Gambar 9. Rata-rata dan simpangan baku dari salinitas berdasarkan data insitu P2O- LIPI Wouthuyzen, 2006
4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi variabilitas konsentrasi klorofil-a
Berdasarkan hasil analisis data curah hujan yang diperoleh dari stasiun BMG Tanjung Priok, secara umum curah hujan tertinggi terjadi pada Musim Barat dan
terendah pada Musim Timur setiap tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2002 sebesar 813,50 mm sedangkan curah hujan terendah biasanya terjadi
pada bulan Juni-Agustus 0 mm. Rata-rata curah hujan perbulan adalah 138,44 mm dengan simpangan baku 154,4 Gambar 10. Pola curah hujan yang tinggi pada
Musim Barat secara umum diikuti dengan pola konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi pada Musim ini di Teluk Jakarta sehingga diduga curah hujan berpengaruh
secara langsung terhadap sebaran konsentrasi klorofil-a di Teluk Jakarta. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kandungan nutrien dari deposisi atmosfer maupun
aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Kecepatan angin pada Musim Barat secara umum relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan musim lainnya Gambar 10. Hal ini dapat membantu
terjadinya percampuran nutrien dari perairan bawah ke permukaan vertical mixing sehingga kandungan nutrient dipermukaan menjadi lebih tinggi dan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi klorofil-a pada Musim Barat . Sedangkan pada Musim Peralihan I dan II kecepatan angin relatif rendah. Pada
Musim Peralihan I kecepatan angin memiliki rentang 0,38-3,68 ms dengan rata-rata sebesar 2,12 ms. Pada Musim Peralihan II kecepatan angin memiliki kisaran 0,64-
5,62 ms dengan rata-rata 2,13 ms. Relatif rendahnya kecepatan angin pada Musim Peralihan ini diduga tidak cukup membantu untuk terjadinya proses vertical mixing
sehingga kandungan nutrien di permukaan tidak meningkat. Pada Musim Timur kecepatan angin juga relatif rendah berkisar 0,78-2,86 ms
dengan rata-rata sebesar 2,02 ms tetapi arah dominan cenderung konstan yang berasal dari Timur Gambar 11. Namun demikian, berdasarkan hasil analisis data
SPL dari satelit NOAA AVHRR ditemukan bahwa secara umum suhu permukaan laut rata-rata pada bulan Juli relatif lebih rendah dari bulan-bulan sebelum dan
sesudahnya Gambar 12. Hal ini mengindikasikan terjadinya proses upwelling di Teluk Jakarta. Hasil satelit ocean color juga memperlihatkan meningkatnya
konsentrasi klorofil-a pada Musim Timur ini. Secara umum pola SPL juga cenderung rendah pada Musim Barat. Hal ini diduga
terkait dengan relatif tingginya curah hujan dan kecepatan angin pada Musim Barat di Teluk Jakarta Gambar 12. Hasil ini sesuai dengan temuan Ilahude 1995 yang
menyatakan relatif rendahnya SPL di Teluk Jakarta pada Musim Barat disebabkan oleh tingginya curah hujan dan tingginya kecepatan angin pada musim ini.
Gambar 10. Curah hujan dan kecepatan angin di Teluk Jakarta berdasarkan data stasiun BMG Tanjung Priok
Gambar 11. Variasi temporal suhu permukaan laut dari sensor AVHRR di Teluk Jakarta wilayah A dan B
a Desember b Januari
c Februari
d Maret e April
f Mei
g Juni h Juli
i Agustus
j September k Oktober
l November
Gambar 12. Mawar angin di Teluk Jakarta periode 1997-2007, Musim Barat a,b,c, Musim Peralihan 1 d,e,f, Musim Timur g,h,i, Musim Peralihan 2 j,k,l
4.3. Spektrum densitas energi konsentrasi klorofil-a