5.2. Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka
DKI Jakarta.
5.2.1. Hasil Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta.
5.2.1.1. Deskripsi Proyek Proyek perancangan vertical greenery tiang kolom jalan fly over Pramuka,
bertujuan untuk memberikan penghijauan pada area di bawah jalan fly over. Kondisi eksisting area bawah fly over memiliki iklim mikro yang tidak nyaman.
Gambar 32. Rel Module Langsung a. Foto, b. Potongan Sumber: Bribach, 2010 dan PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
a
Gambar 33. Rel Module Tidak Langsung a. Foto, b. Potongan Sumber: Bribach, 2010 dan PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
a b
a b
Karena kondisi tersebut, dibutuhkan suatu penghijauan di sekitar area bawah fly over
untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman dan memberikan suasana yang asri bagi pengguna jalan
. Klien pada proyek ini adalah lembaga pemerintahan, yaitu Dinas
Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta. Kegiatan proyek ini merupakan keberlanjutan dari proyek penghijauan area bawah fly over yang dikerjakan
bersama antara klien dan PT. Envirospace Consultant, Indonesia. 5.2.1.2. Proses Perancangan
Proses perancangan vertical greenery tiang kolom jalan fly over Pramuka, DKI Jakarta dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang umum dikerjakan oleh
konsultan lanskap. Mahasiswa magang diikutsertakan dalam kegiatan di lapang dan di studio. Kegiatan yang dilakukan di lapang meliputi, inventarisasi dan
analisis tapak. Kegiatan di studio meliputi pembuatan dokumen gambar yaitu gambar konsep dasar, konsep desain awal preliminary concept design, rencana
tapak site plan, pengembangan desain design development, dan detail konstruksi detail engineering design. Kegiatan pembuatan dokumen gambar
dibimbing oleh staf divisi dan pimpinan perusahaan. Proses perancangan yang dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 34.
5.2.1.3. Tahap Persiapan Lingkup kerja pada proyek ini adalah perancangan vertical greenery tiang
kolom jalan fly over Pramuka DKI Jakarta. Pada tahapan ini perusahaan melakukan proses kontrak proyek dengan klien. Kontrak tersebut berisi penjelasan
mengenai lingkup pekerjaan time line progres pekerjaan, batasan pekerjaan dan daftar gambar kerja yang harus dibuat perusahaan. Klien pada proyek ini adalah
Bidang Jalur Kota Tata Hijau Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI
Gambar 34. Proses Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over Pramuka, DKI Jakarta
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Persiapan
Inventarisasi Analisis
Konsep Dasar Pengembangan Desain
Rencana Tapak Konsep desain awal
Detail Konstruksi Kegiatan Magang
Jakarta. Setelah proses kontrak, pimpinan perusahaan melakukan tahap diskusi awal dengan klien untuk membicarakan kondisi awal tapak dan gambaran ide
serta gagasan. Pada tahapan diskusi ini, klien menginginkan rancangan berupa vertical greenery
pada tiang kolom fly over untuk menciptakan suasana asri dan indah.
5.2.1.4. Tahap inventarisasi Jalan
fly over Pramuka merupakan salah satu fly over di kawasan DKI
Jakarta yang sudah beroperasi sejak tahun 2009. Fly over Pramuka terletak di antara jalan Pemuda dan jalan Pramuka, Jakarta Timur Gambar 29. Area yang
menjadi cakupan pekerjaan perancangan adalah pada bagian kolom konstruksi tiang jalan fly over Pramuka. Jumlah tiang kolom yang menjadi cakupan
pekerjaan adalah 10 sepuluh tiang kolom dengan tinggi yang berbeda-beda. Empat buah tiang dengan tinggi 2.5 m, empat buah tiang dengan tinggi 6 m dan
dua buah tiang dengan tinggi 4 m. Cakupan luasan untuk perancangan vertical greenery
pada keseluruhan tiang kolom adalah 416 m
2
. Kondisi area sekitar tiang kolom adalah jalur kendaraan bermotor dan jalur
busway . Selain itu, di area bawah fly over terdapat pocket park yang sedang
dikerjakan pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Kecepatan kendaraan di sekitar tiang kolom antara 20-35 kmjam dengan posisi
tiang kolom berada di samping kanan ruas jalan. Pada tahapan inventarisasi ini, perusahaan menggunakan dua metode, yaitu inventarisasi data primer dan
inventarisasi data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapang site visit dengan pengambilan foto site photo. Site photo diperlukan untuk memotret
kondisi fisik tiang kolom dari berbagai sudut yang selanjutnya akan dianalisis. Data sekunder diperoleh dari data google earth, Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dan website. Data hasil inventarisasi dapat dilihat kembali pada Tabel 3.
Tahap site visit untuk inventarisasi dilakukan 2 kali untuk melakukan proses cross cek data sekunder dengan keadaan di lapang. Proses cross cek
dilakukan untuk mencocokkan informasi data sekunder dengan informasi yang ada di lapang. Data sekunder yang digunakan pada saat proses cross cek adalah
gambaran spasial dari google earth dan peta basemap yang sudah dibuat
perusahaan Gambar 36. Tahap inventarisasi dilakukan oleh pimpinan perusahaan ESCI, staf perancangan dan perencanaan, dan mahasiswa magang.
Mahasiswa magang diikutsertakan dalam kegiatan inventarisasi bertujuan untuk pembelajaran mengenai cara melakukan inventarisasi tapak dan pengetahuan
mengenai data yang akan dianalisis.
5.2.1.5. Tahap Analisis Kondisi fisik dari tiang kolom fly over kurang baik dari segi visual.
Banyak terdapat bekas pamflet yang ditempel dan coretan gambar di beberapa bagian tiang kolom, sehingga kurang enak dilihat dari arah pengendara. Kondisi
tersebut dapat dilihat pada Gambar 37. Selain itu, kondisi tiang kolom yang berdebu menciptakan suasana kumuh yang jauh dari kesan asri dan hijau seperti
yang diinginkan klien.
Gambar 35. Lokasi dan Jumlah Tiang Kolom Fly Over Sumber: google earth, 2011 Foto: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
t = 6 m
t = 4 m t = 6 m
t = 6
m
t = 2,5 m t = 4 m
t = 6 m
t = 2,5 m
t = 2,5 m t = 2.5 m
55 Gambar 36. Base Map Tiang Kolom Fly Over Jakarta
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
Gambar 37. Kondisi Tiang Kolong Fly Over Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
Kondisi biofisik dari tiang kolom yaitu terdapat jalur kendaraan di sebelah kanan tiang dan beberapa zebracross serta trotoar. Kecepatan kendaraan di sekitar
tiang kolom adalah antara 20-35 kmjam dengan posisi tiang kolom berada di samping kanan ruas jalan. Kecepatan kendaraan tersebut menjadi dasar untuk
menghadirkan vertical greenery di sepanjang jalan yang bisa dinikmati keindahan dan keasriannya oleh pengguna jalan tanpa mengganggu arus lalu lintas.
Selain itu, ada beberapa existing pocket park di area kolong tol yang berpotensi sebagai
titik irigasi bagi sistem vertical greenery Gambar 38
. Tidak semua tiang berada di dekat posisi titik air, sehingga diperlukan sistem irigasi yang lebih komplek
untuk mengairi tanaman pada semua vertical greenery. Pengguna jalan sekitar tiang kolom fly over Pramuka adalah masyarakat
kota maupun luar kota yang berkendara melewati area tiang kolom fly over. Jenis kendaraan yang menggunakan jalan adalah mobil pribadi, angkutan umum, dan
busway . Kondisi jalan yang sering terjadi kemacetan, bisa menjadi potensi untuk
menikmati aspek visual dan ekologis dari vertical greenery. Iklim mikro di area sekitar tiang kolom tidak nyaman dengan kondisi
udara yang tercemar debu dan asap kendaraan. Selain itu efek dari aspal dan beton fly over
mengakibatkan radiasi panas yang tidak nyaman bagi pengguna jalan. Karena hal tersebut diperlukan penghijauan, dengan penggunaan vertical greenery
pada area tiang kolom, yang bertujuan untuk menciptakan iklim mikro yang lebih baik secara amenity.
5.2.1.6. Konsep Dasar Concept Plan Rencana konsep dari proyek vertical greenery ini adalah menciptakan
keindahan alami di lingkungan sekitar jalan bawah fly over, kenyamanan bagi pengendara dan dapat dinikmati pada kondisi normal dan macet. Karakter bentuk
yang digunakan adalah bentukan rectilinier yang memberikan kesan formal, kaku dan mengikuti bentukan tiang kolom yang kokoh. Karakter tersebut
dikombinasikan dengan tekstur tumbuhan yang lembut alami. Untuk konsep warna yang digunakan adalah warna alami yaitu hijau meliputi hijau tua dan hijau
muda. Konsep warna yang digunakan merupakan permintaan dari pihak klien untuk menciptakan kombinasi warna yang dinamis agar tidak monoton. Untuk
pembuatan konsep. PT. ESCI memberikan beberapa alternatif kombinasi bentuk dan warna Gambar 39.
