Studi Kepustakaan Dokumen Berbahasa Indonesia Pembuatan Aturan sebuah paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki sebuah kalimat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kepustakaan Dokumen Berbahasa Indonesia

Hasil studi kepustakaan berikut sumber- sumber yang diperoleh untuk setiap subtahap, yaitu: i. Jenis-jenis paragraf berdasarkan letak kalimat pokok, yaitu 10 paragraf deduktif, 7 paragraf induktif, dan 4 paragraf deduktif-induktif Lampiran 7 - Lampiran 27. Paragraf-paragraf ini digunakan untuk menganalisis letak kalimat pokok dan menguji pembuatan aturan pada tahap berikutnya. ii. Menggunakan dokumen yang sama dengan dokumen Febriatmoko 2011 diperoleh 3 dokumen dengan tema ketahanan pangan yang dipilih sebagai bahan dalam penelitian. Ketiga dokumen tersebut yaitu: 1 Teks “Solidaritas Nasional Ketahanan Pangan” sebagai teks A Lampiran 1. 2 Teks “Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1950- 2005” sebagai teks B Lampiran 2. 3 Teks “Mencermati Kebijakan Ketahanan Pangan” sebagai teks C Lampiran 3.

4.2 Pembuatan Aturan

Pengambilan Kalimat Tertentu a Penentuan banyaknya kalimat terambil dari jumlah kalimat per paragraf Suatu teks tersusun dari beberapa paragraf dan setiap paragraf tersusun atas beberapa kalimat. Berdasarkan tinjauan pustaka poin

2.6, sebuah paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki sebuah kalimat

pokok dan sebuah kalimat penjelas minimal. Akan tetapi, berbeda dengan kenyataan dalam penulisan artikel yang ada di media massa dan salah satunya adalah internet. Informasi berupa berita yang diberikan melalui internet tidak selalu mengikuti aturan tata bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah paragraf yang hanya memiliki sebuah kalimat saja. Kejadian ini bisa saja terjadi karena media massa mempunyai aturan tersendiri dalam penulisan artikel di media massa Adnan 5 Januari 2011, komunikasi pribadi ataupun bisa karena kesalahan dalam penulisan artikel. Oleh karena itu ada kemungkinan sebuah paragraf hanya memiliki sebuah kalimat. Berdasarkan kasus di atas, berarti sebuah paragraf minimal memiliki sebuah kalimat dan tidak ada batasan maksimal bergantung pada penulis artikel dan isi bacaan, tetapi semakin panjang kalimat di dalam paragraf membuat pembaca tidak dapat berkonsentrasi penuh dari pada paragraf yang pendek Keraf 1993. Dalam penelitian ini akan diambil kalimat sebanyak setengah dari total kalimat yang ada pada setiap paragraf. Oleh karena itu dibangunlah sebuah algoritme yang memungkinkan pengambilan separuh dari total kalimat per paragraf. Perumusannya adalah sebagai berikut: Didefinisikan m adalah banyaknya kalimat yang terambil dan N adalah banyaknya kalimat pada suatu paragraf. 1 Jika paragraf tersebut memiliki jumlah kalimat berupa bilangan ganjil N ≥1 maka didefinisikan m=N+12, 2 sedangkan jika paragraf tersebut memiliki jumlah kalimat berupa bilangan genap N ≥2 maka didefinisikan m=N2 Lampiran 4.

