Defenisi Konsep dirancang untuk memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai konsep-konsep yang hendak di teliti sehingga tidak menimbulkan interprestasi
ganda dari variable-variabel yang diteliti, adapun yang menjadi kosep dalam penelitian ini adalah :
1.7.1 Gerakan Sosial Buruh
Gerakan sosial buruh adalah sebuah tantangan aksi kolektif oleh pihak buruh terhadap pemegang kekuasaan atas nama orang-orang tertindas. Gerakan sosial buruh
berwujud pada sebuah perlawananan terhadap diskursus neoliberalisme yang meruntuhkan paham kedaulatan rakyat. Sehingga konsep gerakan sosial buruh adalah
sebuah konsep perlawanan yang tidak hanya menentang kebijakan pemerintah, tetapi lebih dari itu yaitu menentang kebijakan neoliberalisme yang selalu mempengaruhi
kebijakan negara atupun sistem governance. Salah satu bentuk dari gerakan sosial buruh adalah perlawanan buruh terhadap kebijakan upah buruh yang biasanya ada dalam
kebijakan Upah Minimum Propinsi UMP .
Universitas Sumatera Utara
28
1.7.2 Proses Kebijakan Publik
Proses kebijakan publik adalah proses penetapan kebijakan oleh para pengambil kebijakan yang menyangut tentang kepentingan rakyat banyak. Dalam penetapan
kebijakan tersebut biasanya melibatkan banyak unsur diluar para pengambil kebijakan, hal ini dikarenakan banyak isu agenda yang dibahas berasal dari masyarakat yang
disampaikan melalui konsep gerakan sosial. Sehingga dalam perspektif pluralisme proses kebijakan publik adalah sebuah arena dimana rakyat secara bebas dapat mengajukan
kepentingannya karena semakin banyaknya jenis kebutuhan rakyat yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini misalnya terdapat dalam proses penetapan
kebijakan upah buruh dalam Dewan Pengupahan Daerah Depeda yang menetapkan kebijakan Upah Minimum Propinsi UMP atau Upah Minimum Kota UMK . Dan
dalam Dewan Pengupahan Daerah, pihak-pihak yang terlibat tidak hanya para pengambil kebijakan saja yang dalam hal ini adalah pemerintah melaui Dinas tenaga kerja, tetapi
banyak pihat yang terkait dalam perburuhan. Yaitu pihak buruk, dan pengusaha.
1.8 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel dengan kata lain sebagai rincian dari indikator-indikator
pengukuran suatu variabel. Dan dalam penelitian ini maka variabel yang akan diteliti adalah peranan Gerakan sosial buruh oleh Serikat Buruh Medan Independen SBMI
dalam proses kebijakan publik, yaitu : Perlawanan SBMI dalam penetapan UMP
Peranan SBMI dalam Depeda DPD
Universitas Sumatera Utara
29 Strategi gerakan buruh oleh SBMI
Posisi SBMI dalam agenda setting Agenda SBMI dalam membangun isu perburuhan di kota Medan
1.8 METODOLOGI PENELITIAN
1.8.1 Bentuk Penelitian
Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan para peneliti hendaknya menjelaskan akan metodologi penelitian yang digunakan dalam
proposal secara singkat. Dan berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakn suatu cara
yang digunakan untuk memcahkan masalah yang ada pada saat sekarang berdasrkan fakta-fakta dan data-data yang ada. Data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan
kemudian dianalisa. Tetapi penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan tetapi juga memadukan serta menganalisis.
22
1.8.2 Lokasi Penelitian
. Penelitian yang akan dilakukan berlokasi di kota Medan, khususnya di fokuskan
pada secretariat Serikat Buruh Medan Independen SBMI yang terletak di jln. Garu IV Simpang Limun Medan.
1.8.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, gejal, nilai atau peristiwa sebagi sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
penelitian
23
.
22
Masri Singarimbun Ibid
23
Sofyan Effendi Ibid
Universitas Sumatera Utara
30 Sedangkan sample merupakan bagian dar populasi yang menjadi sumber data
yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Pengambilan yang sebagian itu dimaksudkan sebagai representasi dari seluruh populasi.
Berdasarkan hal itu maka yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah pengurus Serikat Buruh Medan Independen SBMI dan juga sekaligus sampel.
1.8.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Data Primer : wawancara, yaitu suatu cara dalam pengumpulan data dengan
dialog langsung dengan respondenyang berhubungan dengan objek penelitian. b.
Data Sekunder : Penelitian Kepustakaan Library Research , yaitu sumber data yang berasal dari buku, jurnal, tabloid dan literatur lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
1.8.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Dimana jenis analisa data seperti ini banyak digunakan
dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci. Data yang telah dikumpulkan, dianalisa untuk
mendeskripsikan mengenai peranan gerakan sosial buruh dalam proses kebijakan publik. Jadi analisa data hanya dilakukan dengan cara menggambarkan data yang diperoleh
dengan memberi interprestasi.
Universitas Sumatera Utara
31
1.9 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan
metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang sejarah singkat akan lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Sejarah berdirinya
Serikat Buruh Medan Independen SBMI kota Medan, Struktur pengurus, perkembangan SBMI, Visi Misi SBMI, Tujuan, Program kerja
SBMI, dan langkah strategi dalam gerakan buruh oleh SBMI. BAB III
: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Bab ini akan memuat penyajian data yang diperoleh melalui penelitian
ini dan setelah itu analisa terhadap data penelitian yang telah didapat melalui metode penelitian yang digunakan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir dari penelitian ini, dan berisi kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-
saran yang nantinya berguna bagi penulis.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB II DESKRIPSI LOKASI
II. I Sejarah SBMI
Sejarah akan terbentuknya SBMI Serikat buruh medan independen tidak dapat dilepaskan dari peranan salah satu LSM yang bergerak dalam bidang perburuhan yaitu
KPS Kelompok Pelita Sejahtera lewat pengorganisasian terhadap buruh di berbagai kawasan industri di Medan. Melalui pengorganisasian inilah KPS melahirkan beberapa
aktifis buruh dan pada tahun 1994 terjadilah aksi buruh yang paling besar dalam sepanjang sejarah Orde Baru, dimana ketika itu sekitar sepuluh ribu-an buruh dari
berbagai zona melakukan aksi massa yang menuntut pemerintah untuk memenuhi tuntutan akan hak-hak normatif buruh. Dan aksi tersebut memberikan dampak yang
sangat besar yaitu upah buruh harus naiksekali dalam satu tahun dan THR Tunjangan Hari Raya minimal satu bulan upah buruh dan perbaikan jaminan sosial
ketenagakerjaan. Pasca gerakan buruh 1994, KPS terus melakukan pendampingan terhadap buruh
di berbagai wilayah industri, dan buruh yang didampingi KPS tersebut disatukan dalam satu wadah yang ketika itu masih berbentuk forum buruh. Forum-forum buruh ini
disesuaikan dengan basis-basis industri sehingga pada tahun 1998-2001 forum buruh telah lahir di tiga wilayah industri, yaitu wilayah Tanjung morawa STM Petaras ,
Wilayah Mabar Belawan FABMI dan Wilayah Binjai FBZB .
24
Sehingga melalui forum buruh inilah KPS melakukan penyadaran terhadap banyak buruh untuk kemudian
bergabung dalam suatu wadah forum buruh. Dan perkembangan akan Forum-forum buruh ketika itu tidak dapat dilepaskan dari peranan pengorganisasian KPS di berbagai
24
Arsip Divisi Advokasi SBMI.
Universitas Sumatera Utara