IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Pembenah Tanah terhadap Bobot
Jenis Partikel, Bobot Isi dan Total Ruang Pori Tanah Pengaruh berbagai perlakuan terhadap nilai bobot jenis partikel BJP tanah
pada dua lapisan kedalaman tanah 0-5 dan 5-10 cm yang diperhitungkan dengan menggunakan metode three phase meter dan piknometer disajikan pada
Tabel 2, sedangkan rinciannya disajikan dari pada Tabel Lampiran 7 dan Tabel Lampiran 8.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Bobot Jenis Partikel BJP, Bobot Isi BI dan Total Ruang Pori Tanah
Perlakuan Kedalaman
cm BJP-1
gcm
3
BJP-2 gcm
3
BI-2 gcm
3
Total Ruang
Pori-2 Volume-2
Air Lapang
Udara Padatan Arang Sekam
0 -5 2.24
2.47 0.70
69.69 35.02 34.67
30.31 5-10
2.58 2.58
0.80 66.90
44.77 22.13 33.10
Cocopeat 0 -5
2.93 2.72
0.77 71.64
41.30 30.34 28.36
5-10 2.54
2.79 0.86
68.86 55.54 13.32
31.14 Kompos
0 -5 2.57
2.60 0.77
70.27 38.41 31.86
29.73 5-10
2.62 2.83
0.90 67.84
55.79 12.05 32.16
Kompos+Arang Sekam 0 -5
2.63 2.87
0.87 68.53
46.64 21.89 31.47
5-10 2.61
3.02 0.92
69.17 57.90 11.26
30.83 Kompos+Cocopeat
0 -5 2.66
2.76 0.79
71.21 47.98 23.23
27.79 5-10
2.67 2.96
0.84 70.89
57.70 13.19 29.11
Kontrol 0 -5
2.69 3.02
0.83 72.58
39.99 32.59 27.42
5-10 2.68
3.04 0.93
68.93 51.22 17.71
31.07
Keterangan: 1= Metode Piknometer; 2= Metode Three Phase Meter
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengukuran bobot jenis partikel dengan menggunakan metode three phase meter menghasilkan nilai bobot jenis partikel
yang lebih tinggi dari pada pengukuran bobot jenis partikel dengan menggunakan metode piknometer. Walaupun metode three phase meter menghasilkan nilai
bobot jenis partikel lebih tinggi dari pada metode piknometer, akan tetapi hasil pengukuran bobot jenis partikel dengan menggunakan kedua metode tersebut
memiliki polatrend yang sama yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang baik yaitu R=0.953.
Hubungan antara hasil pengukuran bobot jenis partikel dengan menggunakan metode three phase meter dan hasil pengukuran bobot jenis partikel
dengan menggunakan metode piknometer disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Hasil Pengukuran Bobot Jenis Partikel-1 dengan Menggunakan Metode Piknometer dan Hasil
Pengukuran Bobot
Jenis Partikel-2
dengan Menggunakan Metode Three Phase Meter
Pada metode three phase meter digunakan ring sampel dengan ukuran volume 100 ml sehingga pada saat pengambilan contoh tanah terdapat
kemungkinan batu ±0.5 mm ikut terbawa dalam ring dan mempengaruhi bobot. Sedangkan pada metode piknometer digunakan alat piknometer dengan ukuran
25.207 ml sehingga bobot contoh tanah yang ditimbang benar-benar partikel tanah. Mengingat bobot jenis partikel yang dimiliki batu yaitu 2.6-3.1 gcm
3
Wirjodihardjo, 1952 hal inilah yang menyebabkan nilai bobot jenis partikel dengan menggunakan metode three phase meter lebih tinggi daripada nilai bobot
jenis partikel dengan menggunakan metode piknometer. Berikut berat jenis beberapa jenis batuan kristalin penting di dalam penyusunan tubuh bumi: Granit
2.62 gcm
3
, Diorit 2.93 gcm
3
, Amphibolit 3.10 gcm
3
, Basalt 2.90-3.00 gcm
3
.
Metode three phase meter dipandang lebih baik dalam menentukan bobot jenis partikel dibandingkan dengan metode piknometer, karena pada metode three
phase meter pengukuran dilakukan pada contoh tanah utuh yang sesuai atau sama dengan kondisi di lapangan.