b Penentuan kalimat yang terambil

diasumsikan kalimat pokok ikut terambil per paragraf Secara umum kalimat-kalimat dalam teks yang memiliki informasi penting ada pada kalimat pokok di setiap paragraf tetapi bukan berarti kalimat penjelas tidak memiliki informasi penting di dalamnya, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengambil kalimat pokok beserta beberapa kalimat penjelas agar informasi penting dalam teks tidak banyak yang hilang. Selanjutnya berdasarkan tinjauan pustaka pada poin 2.4.1 dan poin 2.6 diperoleh beberapa asumsi sebagai berikut: 1 Sebuah kalimat pasti memiliki minimal sebuah kata benda tinjauan pustaka poin 2.4.1 kecuali kalimat imperatif kalimat perintah karena kalimat tersebut bisa tidak memiliki kata benda. Kemudian ada kemungkinan kata benda pada beberapa kalimat ataupun semua kalimat di dalam satu paragraf memiliki jumlah kata benda yang sama. 2 Kalimat pokok dapat berupa kalimat sederhana karena dapat dibentuk tanpa kata hubung yang berdampak kalimat pokok memiliki jumlah kata benda yang sedikit dibandingkan kalimat penjelas tinjauan pustaka poin 2.6. 3 Berdasarkan letak kalimat pokok tinjauan pustaka poin 2.6.1. Dalam artikel atau bahan bacaan di media massa, pada umumnya letak kalimat pokok bergantung pada jenis paragraf paragraf deduksi, paragraf induksi maupun paragraf deduksi-induksi. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teknik pengambilan kalimat berdasarkan letak kalimat dalam paragraf deduksi-induksi. Dari tiga buah asumsi ini dibuat sebuah algoritme pengambilan kalimat tertentu berdasarkan jumlah kata benda pada setiap kalimat dalam satu paragraf, jumlah kalimat dalam satu paragraf dan posisi kalimat pokok dalam satu paragraf, maka akan muncul 4 kasus yang mungkin akan terjadi. Berikut penjabarannya: Misalkan m adalah banyaknya kalimat yang terambil dan N adalah banyaknya kalimat pada suatu paragraf. Kasus 1: jika sebuah paragraf hanya memiliki sebuah kalimat N=1 maka kalimat tersebut langsung diambil Kasus 2: jika sebuah paragraf memiliki beberapa kalimat dan setiap kalimat memiliki jumlah kata benda yang berbeda N ≥2 maka ambil sebuah kalimat yang memiliki jumlah kata benda paling kecil, dan sisa kalimat lainnya sebanyak m-1 berdasarkan jumlah kata benda maksimum Kasus 3: jika sebuah paragraf memiliki beberapa kalimat, dan dua hingga N-1 kalimat memiliki jumlah kata benda minimum yang sama N ≥3 maka ambil sebuah kalimat yang memiliki jumlah kata benda minimum yang memiliki urutan terdepan, dan ambil kalimat yang memiliki jumlah kata benda maksimum sebanyak m-1 kalimat Kasus 4: jika sebuah paragraf memiliki beberapa kalimat dan semua kalimat memiliki jumlah kata benda yang sama N ≥2 maka ambil sebuah kalimat urutan pertama, sebuah kalimat urutan terakhir, dan sebanyak m-2 kalimat urutan tengah. Kalimat urutan tengah untuk N genap X m2 sampai X m2+i dan untuk N ganjil X m+12 sampai X m+12+i , {i =0…m-3}. X adalah kalimat yang terambil sesuai urutan dalam paragraf. Uraian lebih lanjut disediakan pada Lampiran 5 sampai Lampiran 6. Berdasarkan kasus yang terjadi di atas maka digunakan beberapa fungsi dan urutan tertentu untuk mendapatkan kalimat-kalimat tertentu. Berikut alasan dan landasan penggunaan fungsi dan urutan tersebut: 1 Penggunaan fungsi minimum untuk mengambil sebuah kalimat pokok karena kalimat pokok ini mengandung inti paragraf yang merupakan pokok permasalahan dalam sebuah paragraf. Penggunaan fungsi maksimum yang diurutkan digunakan untuk mengambil kalimat penjelas yang memiliki banyak kata benda di dalamnya yang merupakan penjabaran dari pokok permasalahan dalam sebuah paragraf. Kalimat penjelas ini diambil sebanyak kalimat yang terambil pada suatu paragraf dikurangi satu m-1 karena satu kalimatnya dari kalimat pokok dan sisanya kalimat penjelas. 2 Penggunaan suatu urutan tertentu dalam pengambilan kalimat karena ada kemungkinan suatu paragraf yang beberapa atau semua kalimatnya memiliki jumlah kata benda yang sama dan tidak mungkin kalimat-kalimat tersebut diambil secara acak karena dikhawatirkan memperbesar peluang kalimat pokok tidak ikut terambil. Oleh karena itu digunakan suatu urutan tertentu yakni mengambil kalimat pertama, kalimat terakhir dan beberapa kalimat tengah pada paragraf didasarkan pada jenis paragrafnya atau letak kalimat pokok secara umum. Sebelum menerapkan aturan pengambilan kalimat tertentu ke teks yang akan dianalisis, aturan ini diujikan terlebih dahulu ke-21 buah paragraf, sepuluh di antaranya merupakan paragraf deduktif, 7 paragraf induktif dan 4 paragraf deduktif-induktif yang diambil dari berbagai sumber, dari pengujian aturan ini diperoleh hasil sebagai berikut: 1 Dari sepuluh paragraf deduktif, 9 di antaranya berhasil didapatkan kalimat pokok 85,71, dari tujuh paragraf induktif, 5 di antaranya berhasil didapatkan kalimat pokok 71,42, kemudian dari analisis terhadap 4 paragraf deduktif-induktif, sebuah paragraf mendapatkan 2 buah kalimat pokok 25 dan 3 buah paragraf sisanya hanya mendapatkan sebuah kalimat pokok 75. 2 Dengan menggunakan fungsi minimum untuk mendapatkan kalimat pokok dari 21 buah paragraf tersebut, 13 paragraf di antaranya mendapatkan kalimat pokok sesuai dengan fungsinya 61,9. Dengan menggunakan contoh jenis paragraf yang sudah diketahui letak kalimat pokoknya dapat diketahui terambil atau tidak kalimat pokok dalam paragraf. Untuk lebih jelasnya, pengujian aturan ini dapat dilihat pada Lampiran 7- Lampiran 27. Selanjutnya, aturan ini diterapkan pada tiga dokumen berbahasa Indonesia yang akan diteliti dan diperoleh hasil sebagai berikut: 1 Teks “Solidaritas Nasional Ketahanan Pangan” terdapat 15 paragraf dan 12 paragraf 80 di antaranya berhasil mendapatkan kalimat pokoknya dengan jumlah kalimat yang digunakan sebanyak 24 kalimat dari total 41 kalimat pada teks Lampiran 28. 2 Teks “Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1950- 2005” terdapat 6 paragraf dan 5 paragraf 83,33 di antaranya berhasil mendapatkan kalimat pokoknya dengan jumlah kalimat yang digunakan sebanyak 20 kalimat dari total 40 kalimat pada teks Lampiran 29. 3 Teks “Mencermati Kebijakan Ketahanan Pangan” terdapat 14 paragraf dan 10 paragraf 71,43 di antaranya berhasil mendapatkan kalimat pokoknya dengan jumlah kalimat yang digunakan sebanyak 17 kalimat dari total 30 kalimat pada teks Lampiran 30. Dari ketiga teks ini tidak diketahui letak kalimat pokok secara otomatis. Oleh karena itu sebelum menggunakan aturan pemilihan kalimat tertentu dilakukan pencarian letak kalimat pokok dengan cara manual dibantu oleh seorang ahli bahasa Nurhayati 5 Januari 2011, komunikasi pribadi yang bertujuan mengetahui tingkat keakuratan dalam penerapan algoritme yang dibuat.

4.3 Penentuan Kata Benda atau Frasa Benda