Arus dan pasang surut

2000 dengan kisaran salinitas 26,9-33,4 dimana nilai terendah ditemukan di muara sungai dan nilai yang tinggi terdapat di lepas pantai. Hasil berbeda ditunjukan oleh Razak dan Muchtar 2003 yang melakukan penelitian pada bulan Juni 2003 dimana nilai salinitas permukaan perairan berkisar 20,3–32,0 dengan rerata 31,1. Pada bagian tengah teluk pengaruh sungai berkurang sedangkan di bagian barat teluk pengaruh saluran Cengkareng meningkat .Salinitas terendah di dapatkan di Tanjung Priok dan Cilincing sesuai dengan arah arus yang bergerak menuju ke barat.

2.2.4. Arus dan pasang surut

Pengukuran arus laut dengan menggunakan Current meter CM2X dari tanggal 17-22 Juni 2003 menunjukan arus laut di Teluk Jakarta dipengaruhi oleh angin Timur dengan kecepatan arus sebesar 0,3-53 cms Razak dan Muchtar, 2003. Pada bagian barat teluk arah arus menuju ke Barat dan kemudian dibelokkan ke Utara. Pengukuran pada tanggal 4-8 September 2003 menunjukan bahwa arus di Teluk Jakarta dipengaruhi angin Timur Laut dengan kecepatan 4-43 cms dengan arah arus bergerak dari dekat muara S.Kamal, S.Cengkareng ke Timur Laut menuju S.Angke dan S.Ciliwung. Menurut Helfinalis 2004 pada pengukuran arus yang dilakukan tanggal 24-27 Mei 2004, arus bergerak menuju Barat-Barat Daya pada bulan Mei dengan kecepatan rata-rata 25 cms. Secara umum untuk Musim Barat arah arus bergerak dari Barat ke Timur Teluk Jakarta sedangkan untuk Musim Timur arah arus bergerak dari Timur ke Barat Pasang surut di Teluk Jakarta termasuk tipe diurnal harian tunggal dimana dalam 24 jam terdapat satu kali pasang dan satu kali surut. Kedudukan air tertinggi sekitar 60 cm diatas mean sea level dan kedudukan air terendah sekitar 50 cm dibawah mean sea level Dinas Hidro-Oseanografi, 1985 in Meliani, 2006. 2.2.5. Kandungan nutrien Konsentrasi nutrien cenderung meningkat eutrofikasi hingga empat kali lipat di Teluk Jakarta antara tahun 1970 hingga 2003. Khususnya pada daerah muara sungai hingga 5 km dari garis pantai Arifin et al., 2003 in Wouthuyzen, 2006. Konsentrasi nutrien di Teluk Jakarta mengalami perubahan berdasarkan musim dan asupan air dari sungai. Sebaran konsentrasi fosfat paling tinggi terjadi pada Musim Barat dimana daerah dengan konsentrasi tertinggi terdapat pada bagian barat teluk 0,60 ugl dan menurun hingga kurang dari 0,20 ugl di dekat pelabuhan Tanjung Priok, tetapi kemudian meningkat kembali di bagian timur Teluk Jakarta Ilahude, 1995. Sebaran konsentrasi nitrat dan silikat ditemukan tertinggi selama Musim Barat dengan nilai masing masing sebesar 2,5 ugl dan 27 ugl yang mendapatkan pengaruh dari aliran sungai Ilahude,1995.

2.2.6. Transparansi perairan

Dokumen yang terkait

Pemodelan Algoritma Penduga Konsentrasi Klorofil-a Menggunaltan Citra Satelit Terra MODIS di Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu

0 10 68

Kajian konsentrasi dan sebaran spasial klorofil-A di perairan teluk Jakarta menggunakan citra satelit Aqua Modis

0 14 86

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit aqua modis serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan lemuru di perairan selat bali.

2 56 135

Pendugaan Konsentrasi Klorofil-a dan Transparansi Perairan Teluk Jakarta dengan Citra Satelit Landsat.

3 18 123

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dari citra satelit seawifs di Perairan Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

0 12 67

Penentuan Pola Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat Sunda dan Perairan Sekitarnya dengan Menggunakan Data Inderaan AQUA MODIS.

1 40 81

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit MODIS serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Laut Jawa

4 8 197

Variasi Distribusi Spasial Dan Temporal Klorofil-A Dan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Data Satelit Aqua Modis Di Pantai Barat-Selatan Nanggroe Aceh Darussalam

1 23 61

Estimasi Distribusi Klorofil-A di Perairan Selat Madura Menggunakan Data Citra Satelit Modis dan Pengukuran In Situ Pada Musim Timur

0 0 10

Validasi Algoritma Estimasi konsentrasi Klorofil-a dan Padatan Tersuspensi Menggunakan Citra Terra dan Aqua Modis dengan Data In situ (Studi Kasus: Perairan Selat Makassar)

0 0 6