Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penghayatan Walgito, 2010. Senada dengan yang dinyatakan oleh Walgito, Young 1995 mendefinisikan persepsi sebagai segala sesuatu berkenaan dengan aktivitas panca indera, penafsiran, dan pemahaman objek, baik fisik maupun sosial. Dalam proses penafsiran ini sangat mungkin untuk terjadi penerjemahan yang memunculkan persepsi positif maupun negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata Sugihartono dkk, 2007. Menurut Miftah Toha 2003, adanya perbedaan sudut pandang dalam pengindraan yang akhirnya berdampak pada persepsi seseorang ini dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain; a Faktor internal yang meliputi perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian fokus, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. serta b Faktor eksternal yang meliputi latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Bertolak pada pembagian ini, Mayraz Guy, Wagner Gert Schupp Jurgen 2009 mengemukakan aspek- aspek persepsi meliputi ketercukupan keluarga, kesejahteraan keluarga dan perbandingan dengan kondisi keluarga lain. Sebagaimana uraian di atas, persepsi mengenai pendapatan orang tua di kabupaten Blora merupakan salah satu kemungkinan penyebab timbulnya motivasi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Motivasi akan memberikan suatu dorongan atau semangat untuk bertingkah laku dalam melakukan kegiatan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Tanpa motivasi maka aktivitas hidup seseorang akan menurun, oleh karena itu motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Wasty Soemanto, 2003. Motivasi akan perlahan tumbuh pada anak yang mempersepsikan pendapatan orang tuanya tinggi, anak menjadi tidak terbebani ketika menuntut lebih orang tuannya untuk memenuhi kebutuhan baik sekolah maupun kebutuhan sehari-hari. Lain halnya dengan anak yang mempersepsikan pendapatan orang tuanya rendah, anak akan merasa terbebani ketika menuntut lebih orang tuannya untuk memenuhi kebutuhan baik sekolah maupun kebutuhan sehari-hari. Bila kebutuhan pendidikan anak tidak terpenuhi maka akan menjadi penghambat proses belajar sehingga dapat mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, motivasi berpengaruh penting terhadap kehendak anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Motivasi sendiri didefinisikan sebagai perubahan energi dalam diri pribadi seseorang, ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan Oemar Hamalik, 2010; Celikoz, 2010. Ryan dan Deci 2000 menjelaskan pembagian jenis motivasi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intrinsik yang berkaitan dengan kesenangan melakukan sesuatu, ketertarikan akan sesuatu, dan rasa suka akan sesuatu melakukan sesuatu. Motivasi jenis pertama ini timbul dari dalam diri setiap individu dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian yang kedua adalah motivasi ekstrinsik, yaitu kebalikan dari motivasi intrinsik dimana motif-motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar diri individu, timbul karena keadaan adanya stimulus rangsangan dari luar lingkungannya sehingga di dalam motivasi ekstrinsik melekat aspek identified regulation, introjected regulation dan exsternal regulation. Motivasi ekstrinsik dalam dunia pendidikan misalnya datang dari pengaruh keluarga, teman sekolah, guru, maupun teman bergaul. Merujuk pemaparan aspek-aspek motivasi intrinsik dan ekstrinsik diatas, Taufik 2007 mengemukakan bahwa pertama faktor motivasi intrinsik meliputi: a Kebutuhan need yang timbul karena adanya insting biologis seseorang untuk memenuhi kebutuhannya; b Harapan expectancy yang timbul karena adanya pengalaman pribadi sehingga dapat mengerakkan seseorang dengan sendirinya; c Minat yang timbul dari perasaan suka dan keinginan untuk sesuatu. Kedua faktor motivasi ekstrinsik meliputi: a Dorongan keluarga yang timbul karena adanya dukungan dari keluarga sepetri orang tua ataupun anggota keluarga lainnya sehingga menguatkan untuk melakukan sesuatu; b Lingkungan dimana seseorang tinggal dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.; c Imbalan dapat memotivasi seseorang karena dengan iming-iming imbalan, seseorang akan tergerak untuk melakukan sesuatu. Dari pemaparan persepsi dan motivasi diatas, penulis berpendapat bahwa persepsi anak mengenai pendapatan orang tua berpengaruh terhadap timbulnya motivasi. Sebagaimana uraian diatas bahwa anak yang mempersepsikan pendapatan orang tuanya rendah, maka anak merasa bahwa ada kendala dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan sekolah maupun kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan, sehingga berpengaruh pada motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak penelitian mengenai motivasi yang telah dilakukan seperti Syafitri R 2011 “Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar”, Salmah 2013 “Hubungan Status Sosial keluarga Dengan Motivasi Belajar Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Di Pontianak”, Koban 2007 “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Dengan Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi”, Seyarini, Widodo dan Kamal 2011 “Hubungan Minat Baca Dengan Motivasi Memilih Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Daerah Mahasiswa Tingkat I Universitas Negeri Malang”, Baharudin 2013 “Hubungan Motivasi dengan Gaya Belajar dan Prestasi Belajar Pada Siswa XI SMA N 1 Pejagon Kebumen”, dan lain-lain. Namun, motivasi sendiri terbentuk dari cara pandang individu terhadap keadaannya saat ini. Dalam artian ini, individu mempersepsikan bagaimana keadaannya saat ini dan kemudian berupaya melakukan perubahan sesuai ekspektasinya. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti mengenai kaitan antara persepsi yang terbentuk dengan motivasi yang muncul. Guna mengisi kekosongan tersebut – juga tidak lepas dari munculnya fenomena keprihatinan guru-guru akan pendidikan di Blora – maka penelitian mengenai hubungan motivasi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi dan persepsi mengenai pendapatan orang tua, menjadi urgensi tersendiri untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana hubungan antara motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMA di Blora ditinjau dari persepsi terhadap tingkat pendapatan orang tua?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi untuk melanjutkan jejanjang pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMA di Blora ditinjau dari persepsi terhadap tingkat pendapatan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Psikologi pendidikan terutama berkaitan dengan motivasi dan persepsi terhadap tingkat pendapatan orang tua. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan berfungsi sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian baru yang relevan dengan Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pertimbangan berkaitan dengan keprihatinan yang muncul pada guru SMA di Blora mengenai motivasi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi dengan persepsi terhadap tingkat pendapatan orang tua. b. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mendampingi anak untuk mempersiapkan masa depan anak berkaitan dengan pendidikan. 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Motivasi Melanjutkan ke Perguruan tinggi 1. Motif, Motivasi dan Motivasi Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan–kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan Sardiman, 2007. Menurut Wingkel dalam Sri Ratna, 2002 motif merupakan daya penggerak didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktititas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif merupakan suatu kondisi internal kesiapsiagaan. Pendapat lain mengenai motif diutarakan oleh Nasution dalam Alex Sobur, 2003 mengemukakan bahwa motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dalam pengertian Nasution ini mencakup daya, baik dari dalam maupun luar individu. Motivasi adalah usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai tujuan tertentu Purwanto, 2002. Menurut McDonald dalam Hamalik, 2005 mengartikan motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan kreasi untuk mencapai tujuan. Abin Syamsuddin Makmun 2009 menyatakan, motivasi merupakan suatu kekuatan power atau tenaga forces atau daya energy atau Suatu keadaan yang kompleks a complex state dan kesiapsediaan preparatory dalam diri individu organisme untuk bergerak to move, motion, motive ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Menurut Sri Ratna 2002 motif dan motivasi berbeda, perbedaannya terletak pada pengertian bahwa motif lebih merupakan keadaan di dalam mental manusia dalam bentuk kesiapsiagaan untuk melakukan sesuatu. Meskipun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari pemaparan diatas, motivasi dapat didefinisikan suatu energi, proses serta dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi merupakan sarana bagi seseorang untuk menimbulkan dan menumbuhkan keinginan-keinginan agar dapat mencapai tujuan hidupnya baik disadari maupun tidak disadari. Merujuk dari definisi motivasi tersebut, motivasi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi adalah suatu energy, proses serta dorongan psikologis untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi baik jenjang diploma maupun sarjana. Motivasi melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi pada anak atau siswa menekankan pada kekuatan yang mendorong serta mengarahkan anak untuk memaknai kegiatan belajar yang dijalaninya sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar tercapai. Tujuan belajar dalam hal ini difokuskan untuk melanjutkan keperguruan tinggi.