Konsep desain yang diajukan kepada klien mengalami beberapa kali diskusi untuk mendapatkan konsep yang tepat. Dasar pemikiran dari konsep yang
Gambar 39 Pola Konsep Desain yang Diajukan Kepada Klien Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
A B
C D
E
Gambar 38 Exsisting Pocket Park Kolong Fly Over Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
dipilih mempertimbangkan bentuk pola desain yang tidak monoton, tidak terlalu rumit dan bersifat dinamis, sehingga memberikan suasana nyaman untuk
dinikmati oleh pengendara. Konsep yang disetujui oleh klien terdapat 2 dua pola yaitu Pola A dan B Gambar 40. Pola tersebut dipilih klien karena memiliki
susunan warna dan bentuk yang tidak terlalu rumit dan dinamis. Kedua pola tersebut ditempatkan pada posisi a-b-a-b pada setiap tiang kolom untuk
menciptakan suatu irama searah laju kendaraan Gambar 41.
5.2.1.7. Tahap Konsep Desain Awal Preliminary Concept Design Tahap konsep desain awal menghasilkan produk gambar ilustrasi yang
bertujuan untuk menggambarkan konsep yang digunakan pada tahap rencana konsep concept plan sebelumnya. Produk dari tahap ini diajukan kepada klien
untuk didiskusikan. Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa: a.
Feature image of softscape b.
Feature image of vertical greenery c.
Artist impression
Gambar 40. Dua Konsep Desain yang Disetujui Klien Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Gambar 41. Pola a-b-a-b Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
A B
a. Feature image of softmaterial
Feature image of softmaterial merupakan gambar usulan mengenai elemen
softmaterial tanaman yang akan digunakan pada vertical greenery. Spesifikasi
warna tanaman disesuaikan dengan konsep kombinasi warna yang telah direncanakan. Tanaman tersebut adalah bromelia merah Neoregelia tricolor
untuk warna merah, sirih “gold”Scindapsus aureum untuk warna kuning, pakis kelabang Nephrolepis biserrata untuk warna hijau muda, dan sirih gading
Scindapsus aureus untuk warna hijau tua Gambar 42.
b. Feature image of vertical greenery
Feature image of vertical greenery merupakan gambar usulan mengenai
gambaran desain yang akan dikerjakan. Gambar tersebut mencakup aplikasi dari konsep softscape pada vertical garden Gambar 43, aplikasi vertical greenery
pada bidang kolom Gambar 44, bahan hardmaterial dan bahan media yang akan digunakan Gambar 45.
Gambar 42. Tanaman untuk Vertical Greenery a. bromelia merah Neoregelia tricolor
, b. sirih “gold”Scindapsus aureum, c. pakis kelabang Nephrolepis biserrata
, d. sirih gading Scindapsus aureus. Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
Gambar 43. Feature Image Aplikasi Konsep Softscape pada Vertical Greenery Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
a b
c d
c. Artist impression
Artist impression merupakan gambar ilustrasi yang dibuat untuk
menggambarkan rencana konsep kepada pihak klien. Ilustrasi tersebut meliputi view
dari vertical greenery pada kolom Gambar 46 dan perspektif suasana vertical greenery
Gambar 47.
Gambar 44. Feature Image Aplikasi Vertical Greenery pada Bidang Kolom Sumber: Blanc, 2008
a
d b
c
e
Gambar 45. Feature Image Bahan Hard Material a. modul aluminium galvanis dan bahan media tanam b. pakis, c. batu apung, d. cocopeat, e. geotextile
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011
61
Gambar 46 Ilustrasi View Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
5.2.1.8. Rencana Tapak Site Plan Tahap rencana pelaksanaan bertujuan untuk menggambarkan rencana garis
besar proyek vertical greenery. Rencana pelaksanaan yang dibuat menggambarkan posisi vertical greenery dan posisi titik air pada pocket park
exsisting untuk sistem irigasi Gambar 48. Pada site plan terlihat posisi vertical
greenery berada di bawah tiang kolom fly over antara Jalan Pramuka dan Jalan
Pemuda. Pola desain A dan B yang sudah ditentukan sebelumnya dipasangkan secara berselang untuk menciptakan irama yang tidak monoton. Ukuran tiang
kolom dengan ketinggian yang berbeda dengan komposisi tinggi ke rendah dikombinasikan dengan komposisi vertical greenery yang berselang.
5.2.1.9. Tahap Pengembangan Desain Design Development Tahap pengembangan desain adalah tahapan dari pengembangan konsep
elemen hardscape dan softscape ke dalam suatu rancangan. Pengembangan elemen hardscape berupa pembuatan desain konstruksi dengan berbagai alternatif.
Pengembangan elemen softscape berupa pembuatan desain penanaman secara vertical
serta pengembangan penggunaan media tanam. Produk yang dibuat pada tahapan ini adalah a desain konstruksi vertical greenery, b desain penanaman,
dan c sistem irigasi irrigation system.
Gambar 47. Ilustrasi Perspektif Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
1
2 3 4
5
2 1
3 4
5
63
Gambar 48. Rencana Induk Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
a. Desain konstruksi vertical greenery
Desain konstruksi vertical greenery merupakan pengembangan konsep dari elemen hardmaterial pada tahap konsep desain awal preliminary concept
design . Pada perancangan proyek ini, PT. ESCI menggunakan struktur vertical
green module VGM. VGM berfungsi sebagai tempat menyimpan media yang
akan ditanami. Sistem ini memodifikasi tanaman agar dapat tumbuh secara vertikal. Selain itu, sistem VGM digunakan untuk memudahkan dalam menyusun
tanaman sesuai dengan konsep warna dan bentuk yang sudah ditentukan, karena prinsip kerjanya seperti puzzle. Bagian struktur yang digunakan perusahaan
selanjutnya adalah struktur frame module. Struktur ini berfungsi untuk menopang dan mengunci VGM. Penggunaan sistem ini memudahkan dalam memasang dan
membongkar VGM, karena memiliki prinsip kerja seperti bingkai foto. Posisi VGM terhadap frame module dapat dilihat pada Gambar 49.
Posisi VGM dan frame module terhadap bidang kolom mengikuti bentuk keliling lingkaran agar dapat menutup bagian luasan kolom
. Selain itu,
dalam pemasangan VGM terhadap frame module harus memperhatikan sudut antar
VGM dan frame module. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pemasangan VGM.
Struktur terakhir yang digunakan untuk menopang frame module dan VGM adalah rel module. PT. ESCI menawarkan dua alternatif desain untuk
menghubungkan antara rel module dengan bidang kolom yaitu rel module langsung dan tidak langsung. Alternatif tersebut memperhitungkan perlakuan
terhadap struktur kolom yang menopang fly over.
a b
Gambar 49. Posisi Vertical Green Module Terhadap Frame Module a. Tampak Depan, b. Tampak Samping
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Alternatif pertama adalah menggunakan struktur penghubung yang dihubungkan langsung ke bidang kolom. Struktur ini menggunakan 2 dua buah
rel module untuk menopang satu baris frame module dan VGM. Setiap baris terdapat 5 buah VGM uk. 1000x200x75 mm dan 10 buah frame module. Total rel
module yang digunakan adalah 16 buah pada setiap tiang kolom. Struktur rel module
dihubungkan langsung terhadap struktur kolom dengan menggunakan skrup baja Gambar 50.
Alternatif kedua adalah menggunakan pondasi beton untuk menahan rel besi. Alternatif ini menggunakan 1 satu buah rel module dilengkapi struktur
pondasi dengan flat besi yang berukuran lebih besar menopang 11 VGM uk. 700x450x75mm dan 22 buah frame module. Rel module tersebut memiliki
pondasi telapak untuk menopang struktur vertical greenery agar tetap kokoh. Setiap Rel module yang mengelilingi tiang kolom diikat menggunakan besi ulir
untuk memperkuat struktur secara keseluruhan dan mengurangi resiko karena kelebihan beban Gambar 51.
Dua alternatif tersebut diajukan kepada klien untuk didiskusikan dan mendapatkan persetujuan. Diskusi dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pihak PT.
ESCI dan pihak klien. Untuk pihak perusahaan yang melakukan diskusi adalah pimpinan perusahaan dan perwakilan staf perancangan, sedangkan dari pihak
klien adalah pimpinan sub bidang dan perwakilan anggota sub bidang. Setelah melakukan diskusi dengan klien, klien memilih alternatif 2 dua untuk dibuat
gambar detail engineering design DED. Alternatif tersebut dipilih karena lebih memperhatikan keamanan struktur tiang kolom.
b. Desain Penanaman
Desain Penanaman adalah pengembangan dari konsep vegetasi yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu menggunakan kombinasi warna tanaman merah,
kuning, hijau muda dan hijau tua. Pada tahapan ini tim proyek membuat suatu sistem penanaman pada vertical greenery yang disesuaikan dengan konstruksi
modul. Sistem penanaman yang digunakan adalah menggunakan teknik porous atau mesh. Media tanam yang digunakan adalah serabut kelapa cocopeat, batu
apung, pakis dan kompos dengan komposisi masing-masing 25.
