Tujuan Ruang Lingkup Peringkasan Teks Otomatis Hubungan Antarmakna a

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah bahan bacaan atau dokumen yang berupa wacana biasanya terdiri atas beberapa lembar yang isinya berupa rincian tentang bahan bacaan. Bahan bacaan tersebut memiliki poin-poin penting di dalamnya. Poin ini disebut juga intisari bacaan. Untuk mencari intisari bahan bacaan, si pembaca harus membaca keseluruhan bahan bacaan dan baru dapat menyimpulkan intisari bacaan. Menurut Febriatmoko 2011, cara termudah untuk mendapatkan informasi dari sebuah teks adalah dengan meringkasnya, karena membaca sebuah ringkasan tidak memerlukan waktu lama dibandingkan dengan membaca keseluruhan teks. Salah satu cara meringkas adalah text summary, yaitu mengambil kalimat utama atau sebagian kalimat dari setiap paragraf di dalam teks. Dalam penelitian Febriatmoko 2011, dokumen berbahasa Indonesia dianalisis menggunakan teori knowledge graph secara menyeluruh pada setiap dokumen untuk mendapatkan abstraksi teks, tetapi ada beberapa kekurangan atau kelemahan pada aturannya, seperti: pengubahan dokumen berbahasa Indonesia secara utuh ke dalam bentuk word graph membutuhkan waktu komputasi lebih lama daripada melakukan pengubahan dokumen berbahasa Indonesia dalam bentuk ringkasan atau hanya berisi poin-poin penting saja, serta penggunaan relasi PAR yang bersifat subjektif yang berdampak sukarnya mengimplementasikan aturan yang dibuat ke dalam aturan komputasi yang terstruktur. Dengan maksud yang sama dengan Febriatmoko 2011, penelitian ini juga bertujuan mendapatkan informasi penting dari suatu teks, tetapi dengan menggunakan cara yang berbeda. Cara yang digunakan, yaitu: mengombinasikan teknik pengambilan kalimat tertentu dalam suatu teks dengan teori knowledge graph. Dengan cara ini, hasil abstraksi teks diharapkan dapat merepresentasikan keseluruhan teks yang tidak berbeda jauh dengan cara Febriatmoko 2011. Knowledge graph adalah suatu metode baru di bidang natural language processing NLP. NLP adalah suatu proses yang menggunakan sistem spesial yang digunakan untuk mengekspresikan ide-ide manusia dalam bentuk informasi menjadi suatu pengetahuan Wulandari 2008. Metode knowledge graph pertama kali muncul pada tahun 1982 di Belanda. Pada awal pengembangan teori knowledge graph dalam aspek linguistik, teori ini dikembangkan dalam bahasa Inggris. Dengan demikian untuk bahasa Indonesia diperlukan suatu proses penstrukturan yang disesuaikan dengan bahasa Indonesia Hoede Nurdiati 2008b. Selanjutnya ringkasan didefinisikan sebagai sebuah teks yang dihasilkan dari satu atau lebih teks, mengandung informasi penting dari teks sumber dan panjangnya tidak lebih dari setengah teks sumber. Sistem peringkas teks otomatis diberi masukan berupa teks, dan melakukan peringkasan, lalu menghasilkan keluaran berupa teks yang lebih singkat dari teks sumber dan mengandung informasi utama dari teks sumber Hovy 2001. Kombinasi dari text summary dan teori knowledge graph diharapkan menghasilkan teknik pembuatan abstraksi teks yang baik dan efisien.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu aturan untuk memperoleh abstraksi dari suatu teks yang merupakan implementasi dalam penggunaan teori knowledge graph.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah teks berbahasa Indonesia dengan tema ketahanan pangan yang diambil dari berbagai sumber. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Kata

Semantik Yunani : Semanein = berarti, bermaksud; semanticos = makna adalah cabang ilmu bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal-usul dan perkembangan arti kata, mempelajari klasifikasi perubahan kata-kata atau bentuk bahasa sebagai indikator dalam perkembangan bahasa. Berdasarkan struktur bentuk, morfologi, dan kelompok kata frasaologi, kata dibagi menjadi 4 kelas besar, yaitu: 1 kelas kata benda yang memuat subkelas kata ganti dan kata sandang, 2 kelas kata kerja, 3 kelas kata sifat yang memuat subkelas kata bilangan, 4 kelas kata tugas yang memuat subkelas kata depan, kata sambung, kata keterangan Keraf 1982.