2. Jenis Motivasi

Deci dan Ryan 2000 menbedakan jenis motivasi ke dalam dua kategori yaitu, ekstrinsik dan intrinsik. Kedua jenis motivasi tersebut dibedakan berdasarkan sumber mereka berasal, motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang berasal dari luar individu, sedangkan motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri individu.

2.1. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu, yang berarti seseorang melakukan suatu tindakan tidak berdasarkan dari dorongan-dorongan atau faktor-faktor lain yang berasal dari luar diri, contohnya: self actualization need keinginan untuk mengaktualisasikan diri Maslow, 1965. Menurut Vallerand dkk 1992, terbentuknya motivasi intrinsik karena adanya keinginan dalam diri manusia untuk mencari tantangan dan mencari kepuasan tanpa adanya pengaruh eksternal, reward, dan batasan dari luar. Saat termotivasi secara intrinsik manusia akan menjalankan suatu aktivitas dengan pilihan dan komitmen yang muncul dari dalam diri sendiri. Menurut Ryan Deci 2000, seorang anak yang termotivasi secara intrinsik akan belajar karena adanya rasa kesenangan, ketertarikan dalam mencari kepuasan serta rasa suka dalam belajar. Mereka tidak membutuhkan segala jenis reward, punishment dan

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN,PENDAPATAN DAN PERSEPSI ORANG TUA PADA PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI 1 SIANTAR NARUMONDA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 34

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PERSEPSI PELUANG KERJA DAN LATAR BELAKANG Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Persepsi Peluang Kerja Dan Latar Belakang Kondisi Ekonomi Orang Tua Pada Siswa SMK Muhammadiyah

0 2 16

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAUDARI PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi Ditinjau dari Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa pada Siswa Kelas XI SMK Prawira Marta Kartasu

0 2 10

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi Ditinjau dari Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa pada Siswa Kelas XI SMK Prawira Marta Kartas

0 3 14

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi Ditinjau dari Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa Pada Siswa Kelas XI SMK Prawira Marta Kartas

0 3 14

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Motivasi Belajar, Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

0 1 19

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 1 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 0 13

Motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi pada siswa SMA di Blora ditinjau dari persepsi tingkat pendapatan orang tua.

0 3 119

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI

0 2 16