Data dari Tabel 2 juga menunjukkan bahwa pengaruh berbagai bahan pembenah tanah tidak mempengaruhi total ruang pori tanah secara nyata terhadap
kontrol, rinciannya disajikan pada Tabel Lampiran 9. Nilai total ruang pori tanah bervariasi dari 69.69 sampai 72.58 untuk lapisan atas 0-5 cm, sedangkan
total ruang pori untuk lapisan dibawahnya 5-10 cm bervariasi dari 66.90 sampai 68.93. Demikian pula untuk nilai bobot isi tanah yang bervariasi, yaitu
dari 0.70 gcm
3
sampai 0.83 gcm
3
untuk lapisan atas 0-5 cm, sedangkan untuk lapisan dibawahnya 5-10 cm bervariasi dari 0.80 gcm
3
sampai 0.93 gcm
3
. Kondisi ini menunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan sangat
mempengaruhi nilai bobot jenis partikel tanah. Nilai bobot jenis partikel terendah dengan menggunakan metode three phase meter adalah bobot jenis partikel tanah
akibat pemberian arang sekam yaitu 2.47-2.58 gcm
3
, sedangkan bobot jenis partikel tertinggi adalah 3.02-3.04 gcm
3
akibat pengolahan tanah tanpa penambahan bahan pembenah tanah. Untuk nilai bobot jenis partikel terendah
dengan menggunakan metode piknometer juga menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu bobot jenis partikel tanah akibat pemberian arang sekam yaitu 2.24-
2.58 gcm
3
, dan bobot jenis partikel tertinggi adalah 2.68-2.69 gcm
3
akibat pengolahan tanah tanpa penambahan bahan pembenah tanah. Secara umum nilai
bobot jenis partikel lapisan atas 0-5 cm cenderung lebih rendah dari pada nilai bobot jenis partikel lapisan dibawahnya 5-10 cm.
Penggunaan asumsi bobot jenis partikel tanah seperti yang selalu dipakai oleh para ahli tanah sebesar 2.65 gcm
3
Herudjito dan Djojoprawiro, 1986 dapat membuat data total ruang pori dan distribusi ukuran pori tanah yang sangat
penting bagi pendugaan karakteristik fisik tanah menjadi kurang valid. Tanah- tanah yang diberi perlakuan bahan pembenah tanah sebaiknya ditetapkan dari
perhitungan nilai bobot partikel padatan dibagi dengan volume padatan yang diperhitungkan dari alat ukur three phase meter atau piknometer.
Pengaruh berbagai perlakuan terhadap nilai bobot isi BI tanah pada lapisan atas 0-5 cm dan lapisan dibawahnya 5-10 cm disajikan pada Tabel 2,
sedangkan rinciannya disajikan dari pada Tabel Lampiran 10. Dari data pada Tabel Lampiran 10 menunjukkan bahwa rata-rata dari 8 kali pengulangan
pengukuran bobot isi dari 2 petak ulangan yang berbeda menghasilkan nilai bobot isi tanah yang cukup teliti yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi ∆X yang
sangat kecil. Walaupun pada saat dilakukan pengolahan pada tanah tersebut yaitu
dilakukan pengadukan secara merata, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada lapisan atas 0-5 cm untuk semua perlakuan memiliki
nilai bobot isi yang lebih rendah dari pada nilai bobot isi pada lapisan dibawahnya 5-10 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan air dapat menimbulkan
pergerakan partikel tanah yang lebih halus ke lapisan lebih bawah. Oleh karena itu, tanah dapat menjadi lebih padat pada lapisan lebih bawah.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa pemberian bahan pembenah tanah cenderung menurunkan nilai bobot isi tanah. Perlakuan arang sekam
menunjukkan nilai bobot isi terendah pada dua lapisan kedalaman 0-5 dan 5-
10 cm masing-masing yaitu 0.70 dan 0.80 gcm
3
, sedangkan perlakuan pengolahan tanah tanpa bahan penambahan pembenah tanah menunjukkan nilai
bobot isi tertinggi untuk dua lapisan kedalaman 0-5 dan 5-10 cm masing- masing yaitu 0.83 dan 0.93 gcm. Hal ini terjadi karena penambahan arang sekam
menyebabkan tanah membentuk rongga-rongga sehingga bobot isi tanah persatuan volume menjadi lebih rendah Soepardi, 1983.
4.2 Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Pembenah Tanah terhadap Volume