2.1.1 Kata Benda KB

Kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Contohnya: perumahan, kesadaran, dan udara adalah kata benda karena dapat diperluas dengan “yang + kata sifat” yaitu: perumahan yang baru, kesadaran yang tinggi dan udara yang rendah. Kata ganti dimasukkan dalam subkelas kata benda karena kata-kata ini dipakai untuk mengganti kata benda atau yang dibendakan pada posisi tertentu. Menurut sifat dan fungsinya, kata ganti dibedakan menjadi: kata ganti orang, kata ganti milik, kata ganti penunjuk, kata ganti penghubung, kata ganti penanya, dan kata ganti taktentu. Kata ganti milik adalah kata yang berfungsi menggantikan orang dalam kedudukan sebagai pemilik. Oleh karena itu dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak ada kata ganti milik. Kata sandang dimasukkan ke dalam subkelas kata benda karena kata-kata ini merupakan bagian dari kata benda yang berfungsi sebagai penentu kata benda tersebut. Contoh kata sandang adalah kata yang. Mula-mula kata yang berfungsi sebagai penentu. Fungsi yang lain sebagai alat nominalisasi yaitu kata yang bersama-sama kata lainnya menduduki posisi kata benda Keraf 1982. 2.2 Kata Majemuk Pengertian kata majemuk atau kompositum dapat diungkapkan sebagai berikut: gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti. Contoh: sapu tangan, matahari, orang tua, kaki tangan, dan lainnya Keraf 1982. 2.3 Frasa Frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada. Misalnya dalam frasa rumah ayah muncul makna baru yang menyatakan milik Keraf 1982.

2.3.1 Frasa Nominal Benda

Frasa nominal FN adalah frasa yang dapat mengisi fungsi subjek atau objek di dalam klausa. Menurut strukturnya dapat dibedakan adanya frasa nominal koordinatif FNK dan frasa nominal subordinatif FNS Chaer 2009.

2.3.1.1 Penyusunan Frasa Nominal

Koordinatif FNK Frasa nominal koordinatif dapat disusun dari: i dua buah kata berkategori nomina yang merupakan pasangan dari antonim relasional. Contoh: - ayah ibu - pembeli penjual - guru murid ii dua buah kata berkategori nomina yang merupakan anggota dari suatu medan makna. Contoh: - sawah ladang - kampung halaman - cabe bawang Chaer 2009.

2.3.1.2 Penyusunan Frasa Nominal Subordinatif FNS

Frasa nominal subordinatif dapat disusun dari: i Nomina + Nomina N + N ii Nomina + Verba N + V iii Nomina + Adjektiva N + A iv Nomina + Adverbia N + Adv v Adverbia + Nomina Adv + N vi Nomina + Numeralia N + Num vii Numeralia + Nomina Num + N viii Nomina + Demonstratifa N + Dem Chaer 2009. 2.4 Struktur Kalimat Sederhana Menurut strukturnya adanya subjek, predikat, objek, dan keterangan sebuah kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia memiliki pola, sebagai berikut: 1 Subjek + Predikat, atau S+P 2 Subjek + Predikat + Objek, atau S+P+O 3 Subjek + Predikat + Objek + Keterangan, atau S+P+O+K 4 Subjek + Predikat + Objek + Objek, atau S+P+O+O Chaer 2006. 2.4.1 Pola Dasar Kalimat Sederhana Pola dasar kalimat sederhana adalah tinjauan terhadap fungsi subjek dan predikat kalimat berdasarkan kelas kata yang menduduki kedua fungsi tersebut. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 1 Kata Frasa Benda + Kata Frasa Benda 2 Kata Frasa Benda + Kata Frasa Kerja 3 Kata Frasa Benda + Kata Frasa Sifat 4 Kata Frasa Benda + Kata Frasa Kerja + Kata Frasa Benda Chaer 2006.