66
Gambar 50. Desain Alternatif I dengan Rel Module Langsung a. Tampak Atas, b. Tampak Samping Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
67
Gambar 51. Desain Alternatif II dengan Rel Module Tidak Langsung a. Tampak Atas, b. Tampak Samping Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 DIgambar Oleh: Fauzi, 2011
Komposisi tanaman yang digunakan pada pengembangan pola desain A adalah Bromelia bunga Neoregelia tricolor 25 , Pakis kelabang Nephrolepis
biserrata 30, Sirih gading Scindapsus aureum 20, Sirih gading kuning
Scindapsus aureus’Gold’ 25. Pola desain B adalah Bromelia bunga Neoregelia tricolor 20, Pakis kelabang Nephrolepis biserrata 35, Sirih
gading Scindapsus aureum 15, Sirih gading kuning Scindapsus aureus’Gold’ 30. Jarak tanam yang didesain tergantung dari diameter tajuk tanaman yang
digunakan. Untuk tanaman yang berukuran lebih besar seperti Bromelia bunga Neoregelia tricolor dan Pakis kelabang Nephrolepis biserrata dengan lebar
tajuk tanaman sekitar 30cm-40cm memiliki jarak tanam 30cm-40cm. Tanaman berukuran lebih kecil seperti Sirih gading Scindapsus aureum, Sirih gading
kuning Scindapsus aureus’Gold’ dengan lebar tajuk lebih ramping antara 10 cm- 20cm memiliki jarak tanam 10cm-20cm.
Teknik penanaman yang digunakan pada proyek ini adalah vertical class, yaitu teknik penanaman dengan posisi tanaman secara vertikal. Arah tumbuh
tanaman mengarah horizontal menuju pandangan manusia Gambar 52.
c. Sistem Irigasi Irrigation system.
Sistem irigasi yang digunakan pada proyek perancangan vertical greenery ini adalah irigasi tetes drip irrigation yang mengairi bagian perakaran. Perakaran
tersebut berada pada campuran media yang dapat menyimpan air cocopeat, batu apung, pakis
untuk diserap tanaman. Untuk jumlah pipa subline yang
Gambar 52.Teknik Penanaman secara Vertikal a. Tampak, b.Potongan Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
a b
Arah tanaman Horizontal
Bidang Vertikal
mendistribusikan air irigasi pada vertical greenery, jumlahnya tergantung dari tinggi kolom dan jumlah modul yang digunakan. Tinggi tiang kolom 6 m
menggunakan 6 enam pipa subline, tinggi tiang 4 m menggunakan 4 empat pipa subline, dan tinggi tiang 2,5 m menggunakan 2 dua pipa subline. Pipa
subline yang digunakan dipasang diatas kantung VGM dan terhubung dengan
media tanam Gambar 53. 5.2.1.10. Detail Engineering Design DED
Detail engineering design DED merupakan tahapan pembuatan gambar
kerja konstruksi yang dilengkapi dengan spesifikasi material beserta dimensi yang akan diimplementasikan oleh kontraktor. Tahapan ini merupakan pengembangan
dari tahap design development setelah melalui tahap persetujuan dan revisi. Pembuatan produk gambar kerja konstruksi dilakukan oleh mahasiswa magang
dibimbing oleh bagian perancangan dan perencanaan serta pimpinan perusahaan. Selain itu, gambar melalui tahap koreksi dan revisi oleh pimpinan perusahaan agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam membuat konstruksi yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah melalui tahap diskusi dengan perusahaan,
selanjutnya gambar kerja diajukan kepada klien untuk didiskusikan dan direvisi untuk disesuaikan dengan keinginan klien. Drawing list dari tahapan ini dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Drawing List DED No Nama
Gambar Skala
Kode Gambar
DED No Gambar
Skripsi 1 Rencana
Tapak 1 : 1200 DED-VG-001 Gambar
42 2 Detail
Plan Vertical Greenery
1 : 60 DED-VG-002 Gambar
49 Detail A Tiang Besi
1 : 60
Tampak Depan t = 2.5 m 1 :
140 Tampak Depan t = 4 m
1 : 140
Tampak Depan t = 6 m 1 :
140 3 Tipikal
Potongan 1 : 140 DED-VG-003 Gambar
50 Detail B
1 : 30
Vertical Green Module NTS Detail C Pondasi Tiang Besi
1 : 120
Tampak Depan t = 6 m 1 :
120 4 Contoh
Tanaman Vertical Greenery
Pola A NTS
DED-VG-007 Gambar 54
5 Contoh Tanaman
Vertical Greenery Pola B
NTS DED-VG-008
Gambar 55 6
Rencana Induk Sistem Irigasi 1 :
120 DED-VG-009 Gambar 56
Sumber: PT Envirospace Consultant Indonesia
70
Gambar 53.
Sistem Irigasi Pipa Subline
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Tahap DED dikerjakan di studio dengan beberapa jenis pekerjaan, yaitu a pekerjaan hardmaterial, b pekerjaan softmaterial, dan c pekerjaan irigasi.
a. Pekerjaan Hardmaterial
Pekerjaan hardmaterial merupakan tahap pembuatan gambar detail konstruksi vertical greenery yang mencakup elemen keras Gambar 54 dan 55.
Pekerjaan ini dibantu oleh tim ahli dari divisi struktur dan sipil. Divisi tersebut tidak mengerjakan pembuatan gambar konstruksi, tetapi hanya melakukan diskusi
dan konsultasi mengenai spesifikasi hardmaterial yang digunakan untuk mendukung desain konstruksi.
Produk dari pekerjaan hardmaterial merupakan pengembangan dari gambar desain konstruksi design development. Pada tahap DED, elemen
hardmaterial dilengkapi dengan spesifikasi bahan meliputi jenis bahan dan
dimensi material. Bagian dari struktur yang telah dilengkapi dengan spesifikasi bahan tersebut yaitu:
• vertical green module VGM, • frame module,
• rel module tiang rangka besi, • pondasi,
• besi pengikat.
• Vertical Green Module VGM VGM berfungsi sebagai wadah dari kantong media tanam dan memberikan
kemudahan untuk menempatkan tanaman pada bidang vertikal. Jenis VGM yang digunakan adalah VGM bag dengan spesifikasi bahan menggunakan bahan
lempeng aluminium yang dilapisi galvanis dan dimensi yaitu 450x700x75 mm + baja kasa. Galvanis dan baja kasa berfungsi untuk menahan media dan akar.
Jumlah VGM bag yang digunakan setiap tiang kolom adalah 32 buah untuk kolom tinggi 2 m, 56 buah untuk kolom tinggi 4 m, dan 88 buah untuk kolom tinggi 6 m.
Jumlah total VGM yang digunakan PT. ESCI pada proyek ini adalah 128 buah untuk kolom tinggi 2 m, 112 buah untuk kolom tinggi 4m, dan 352 buah untuk
kolom tinggi 6 m.
72
Gambar 54.
Detail Engineering Design Detail Plan dan View
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
73
Gambar 55.
Detail Engineering Design General Section dan Detail Section
Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
• Frame Module Frame modul berfungsi sebagai bingkai penopang untuk menopang dan
memasukkan VGM, prinsip kerjanya seperti bingkai foto. Konstruksi ini menempel pada bagian rel module dengan cara dilas menggunakan besi panas.
Spesifikasi bahan frame module adalah menggunakan besi kanal U uk. 80x45x5 dan dilapisi galvanis. Jenis besi ini digunakan karena memiliki bentuk seperti
bingkai yang dapat menopang VGM. Selain itu, jenis besi ini lebih gampang ditemukan dipasaran untuk memudahkan kontraktor. Ukuran kanal disesuaikan
dengan ketebalan dari VGM. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemasangan dan pembongkaran VGM. Kanal besi U dilapisi oleh galvanis agar
tidak mudah berkarat. Gambar kanal besi U dapat dilihat pada Gambar 56.
• Rel Module Tiang rangka besi Rel module tiang rangka besi merupakan bagian dari konstruksi desain
vertical greenery yang berfungsi sebagai penopang VGM dan frame module.
Spesifikasi tiang rangka besi yaitu menggunakan besi kanal C uk. 100x50x20x2.3 mm yang telah digabungkan dari 2 besi kanal C. Pemasangan 2
besi kanal C dilakukan untuk menimbulkan gaya saling mengikat untuk meningkatkan kekuatan menahan beban. Selain itu, jenis besi tersebut digunakan
karena lebih kuat menahan beban frame module dan VGM. Kanal besi C dilapisi galvanis agar tidak mudah berkarat. Jenis besi kanal C dapat dilihat pada Gambar
57. Panjang tiang kanal C disesuaikan dengan ketinggian tiang kolom, yaitu kolom tinggi 2.5 m menggunakan tiang besi kanal C tinggi 2.5 m, tinggi 4 m
menggunakan tiang besi kanal C tinggi 4 m dan tinggi 6 m menggunakan tiang besi kanal C tinggi 6 m.
