2.2.3 Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang terdiri dari sisa-sisa tanaman, hewan ataupun sampah-sampah kota yang telah mengalami pelapukan sebelum
bahan tersebut ditambahkan ke dalam tanah. Jadi kompos merupakan bahan organik matang dengan sifat-sifat yang berbeda dengan bahan organik segar.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan kompos sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perombakan bahan organik. Tetapi pada
umumnya perombakan bahan organik di dalam timbunan kompos lebih dipengaruhi oleh aerasi dari pada faktor-faktor lain Russel dan Russel, 1956
dalam Yustiningsih, 1981. Jika timbunan kompos terlalu kompak, kering atau terlalu jenuh, maka hanya sedikit perombakan bahan organik yang terjadi
sedangkan jika timbunan lepas dan cukup mengandung air maka perombakan akan terjadi secara maksimum.
Perbedaan yang nyata antara kompos dan bahan organik yang belum matang adalah di dalam sifat fisiknya. Bahan organik yang belum matang mempunyai
struktur yang lebih kasar dan kapasitas menahan air yang lebih kecil. Menurut Russel dan Russel 1956 dalam Yustiningsih, 1981 tanaman mempunyai respon
yang lebih baik terhadap pengaruh bahan organik yang perombakannya berlangsung di dalam tanah dari pada bahan organik yang membusuk di dalam
timbunan kompos. Hal ini disebabkan hilangnya sejumlah N dalam bentuk amonia selama berlangsungnya proses pengomposan. Hal ini tidak terjadi jika
proses perombakan berlangsung di dalam tanah.
Kompos bersifat hidrofilik sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah memegang air, dan mengandung unsur C yang relatif tinggi Paul dan Clark, 1989
dalam Lesmanawati, 2005. Kompos sangat berguna untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Sifat fisik tanah yang
dapat diperbaiki berupa perubahan struktur, perbaikan sifat kimia berupa penambahan unsur hara makro N, P, dan K, dan perbaikan sifat biologi berupa
penambahan populasi mikroorganisme.
2.3. Sifat Umum Tanah Andosol