2.5 Wacana

Wacana sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dan dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat. Artinya, sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat, mungkin juga terdiri dari sejumlah kalimat. Dalam pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat itu dipadukan oleh alat-alat pemanduan yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik Chaer 2009. 2.6 Paragraf Satuan wacana terkecil yang dibangun oleh sejumlah kalimat adalah sebuah paragraf. Setiap paragraf memiliki sebuah pikiran pokok, dan sejumlah pikiran penjelas mengenai pikiran pokok. Pikiran pokok direalisasikan dalam sebuah kalimat utama atau kalimat pokok, yang selalu berwujud kalimat sedangkan pikiran penjelas direalisasikan dalam kalimat-kalimat penjelas, yang wujudnya berupa kalimat terikat Chaer 2009. Menurut Aryamdini 2003, kalimat pokok memiliki ciri sebagai berikut: a mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut, b merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri, c mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain, d dapat dibentuk tanpa kata sambung atau kata transisi. Sedangkan ciri kalimat penjelas sebagai berikut: a sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri, b arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea, c pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kata transisi, d isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik.

2.6.1 Macam Paragraf

Nero 2007 mendefinisikan paragraf berdasarkan letak kalimat pokoknya menjadi 4 macam: 1 Kalimat pokok berada di kalimat pertama paragraf deduksi. 2 Kalimat pokok berada di kalimat terakhir paragraf induksi. 3 Kalimat pokok berada di kalimat pertama dan terakhir paragraf deduksi-induksi. 4 Kalimat pokok berada di semua kalimat paragraf deskriptif-naratif.

2.7 Peringkasan Teks Otomatis

Ringkasan teks dapat disajikan dalam dua bentuk umum yaitu ekstrak dan abstrak Hovy 2001. Ekstrak merupakan ringkasan teks yang hanya mengambil bagian-bagian tulisan yang dianggap penting saja tanpa mengubah kalimat-kalimat yang terambil, sedangkan abstrak merupakan ringkasan teks yang menyajikan ringkasan dengan menciptakan kalimat-kalimat baru yang merepresentasikan teks sumber dalam bentuk lain. Suatu ringkasan dapat bersifat general, yaitu ringkasan yang mengambil sebanyak mungkin informasi penting di dalam teks yang dapat menggambarkan keseluruhan teks. Selain itu ringkasan dapat bersifat query-oriented dengan kueri pengguna dan menampilkannya dalam bentuk ringkasan Zikra 2009. Panjang ringkasan biasanya diukur berdasarkan persentase dari panjang teks sumber, misalnya 10, 20, atau 50 dari panjang teks sumber. Selain itu panjang ringkasan dapat juga diukur berdasarkan banyaknya kata, misalnya ditentukan ringkasan sepanjang 100 kata Zikra 2009.

2.8 Hubungan Antarmakna a

Hipernimi dan Hiponimi Hipernimi adalah kata-kata atau ungkapan yang maknanya melingkupi makna kata-kata atau ungkapan lain. Misalnya kata burung maknanya melingkupi makna kata-kata seperti merpati, kepodang, tekukur, perkutut dan cucakrawa. Hiponimi adalah kata-kata atau ungkapan yang maknanya termasuk di dalam makna kata atau ungkapan lain. Umpamanya makna kata merpati termasuk di dalam makna kata burung dan makna kata kuning termasuk di dalam makna kata warna Chaer 2006. b Sinonimi Sinonimi adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama, contohnya kata mati sinonim dengan kata meninggal Chaer 2006.

2.9 Graf