Gambar 56. Besi Kanal U Sumber: PT. Bas-Baja, 2011
• Pondasi Beton Pondasi beton merupakan bagian struktur vertical greenery yang berada di
dalam tanah. Pondasi beton berfungsi sebagai penopang tiang rangka besi untuk menahan gaya gravitasi dan tiang rangka tetap berdiri kokoh. Jenis pondasi yang
digunakan adalah pondasi telapak untuk menahan 1 satu tiang rel module. Spesifikasi yang digunakan untuk pondasi beton yaitu menggunakan adukan
1pc:3ps. Kedalaman pondasi yaitu 13 dari tinggi tiang, sedangkan panjang dan lebar pondasi yaitu 300x300 mm.
Penghubung antara pondasi dan tiang rangka besi, menggunakan plat baja hitam. Penggunaan plat baja bertujuan untuk menahan rel module agar lebih
kokoh. Ukuran plat baja yang digunakan adalah 300 x 300 x 10 mm. Ukuran tersebut digunakan untuk sebagai pijakan untuk menahan beban rel besi. Plat baja
dipasang dengan menggunakan skrup 15-20 cm ke dalam struktur pondasi. • Besi Pengikat
Besi pengikat merupakan bagian dari konstruksi vertical greenery yang berfungsi mengikat setiap rel module agar tetap kokoh. Penggunaan struktur
tersebut untuk mengurangi resiko tiang rel module kelebihan beban. Jenis bahan yang digunakan untuk besi pengikat adalah besi ulir deformed bar uk. Ø 10 mm.
Jenis besi ulir memiliki kelebihan mampu menahan gaya tarik dan gaya tekan. Hal
Gambar 57. Besi Kanal C Sumber: PT. Bas-Baja, 2011
tersebut dapat diaplikasikan untuk menahan beban yang ditahan oleh tiang rel module
. Gambar besi ulir deformed bar dapat dilihat pada Gambar 58.
b. Pekerjaan Softmaterial
Pekerjaan softsmaterial yang dikerjakan oleh mahasiswa magang adalah membuat gambar kerja detail penanaman yang meliputi spesifikasi tanaman yang
meliputi nama tanaman, diameter standar tanaman, density, luasan area, dan jumlah polibag per m
2
. Prosentase jumlah tanaman disesuaikan dengan luasan warna pada konsep. Pola A, mempunyai prosentase merah 25, hijau muda
30, hijau tua 20, dan kuning 25. Pola B, prosentasenya merah 20,
hijau muda 35, hijau tua 15, dan kuning 30. Density
pada tanaman adalah jumlah tanaman setiap ukuran 1 m
2
. Kuantitas dari density berbanding terbalik dengan ukuran diameter tajuk. Semakin
besar diameter tajuk tanaman, maka semakin kecil jumlah density nya dalam suatu area. Untuk jarak tanam berbanding lurus dengan ukuran diameter dari tajuk
tanaman. Semakin besar ukuran diameter tajuk, maka semakin besar jarak penanaman. Tanaman berukuran besar seperti Bromelia Merah Neoregelia
tricolor memiliki diameter 30 cm dan jarak tanam 30 cm serta density 12 pbm
2
. Pakis Kelabang Nephrolepis biserrata
memiliki diameter tajuk 20 cm dan jarak tanam 20 cm serta density 16 pbm
2
. Sirih Gading Scindapsus aureus memiliki diameter tajuk lebih kecil adalah 15 cm dan jarak tanam 15 cm serta density 36
pbm
2
. Sirih gading ‘Gold’ Scindapsus aureum ‘Gold’ memiliki diameter tajuk sama yaitu 15 cm dengan jarak tanam 15 cm serta density 36 pbm
2
. Spesifikasi penanaman untuk pekerjaan vertical greenery dapat dilihat pada Gambar 59 dan
60.
Gambar 58. Besi Ulir Sumber: PT. Bas-Baja, 2011
77
Gambar 59. Spesifikasi Tanaman Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Pola Desain A Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Blow Up Ilustrasi Pola Tanaman
78
Gambar 60. Spesifikasi Tanaman Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Pola Desain B Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Blow Up Ilustrasi Pola Tanaman
c. Pekerjaan Irigasi
Pekerjaan irigasi merupakan pekerjaan untuk membuat sistem pengairan dan penentuan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung sistem tersebut. PT.
ESCI membuat produk pekerjaan irigasi hanya sampai rencana induk irigasi yang berupa penentuan titik air dan letak pipa untuk irigasi baik itu pipa subline dan
main line . Pekerjaan irigasi yang lebih detail dilakukan oleh konsultan mechanical
and electrical ME yang ditunjuk oleh pihak klien. Konsultan ME ditunjuk
sebagai bagian tim proyek karena lebih menguasai sistem kompleks pekerjaan irigasi, pekerjaan pipa dan pekerjaan listrik, tetapi konsep dasar atau desain
pengembangan berasal dari konsultan arsitektur lanskap. Detail irigasi yang didesain oleh PT. ESCI adalah letak pipa mainline,
subline dan letak titik air. Pipa mainline adalah pipa yang berfungsi sebagai
distributor untuk mengalirkan air irigasi dari sumber pompa utama ke setiap tiang kolom. Panjang total pipa mainline adalah 271 m
1
untuk mengalirkan air ke semua tiang kolom. Letak pipa mainline berada di atas fly over agar tidak mengganggu
kendaraan. Ukuran pipa yang digunakan adalah Ø 25 mm. Pipa subline adalah pipa yang berfungsi mendistribusikan aliran air dari
pipa mainline ke dalam VGM pada tiang kolom. Ukuran pipa yang digunakan adalah Ø 25 mm. Letak pipa subline berada di dalam frame module agar aliran
irigasi dapat langsung mengairi media tanam. Selain itu, pipa tersebut dimasukkan ke dalam frame module agar tidak terlihat dan mengganggu estetika.
Letak titik air berada pada eksisting pocket park sekitar tiang fly over. Titik air yang sudah ditentukan tersebut akan dibuat untuk sumur pompa.
Pengadaan dan pemasangan sumur pompa diperlukan agar saluran irigasi untuk vertical greenery
dapat lebih mudah. Titik air adalah bagian dari rencana irigasi yang berfungsi sebagai sumber
air yang didistribusikan ke pipa mainline Gambar 61. Di dalam titik air tersebut terdapat sumur pompa, panel kontrol manual dan otomatis. Adapun elemen-
elemen yang diperlukan untuk pengadaan dan pemasangan sumur pompa adalah sebagai berikut: pengadaan dan pemasangan pompa transfer air bersih lengkap
dengan pondasi dan instalasi listrik. Untuk pusat kontrol irigasi dibuat rumah pompa yang terbuat dari kerangka besi.
80
Gambar 61. Rencana Sistem Irigasi Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011 Digambar Oleh: Fauzi, 2011
Irigasi otomatis Irigasi Manual
Irigasi Manual
Irigasi otomatis Irigasi otomatis
Irigasi otomatis
Beberapa material pendukung dalam rencana irigasi adalah Ball Valve Drat Br Kitz
400 Psi T 1 12 , Elbow Tee ukuran 1 14, dan Elbow Knee 45º ukuran 1 14. Ball valve adalah kran yang berfungsi untuk mengatur aliran air
irigasi dari pipa. Elemen ini digunakan pada pipa mainline dan subline. Elbow Tee adalah elemen pendukung dari instalasi pipa yang berfungsi membagi aliran air.
Elbow knee adalah elemen pendukung yang berfungsi untuk mengatur arah pipa.
Elemen pendukung dapat dilihat pada Gambar 62.
Tiang kolom yang berjumlah dua buah dengan ketinggian 6 m berada pada posisi yang susah menjangkau titik air lihat kembali Gambar 61. Tiang kolom
tersebut berada di berada di bagian tengah badan jalan, sehingga sulit dihubungkan dengan pipa mainline dari titik air. Untuk mengatasi hal tersebut,
PT. ESCI menggunakan sistem irigasi manual dengan menggunakan selang dan tangki air. Sistem aliran irigasi sama seperti pada sistem automatis dimana air
dialirkan dari atas sampai membasahi media dan daun tanaman. Sistem ini dikerjakan oleh bagian pemeliharaan taman Dinas Pertamanan dan Pemakaman
DKI Jakarta. 5.2.2
Pembahasan Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta.
5.2.2.1. Konsep Desain.
Konsep desain yang digunakan PT. ESCI pada proyek ini meliputi konsep bentuk dan konsep warna. Konsep bentuk menggunakan garis geometris
horizontal dan vertikal yang membentuk rectilinier. Bentuk recliniear menurut
Gambar 62. Elemen Pendukung Instalasi Irigasi a. Ball Valve, b. Elbow Tee, dan c. Elbow Knee
Sumber: plumbing-suplay, 2011 a
b c
Lin 1993 menciptakan kesan kaku, tegas dan formal. Kesan tersebut dikombinasikan dengan warna dingin hijau tua dan hijau muda dan warna panas
merah dan kuning untuk menghilangkan kesan tidak monoton untuk dinikmati pengguna jalan secara visual. Bentukan rectilinier yang digunakan didominasi
pola yang mengarah secara vertikal Gambar 63. Bentukan tersebut memberikan aksentuasi terhadap ketinggian yang dapat berfungsi sebagai pengarah jalan bagi
kendaraan. Kedua pola desain yang dirancang dengan membentuk ritme a-b-a-b berselang lihat kembali Gambar 41 dapat memberikan kesan dinamis sebagai
pengarah terhadap pengendara saat melaju.
Dari beberapa konsep desain yang diajukan kepada klien, terdapat satu pola yang tidak termasuk bentukan rectilinier yaitu pola E lihat kembali Gambar
39. Pola tersebut dibentuk dari garis geometris diagonal yang membentuk bentukan rectilinier 45º. Bentukan rectilinier dan rectilinear 45º menurut Lin
1993, termasuk jenis pola desain yang mempunyai karakter dan bentukan yang berbeda. Hal tersebut mengakibatkan ketidakkonsistenan dalam pengajukan pola
desain kepada klien. Warna yang digunakan pada pola A dan B adalah 50 warna dingin hijau
muda dan hijau tua dan 50 warna panas merah dan kuning. Warna dingin yaitu hijau tua dan hijau muda menurut Sutton dan Whelan 2004, memberikan
panjang gelombang yang pendek mudah diterima oleh mata, sehingga memberikan kesan sejuk. Kesan warna sejuk tersebut belum bisa menutupi warna
merah kuning yang memberikan kesan panas. Hal tersebut perlu diperhatikan karena tiang kolom berada di area jalan raya yang gersang dan panas.
Gambar 63. Ilustrasi Pola Rectilinier Dominasi Arah Vertikal Digambar Oleh: Fauzi, 2011
5.2.2.2. Tanaman Vertical Greenery
a. Konsep Tanaman
Konsep vegetasi softscape material yang digunakan oleh PT. ESCI adalah tanaman yang memiliki warna hijau muda, hijau tua, merah dan kuning
gersang berasal dari daun. Warna hijau muda dan hijau tua yang digunakan sebagai warna dominan menimbulkan kesan sejuk cocok untuk kondisi tapak.
Warna merah dan kuning berfungsi sebagai aksen untuk mengurangi kesan monoton pada pola penanaman. Selain itu, pemilihan tanaman yang digunakan
memperhatikan syarat tumbuh terhadap kebutuhan matahari. Tiang kolom berada di bawah jalan fly over yang minim cahaya matahari, sehingga membutuhkan
tanaman semi naungan atau naungan. Hal tersebut sesuai dengan Sujayanto 2011, bahwa jenis tanaman untuk pengisi taman harus memperhatikan syarat
kebutuhan naungan, semi naungan dan cahaya penuh. Analisis jenis tanaman terhadap kebutuhan cahaya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Jenis Tanaman dengan Kebutuhan Cahaya
No Nama Tanaman
Warna daunBunga
Jenis Tanaman Syarat tumbuh
penyinaran
1 Neoregelia tricolor
Bromelia Bunga
merah penutup tanah
semi naungan 2
Nephrolepis biserrata Pakis
Kelabang hijau muda
penutup tanah semi naungan dan
naungan 3
Scindapsus aureus Sirih Gading
hijau tua merambat
semi naungan 4
Scindapsus aureus Sirih Gading
kuning merambat semi naungan
Sumber: Lestari dan Kencana 2008
Penentuan konsep tanaman yang digunakan oleh PT. ESCI pada proyek ini menggunakan konsep yang lebih menonjolkan estetika seperti warna dan bentuk
daun, tetapi untuk konsep ekologis tanaman seperti penyerap polutan tidak digunakan. Hal ini perlu diperhatikan karena kondisi udara sekitar fly over
didominasi polutan udara hasil emisi kendaraan. Fungsi ekologis tanaman perlu diperhitungkan agar vertical greenery optimal memberikan manfaat bagi user.
Jenis kendaraan yang digunakan di sekitar fly over meliputi kendaraan pribadi mobil, sepeda motor, angkutan umum angkot, bis kota, bajaj, dan
busway , dan pengangkut barang truk box, truk tangki. Jenis kendaraan tersebut
sering melewati area fly over dan menimbulkan asap kendaraan yang berlebihan saat kondisi macet. Kondisi tersebut menyebabkan lokasi di sekitar fly over
memiliki resiko tersemar polutan. Hal ini mengacu pada Santoso 2010, bahwa faktor dominan penyebab polusi udara berasal dari sektor transportasi perkotaan
meliputi: a.
perkembangan jumlah kendaraan yang cepat, b.
tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada,
c. jenis, umur dan karakter kendaraan bermotor,
d. jenis bahan bakar yang digunakan,
Menurut Yusad 2003, jenis emisi polutan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor adalah SO
2
, CO, NO, dan NO
2
. Semua zat tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan, radang paru-paru, dan menghambat fungsi
paru-paru. Jenis bensin yang beredar di Indonesia masih banyak yang mengandung logam timbal, sehingga pertikel logam yang dikeluarkan oleh
kendaraan bermotor mengandung partikel timbal pb Santoso, 2010. Efek negatif partikel timbal bagi kesehatan menurut Onggo 2006, meliputi tekanan
darah tinggi, serangan jantung, kemandulan, dan penurunan kecerdasan anak. Selain gas SO
2
, CO, NO, Pb, dan NO
2
menurut Andayani et.al 2012, terdapat zat polutan yang bersumber dari asap kendaraan yaitu formaldehid dalam bentuk gas
dan benzena dalam bentuk cairan hidrokarbon aromatik. Selain polutan dalam wujud gas, logam dan cairan, asap kendaraan bermotor dapat menghasilkan
partikel halus fine particulate matter sebesar ≤10µm, yang dapat dihirup oleh
manusia dan diteruskan ke organ pernapasan Mediastika, 2002. Sumber polutan partikel halus fine particulate matter juga dapat ditimbulkan dari permukaan
jalan beraspal yang terjadi pada saat gesekan roda kendaraan dan permukaan jalan.
Deskripsi tersebut menghasilkan hipotesis bahwa area jalan sekitar tiang kolom fly over Pramuka beresiko memiliki udara tercemar polusi yang bersumber
dari asap kendaraan dan bahan permukaan jalan. Zat polutan yang berpotensi dihasilkan pada area tesebut meliputi emisi gas SO
2
, CO, NO, NO
2
, formaldehid, partikel logam timbal pb, cairan benzena, dan partikel halus fine particulate
matter . Jenis tanaman yang memiliki karakter kemampuan tinggi menyerap
polutan SO
2
, CO, NO, NO
2
, formaldehid, partikel logam timbal pb, dan cairan
benzena menurut Santoso 2010 adalah memiliki ciri-ciri, yaitu a daun berbulu halus, b permukaan daun kasar, c daun bersisik, e tepi daun bergerigi, f daun
jarum, dan g permukaan daun bersifat melekat. Menurut Mediastika 2002, syarat tumbuhan mengendapkan partikel halus fine particulate matter adalah a
memiliki permukaan daun tidak licin berbulu, b berdaun lebat dengan posisi dedaunannya yang tumpang tindih, c jenis semak dan perdu-perduan atau
tanaman rambat climbing plants, d luas daun minimal 5 cm², e kondisi tumbuh sekitar 1-1,5m di atas permukaan tanah.
Pada proyek ini PT. ESCI menggunakan beberapa jenis tanaman semak rendah, penutup tanah dan epifit. Jenis tanaman tersebut adalah a bromelia merah
Neoregalia sp, b paku boston Nephrolepis biserata, c sirih gading Scindapsus aureus, d sirih gading ‘Gold’Scindapsus aureum ‘Gold’.
a.1 Bromelia Merah Neoregalia sp Morfologi daun tanaman Bromelia Merah Neoregalia sp menurut
Rahayu 2011, adalah tanaman bromelia memiliki tepian daun bergerigi. Morfologi daun yang dimiliki bromelia tersebut termasuk salah satu kriteria
tanaman penyerap polutan. Hal tersebut sesuai pada Andayani et.al 2012 yang menyatakan bahwa tanaman bromelia sp mampu membersihkan berbagai jenis
polutan udara terutama pada malam hari. Permukaan daun bromelia tidak memiliki bulu tetapi memiliki beberapa
karakter pengendap partikel halus fine particulate matter, yaitu a posisi daun tumpang tindih, b berdaun lebat, c luas daun 5 cm
2
. Karakter daun berpotensi untuk mengendapkan partikel halus fine particulate matter. Morfologi daun
tanaman Bromelia merah Neoregalia sp memiliki potensi untuk menyerap emisi
gas polutan dan mengendapkan partikel halus fine particulate matter. Jenis Bromelia Merah memiliki kapasitas 22.5 dari total tanaman yang digunakan
pada proyek ini. a.2 Pakis Kelabang Nephrolepis biserrata
Menurut Andayani et.al 2012, tanaman Nephrolepis biserrata mampu mendekomposisi formaldehid di udara melalui stomata. Selain itu, kapasitas
Nephrolepis biserrata dalam menyerap formaldehid menurut Franz 2008 adalah
sebesar 1800 µghr. Jenis Nephrolepis biserrata memiliki kapasitas total 32.5 dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini.
a.3 Sirih Gading Scindapsus aureus Menurut Nasrullah et.al 2000, tanaman Sirih Gading termasuk dalam
tanaman penyerap gas emisi NO
2
sedang yaitu 25,63 µgg. Menurut Bidwell dan Fraser 1981 yang diacu dalam Santoso 2010, jenis tanaman Sirih Belanda atau
Scindapsus aureus dapat menyerap gas emisi CO sejumlah 113 ppmhari. Selain itu menurut Andayani et.al 2012 Sirih Gading berpotensi menyerap zat polutan
yaitu NO
2
, benzena, dan formaldehid. Sirih Gading Scindapsus aureus termasuk jenis tanaman merambat
climber yang memiliki morfologi daun yaitu permukaan daun licin sempurna dilapisi lilin. Karakter daun Sirih Gading tersebut menurut Mediastika 2002
kurang maksimal untuk mengendapkan partikel halus fine particulate matter dibandingkan dengan jenis tanaman yang berdaun kasar dilapisi bulu. Kedua
hasil analisis tersebut menghasilkan suatu hipotesis bahwa jenis tanaman Sirih Gading Scindapsus aureus memiliki potensi untuk menyerap gas emisi NO
2
, CO, formaldehid, benzena dan partikel halus fine particulate matter sekitar
kolom fly over. Jenis Scindapsus aureus memiliki kapasitas total 17.5 dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini.
a.4 Sirih Gading ‘Gold’Scindapsus aureum’Gold’ Sirih Gading ‘Gold’ Scindapsus aureum adalah
jenis tanaman family Araceae yang merupakan spesies dari keluarga tanaman Sirih Gading. Potensi
tanaman ini sama seperti jenis Scindapsus aureus yaitu berpotensi menyerap gas emisi NO
2,
CO, formaldehid, benzena dan partikel halus fine particulate matter. Jenis Sirih Gading ‘Gold’ memiliki kapasitas total 27.5 dari total tanaman yang
digunakan pada proyek ini. Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang digunakan oleh PT.ESCI
pada proyek ini memiliki potensi menyerap polutan udara. Jenis tanaman tersebut adalah a Bromelia Merah Neoregalia sp mampu menyerap dan mengendapkan
partikel halus fine particulate matter, b Pakis Kelabang Nephrolepis exaltata mampu menyerap formaldehid, c Sirih Gading Scindapsus aureus mampu
menyerap NO
2,
CO, formaldehid, benzena dan partikel halus fine particulate matter
, dan d Sirih Gading ‘Gold’Scindapsus aureum’Gold’ mampu menyerap NO
2,
CO, formaldehid, benzena dan partikel halus fine particulate matter. Zat polutan yang kemungkinan dapat diserap oleh tanaman vertical greenery pada
area jalan sekitar fly over adalah gas NO
2
, CO, benzene, formaldehid, dan partikel halus fine particulate matter. Hal tersebut menghasilkan hipotesis terdapat zat
polutan yang tidak diserap pada area jalan sekitar fly over, yaitu SO
2
dan timbal pb. Rekomendasi jenis tanaman penyerap SO
2
dan benzene memiliki karakter tanaman vertical greenery adalah Sansivera sp
5.2.2.3. Desain Penanaman
Sistem penanaman yang digunakan PT.ESCI pada proyek ini adalah vertical class
. Sistem tersebut adalah penanaman dengan bidang vertikal sebagai cakupannya dan orientasi tanaman mengarah horizontal untuk mengekspos bentuk
tanaman kepada user. Menurut Hortpark 2009, teknik penanaman vertical class adalah rancangan penanaman dimana tanaman dirancang ditanam secara vertikal
dengan dinding sebagai bidang cakupan. Kelebihan dari sistem ini adalah bentuk tanaman bisa diekspos terhadap arah pandangan manusia dan dapat dinikmati dari
jarak dekat. Hal tersebut kurang berpengaruh pada vertical greenery tiang kolom yang dipasang di sebelah jalan, karena waktu untuk memperhatikan tekstur
tanaman relatif lebih kecil pada saat laju kendaraan. Sistem penanaman lebih bisa dinikmati pada saat kondisi macet, karena warna dan bentuk daun dapat dinikmati
dalam waktu yang lebih lama dibandingkan saat kendaraan melaju. 5.2.2.4.
Media Tanam Jenis media tanam yang digunakan oleh PT.ESCI pada proyek ini adalah
jenis media campuran. Campuran tersebut adalah serbuk pakis 25, serbuk cocopeat
25, kompos 25, dan batu apung 25. Penggunaan jenis ini bertujuan agar kandungan unsur hara dan nutrisi dari setiap jenis media lebih banyak dan
beragam. Hal tersebut sesuai Ginting 2008, bahwa penggunaan media campuran cenderung mendorong pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal tersebut
lebih baik dibanding media tunggal karena masing-masing media saling
mendukung. Kelebihan dan kekurangan setiap media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Media Tanam No Jenis
Media Tanam
Kelebihan Kekurangan 1
Cocopeat a.Mengikat dan menyimpan air
a.Mudah lapuk pada curah hujan yang tinggi
b.Mengandung unsur
hara esensial Ca, Mg, K, N, P
b.Cepat membusuk 2
Pakis a.Mengikat air
a.Habitat semut dan serangga b.Memiliki aerasi dan drainase
yang baik b.Bahan termasuk langka
c.Mampu mengikat akar d.Mempengaruhi pertambahan
daun 3
Kompos a.Fasilitator penyerapan unsur N
a.Proses dekomposisi terlalu cepat b.Kandungan bahan organik yang
tinggi dapat menimbulkan suatu
penyakit, b.Media tanam harus sering diganti
untuk menghindari penyakit 4
Batu apung a.Menyerap air
a.Cepat kering jika tidak dilakukan b.Membantu peredaran unsur
hara Penyiraman rutin
c.Membantu peredaran udara d.Ringan
e.Mampu melarutkan air
Media tanam yang digunakan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Setiap media saling mendukung antara kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki. Kekurangan yang dimiliki pada suatu media, akan didukung dengan kelebihan yang dimiliki media lain. Media cocopeat kekurangannya
mudah melapuk dan rusak jika terkena sinar matahari dan air yang berlebihan. Hal tersebut dikarenakan media ini dapat menyimpan air yang berlebihan. Untuk
mengatasi hal tersebut, media pakis dan batu apung mendukung dengan mengeluarkan kelebihan air. Media batu apung yang memiliki kekurangan cepat
melarutkan dan mengeluarkan air, ditanggulangi dengan kelebihan cepat menyerap air dari media pakis dan cocopeat.
Pakis yang memiliki kelebihan dapat mengikat akar dibutuhkan pada penanaman vertical greenery, karena tidak dimiliki oleh media lain. Kompos
memiliki kandungan organik tinggi yang tidak ada pada media lain sangat dibutuhkan pada vertical greenery. Selain itu, cocopeat memiliki kelebihan
Sumber: Lestari, 2011
mengandung unsur hara esensial yang bermanfaat bagi tanaman dan tidak dimiliki media lain. Setiap kelebihan pada suatu media yang tidak dimiliki oleh media lain,
menjadi pendukung keoptimalan semua media yang digunakan. Kelemahan jenis mixed media ini adalah kurang praktis dalam proses
pemasangan, sehingga memerlukan wadah dan geotextile untuk menahan agar tidak terjatuh Untuk mengatasi hal tersebut PT. ESCI menggunakan VGM bag
yang dilengkapi geotextile dan rangka besi untuk menahan serpihan media, tetapi lubang tanam yang berada dibagian depan lebih beresiko serpihan medianya jatuh.
5.2.2.5. Struktur Pendukung
Struktur pendukung yang digunakan PT. ESCI berfungsi untuk memodifikasi tanaman agar dapat tumbuh secara vertikal. Struktur tersebut
tersusun dari beberapa bagian yang memiliki fungsi. Setiap bagian struktur tersebut disesuaikan menurut kondisi struktur dan bentuk bidang vertikal. Struktur
tersebut adalah vertical green module VGM, bingkai modul frame module, dan rel module
. Alternatif desain konstruksi yang diajukan PT. ESCI ada dua yaitu
alternatif I dengan rel module langsung dan alternatif II dengan rel module tidak langsung. Kelebihan dari desain konstruksi alternatif I adalah menghasilkan
struktur yang kokoh, karena bidang kolom menyangga langsung struktur vertical greenery
. Kekurangan dari alternatif I adalah perlakuan langsung terhadap struktur kolom, sehingga berpengaruh terhadap kekuatan tiang kolom sebagai
penyangga beban fly over. Kelebihan desain konstruksi alternatif II adalah tidak merusak struktur
kolom sebagai penyangga fly over. Kekurangan dari alternatif ini adalah adanya pembongkaran terhadap struktur pedestrian track di sekitar tiang. Pembongkaran
tersebut dilakukan untuk memasang struktur pondasi. Desain konstruksi alternatif I lihat kembali Gambar 50 yang ditawarkan
perusahaan tidak sesuai dengan kondisi tiang kolom tersebut. Konstruksi pada alternatif I memberikan perlakuan terhadap struktur tiang kolom sehingga dapat
mempengaruhi kekuatannya dalam menopang beban fly over. Perlakuan tersebut adalah penggunaan skrup penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan
langsung struktur vertical greenery dengan tiang kolom. Penggunaan skrup
mengakibatkan pengeboran terhadap struktur kolom dapat menimbulkan getaran dan perusakan struktur tiang. Hal tersebut mengakibatkan desain konstruksi ini
tidak tepat diajukan kepada klien sebagai alternatif desain. Desain konstruksi alternatif II Gambar 51 yang dirancang perusahaan
lebih sesuai untuk kondisi tiang kolom sebagai penopang beban fly over. Kelebihan konstruksi tersebut adalah struktur rel module dirancang memiliki
pondasi sebagai penopang beban struktur vertical greenery, sehingga menjadi solusi agar tidak mengganggu struktur tiang kolom. Desain konstruksi alternatif II
lebih tepat diajukan kepada klien karena mementingkan unsur keamanan di area publik.
Untuk penggunaan struktur VGM bag dan frame module yang diajukan PT. ESCI memiliki kekurangan yaitu menimbulkan space tiap kolom yang tidak
tertutup struktur dan tanaman vertical garden secara optimal. Hal tersebut dikarenakan penggunaan VGM dan frame module yang memiliki permukaan
bidang datar, sehingga tidak dapat menutupi seluruh permukaan tiang kolom yang memiliki permukaan melengkung Gambar 64.
Alasan PT. ESCI menggunakan vertical green module VGM adalah kemudahan dalam mengatur pola penanaman dengan prinsip puzzle dan
kemudahan dalam bongkar pasang. Harga panel VGM yang ditawarkan oleh PT.
Gambar 64. Ilustrasi Penutupan VGM pada Bidang Kolom Digambar oleh: Fauzi, 2011
ESCI lebih murah dibandingkan dengan VGM di pasaran yaitu Rp 500.000-Rp 1.000.000m
2
. VGM memiliki kekurangan tidak bisa mengikuti bentuk permukaan selain bidang datar.
Bahan VGM bag dan frame module yang digunakan PT. ESCI adalah aluminium galvanis. Bahan ini tidak mudah berkarat sehingga lebih awet
digunakan sampai 3 tahun. Selain itu bahan aluminium yang tidak cepat panas tidak mempercepat proses penguapan air irigasi pada media tanam sehingga dapat
mengurangi resiko media tanam cepat kering. 5.2.2.6.
Sistem Irigasi Hal yang harus diperhatikan dalam sistem irigasi pada vertical greenery
adalah waktu, efisiensi irigasi, dan volume penggunaan. Sistem irigasi irrigation system
yang digunakan oleh PT.ESCI adalah irigasi tetes drip irrigation. Sistem tersebut lebih efektif karena membasahi area media tanam untuk diserap akar
tumbuhan sehingga lebih optimal. Penggunakan sistem irigasi tetes dengan timer bertujuan agar waktu penyiraman dan volume air yang digunakan lebih efesiensi.
Hal tersebut sesuai dengan Sujayanto 2011 bahwa irigasi tetes menghemat jumlah air yang dikeluarkan, karena hanya membasahi bagian yang dibutuhkan.
Selain itu, dengan irigasi tetes, klien dapat mengatur timer otomatis untuk melakukan irigasi.
Sistem irigasi yang digunakan oleh PT. ESCI antara lain sumber titik air, sumur pompa transfer air bersih filter, panel control otomatis, instalasi listrik,
kran, pipa mainline, pipa subline, pembagi aliran ball valve, elbow tee, elbow knee
, pupuk cair. Komponen tersebut sesuai pada Hortpark 2010, bahwa elemen irigasi terdiri dari sumber keran, filter, pengatur waktu, pengatur tekanan,
dan pupuk cair. Kesulitan dalam mengaplikasikan sistem irigasi tetes adalah memerlukan
titik air berupa tanah yang memiliki lapisan tebal true ground untuk pembuatan sumur pompa. Kondisi tiang kolom yang berada di sekitar jalan beraspal sulit
menentukan titik air. Solusi yang digunakan PT. ESCI adalah memanfaatkan lokasi pocket park yang memiliki ketebalan tanah yang dapat digali menjadi
sumur pompa. Hanya saja terdapat 2 dua tiang kolom tinggi 6 m berada jauh dari letak pocket park, sehingga terdapat kesulitan untuk dijangkau oleh pipa mainline.
Kondisi tersebut menyebabkan kedua tiang menggunakan sistem irigasi tetes secara manual, sehingga tidak semua vertical greenery pada tiang kolom
menggunakan sistem irigasi tetes secara otomatis. Sistem irigasi tetes manual memiliki kekurangan dalam aspek kemudahan dan
biaya pemeliharaan, karena tidak menggunakan timer yang otomatis menyiram tepat waktu. Sistem ini menggunakan selang yang disemprotkan secara manual
oleh manusia. Kendala tersebut berpengaruh terhadap efisiensi irigasi yang dilakukan dibandingkan dengan timer yang dapat diatur jadwal penyiraman dan
jumlah air yang dikeluarkan. 5.2.3. Rekomendasi Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over
5.2.3.1 Rekomendasi Struktur Vertical Greenery Rekomendasi struktur ini bertujuan mencarikan alternatif pengganti VGM
dan frame module yang tidak optimal dalam penutupan permukaan bidang kolom dan material penopang mixed media yang berbentuk serpihan. Alternatif struktur
untuk kendala bidang kolom yang mempunyai permukaan melengkung adalah menggunakan struktur media geotextile atau felt. Menurut Sujayanto 2011,
geotextile merupakan material yang berbentuk lembaran kain yang memiliki
kelebihan penanaman sempurna ke segala arah. Menurut Blanc 2008, material felt
adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang dan memiliki zona perakaran tipis tidak lebih dari 5 cm. Geotextile dan felt adalah jenis material
vertical greenery yang memiliki sifat sama seperti lembaran yang dapat
digunakan mengikuti bentuk bidang vertikal. Kedua jenis tersebut memberikan solusi untuk vertical greenery pada bidang kolom karena dapat menutupi
mengikuti bentukan permukaan kolom yang melengkung. Contoh proyek perancangan vertical greenery pada tiang kolom yaitu
vertical greenery shopping center Esplanade Bangkok, Thailand. Pada proyek
tersebut Patrick Blanc menggunakan material felt untuk menopang perakaran dan menutupi semua bagian bidang kolom dengan optimal Gambar 65.
Kendala pemasangan mixed media yang berbentuk serpihan dapat diatasi dengan sistem pada geotextile, dimana media ditahan oleh kantung geotextile dan
dibungkus oleh rockwool. Untuk sistem pemasangan tanaman dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama permukaan bidang dilapisi dua lapis bahan geotextile
mengikuti permukaan bidang vertikal. Tahap kedua lapisan pertama dibuat lubang sayatan selebar 10 cm membentuk kantung dengan jarak disesuaikan dengan
diameter tajuk tanaman. Selanjutnya tahap terakhir akar, media, rockwool dimasukan kedalam untuk memasukan akar tanaman Gambar 66. Untuk
pemasangan tanaman lebih mudah dilakukan tanpa bantuan alat pengangkut seperti pada VGM, karena memiliki bobot yang lebih ringan dibanding VGM.
Kekurangan apabila menggunakan jenis felt pada proyek ini adalah ketersediaan yang cukup langka di Indonesia, sehingga sulit diperoleh. Untuk
menanggulangi hal tersebut dapat menggunakan jenis geotextile yang biasa digunakan pada karpet mobil yang tersedia dipasaran dengan harga sekitar Rp 40
ribu-100 ribum
2
. Harga tersebut lebih murah dibandingkan menggunakan vertical
green module VGM dengan harga sampai Rp 1 jutam
2
. Kekurangan lain dari sistem ini adalah pola penanaman yang tidak bisa diubah sesuai keinginan klien,
Gambar 65. Vertical Greenery pada Bidang Kolom Esplanade Shopping Center Bangkok Sumber: Blanc, 2008
Gambar 66. Sistem Pemasangan Tanaman pada Felt dan Geotextile Sumber: Bribach, 2011 dan Sujayanto, 2011
a b
karena akar tanaman sudah melekat pada media. Selain itu, sistem pemasangan tanaman kurang praktis, karena tanaman dipasang satu persatu menyesuaikan
dengan pola dibandingan VGM dengan sistem puzzle. Hal tersebut sesuai pendapat Sujayanto 2011, bahwa kekurangan dari geotextile frame carpet
adalah dalam hal pemasangan dan penggantian tanaman yang kurang praktis. 5.2.3.3 Rekomendasi Tanaman Penyerap SO
2
dan Timbal pb Hasil analisis potensi tanaman penyerap polutan menyimpulkan zat
polutan udara yang kemungkinan belum diserap oleh tanaman vertical greenery PT. ESCI adalah SO
2
dan timbal pb. Rekomendasi jenis tanaman yang memiliki karakter tanaman vertical greenery dan dapat menyerap zat polutan udara adalah
Sanseviera sp. Hal tersebut berdasarkan pernyataan Adijaya 2005 diacu dalam
Fatmawati 2010, bahwa Sanseviera sp mampu menyerap polutan berbahaya di udara seperti timbale pb, klorofom, benzene, xylene, SO
2
, formaldehid, dan trichloroethylene
. Menurut Sujayanto 2011, jenis Sanseviera sp memiliki karakter tanaman yang sesuai dengan karater tanaman vertical greenery, yaitu
berakar lunak, perakaran dangkal, beradaptasi terhadap cahaya matahari, berdaun indah, dan tidak berkayu. Selain itu, menurut Lestari dan Kencana 2008
Sanseviera sp toleran terhadap kondisi cahaya matahari semi naungan, sehingga
dapat diaplikasikan pada kondisi tapak eksisting. Contoh jenis Sanseviera sp yang dapat digunakan antara lain Sansevieria
hahnii berwarna daun hijau tua, Sanseviera trifasciata‘Moonshine’ berwarna daun
hijau muda, dan Sanseviera hahnii’Golden’ berwarna daun dominan kuning dan strip hijau Gambar 67.
b c
Gambar 67. Rekomendasi Tanaman Sansevieria sp a.
Sansevieria hahnii ,
b. Sanseviera trifasciata‘Moonshine’, c. Sanseviera hahnii’Golden’.
Sumber: Lestari dan Kencana, 2008
a
Ketiga jenis Sanseviera sp dapat disubtitusikan dengan sebagian tanaman yang digunakan PT. ESCI menyesuaikan dengan pola warna. Sansevieria hahnii
yang memiliki warna daun hijau tua dapat disubtitusikan dengan Scindapsus aureus
yang memiliki warna sama Gambar 68. Sanseviera trifasciata‘Moonshine’
yang memiliki warna daun hijau muda dapat disubtitusikan dengan Nephrolepis biseratta yang memiliki warna sama Gambar
69. Sanseviera hahnii’Golden’ berwarna daun dominan kuning dapat disubtitusikan dengan Scindapsus aureum’Gold’ yang memiliki warna sama
Gambar 70.
Gambar 68. Ilustrasi Substitusi Scindapsus aureus dengan
Sansevieria hahnii .
Sumber: Fauzi, 2012
Gambar 69. Ilustrasi Substitusi Nephrolepis biserrata dengan
Sansevieria trifasciata’moonshine’.
Sumber: Fauzi, 2012
5.2.4. Kesimpulan Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta.
Aspek penting yang harus diperhatikan dalam perancangan vertical greenery
tiang kolom yang berada di lingkungan jalan raya adalah keindahan, kenyamanan, keamanan, dan keoptimalan desain. Semua aspek tersebut
memperhatikan manfaat yang ditimbulkan vertical greenery tiang kolom kepada pengguna jalan.
Aspek keindahan yang digunakan adalah komposisi tanaman yang mengkombinasikan bentuk tanaman, warna dan pola penanaman. Kombinasi yang
digunakan menciptakan suatu ritme pola desain yang dirancang mengikuti pergerakan kendaraan. Hal tersebut berfungsi untuk dinikmati secara visual oleh
pengendara di sekitar kolom fly over. Aspek kenyamanan berasal dari manfaat vertical greenery sebagai
pereduksi polusi udara dari asap kendaraan. Manfaat tersebut berasal dari penggunaan tanaman epifit, semak rendah dan penutup tanah yang memiliki
fungsi penyerap polutan. Tanaman yang digunakan PT. ESCI adalah Bromelia merah Neoregelia tricolor, Pakis haji Nephrolepis biseratta, Sirih gading
Scindapsus aureus, dan Sirih gading ’Gold’ Scindapsus aureum ‘Gold’. Tanaman tersebut memiliki potensi menyerap zat polutan NO
2
, CO, formaldehid,
Gambar 70. Ilustrasi Substitusi Scindapsus aureum’gold’ dengan
Sansevieria hahnii’golden’.
Sumber: Fauzi, 2012
benzene, dan partikel halus di udara, sehingga menciptakan udara yang baik untuk kesehatan di sekitar tiang kolom.
Aspek keamanan yang harus diperhatikan adalah perancangan struktur vertical greenery
yang tidak membahayakan pengguna jalan. Struktur tersebut menghindari resiko kerusakan yang dapat merobohkan tiang kolom vertical
greenery yang berbahaya bagi pengendara. Penggunaan struktur vertical greenery
PT. ESCI pada proyek ini adalah struktur berpondasi yang berdiri sendiri dan tidak bertumpu pada tiang kolom fly over. Hal tersebut untuk menghindari resiko
kerusakan struktur tiang kolom fly over yang sudah lama dibangun. Hal lain yang harus diperhatikan adalah aspek keoptimalan rancangan
vertical greenery . Aspek tersebut mencakup keberhasilan pertumbuhan tanaman
dan kesempurnaan penutupan tanaman pada tiang kolom. Tanaman yang digunakan adalah bersifat tahan panas yang diakibatkan oleh pantulan panas dari
material jalan. Selain itu, syarat tumbuh terhadap cahaya perlu diperhatikan agar dapat tumbuh optimal. Posisi tiang kolom yang memperoleh sedikit cahaya
matahari menjadi dasar pemilihan tanaman yang toleran semi naungan. Selain itu, jenis struktur yang digunakan berpengaruh terhadap keoptimalan dalam
penutupan tanaman. Sistem struktur pendukung yang digunakan oleh PT.ESCI adalah vertical green module VGM dan frame module. Struktur ini digunakan
PT. ESCI, karena memiliki kelebihan dalam sistem pemasangan mengikuti pola warna dan bentuk tanaman dengan prinsip seperti puzzle. Selain itu, sistem ini
dapat memudahkan untuk membongkar, memasang kembali desain, dan mengubah pola desain sesuai keinginan klien. Kekurangan sistem ini tidak cocok
diaplikasikan pada bidang yang permukaannya melengkung seperti tiang kolom, karena penutupan tanaman dan struktur kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan
struktur VGM dan frame module memiliki permukaan datar sehingga tidak efektif menutupi semua permukaan kolom yang melengkung.
Sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes. Pemasangan instalasi harus memperhatikan aspek titik air sebagai sumur pompa. Titik air berasal dari
bagian area yang memiliki sumber air meliputi sungai atau true ground. Sistem irigasi tetes yang digunakan oleh PT. ESCI adalah sistem automatis dan manual.
Sistem automatis lebih efektif dalam mengairi bagian media dan akar serta efisien
dalam waktu penyiraman dan volume air yang digunakan. Sistem manual digunakan karena tiang kolom yang tidak bisa dijangkau dari titik air. Sistem ini
tidak efektif dan efisien karena waktu, volume, dan arah aliran dilakukan secara manual oleh manusia. Terdapat 2 dua buah tiang kolom yang menggunakan
sistem manual. Rekomendasi struktur yang dapat digunakan untuk keoptimalan penutupan
tanaman dan penopang mixed media serpihan adalah menggunakan material felt atau geotextile. Jenis ini dapat menutupi mengikuti permukaan bidang dan
dilengkapi dengan kantung media. Kekurangan bahan felt adalah ketersediaan yang sulit di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat menggunakan
geotextile dari bahan karpet mobil. Hasil analisis potensi tanaman PT. ESCI dalam
menyerap polutan menghasilkan hipotesis bahwa tanaman zat polutan yang belum diserap adalah SO
2
dan timbal pb. Untuk itu direkomendasikan tanaman Sanseviera sp
yang teruji dapat menyerap zat polutan tersebut.
5.3. Perancangan Vertical Greenery Lantai Empat Taman Menteng Square,