Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN)

(1)

KAJIAN MANFAAT

VERTICAL GREENERY

PADA GEDUNG

PERKANTORAN DI DKI JAKARTA

(STUDI KASUS BANK BTPN)

YOZI FITRI YENI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Manfaat

Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Yozi Fitri Yeni


(4)

ABSTRAK

YOZI FITRI YENI. Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN). Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH dan PINGKAN NURYANTI.

Peningkatan ruang terbangun dan peralihan fungsi lahan di perkotaan terutama DKI Jakarta, menyebabkan berkurangnya lahan yang digunakan untuk ruang terbuka hijau. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan dinding bangunan sebagai lahan penghijauan, yang dikenal dengan istilah vertical greenery. Bank BTPN merupakan salah satu gedung perkantoran yang telah mengaplikasikan konsep vertical greenery untuk setiap Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji manfaat pemasangan vertical greenery pada Bank BTPN pada aspek vegetasi yang digunakan, terutama untuk nilai estetika dan kualitas iklim mikro yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan dua metode yang dilakukan untuk memperoleh data yaitu observasi dan wawancara. Pada penelitian ini, vegetasi yang digunakan adalah lee kwan yew (Vernonia elliptica). Bank BTPN yang telah memasang

vertical greenery sebanyak 13 KCP di DKI Jakarta. Untuk analisis masing-masing faktor yang mempengaruhi kualitas iklim mikro dan kualitas estetika yang dihasilkan menggunakan uji statistik Chi-Square. Jumlah sisi dan kerapatan vegetasi berpengaruh nyata untuk penurunan suhu dan peningkatan kelembaban. Pemasangan vertical greenery pada dua sisi (depan dan samping bangunan) 100% menurunkan suhu ≥ 5°C dalam satu harinya. Serta, pemasangan vertical greenery

dua sisi 84.6% meningkatkan kelembaban ≥ 10%. Kerapatan vegetasi 76 sampai 100% sebesar 85.7% menurunkan suhu ≥ 5°C, dan meningkatkan kelembaban ≥ 10% dalam satu harinya. Nilai estetika dari vertical greenery berpengaruh besar pada kerapatan vegetasi dan warna daun yang dihasilkan. Intensitas perawatan berpengaruh nyata terhadap nilai estetika yang dihasilkan. Intensitas perawatan satu minggu satu kali, sebesar 85.7% memberikan warna daun hijau tua (untuk tanaman lee kwan yew) dan kerapatan vegetasi 76 samapai 100%.

Kata kunci:kualitas iklim mikro, nilai estetika, vertical greenery

ABSTRACT

YOZI FITRI YENI. Benefits Study of Vertical Greenery on Office Building at DKI Jakarta (Case Study at Bank BTPN). Supervised by INDUNG SITTI FATIMAH and PINGKAN NURYANTI.

The increasing of land conversion and land transition in Jakarta city make decreasing of land use for green open space. One of solution is create vertical greenery in the building`s wall. Bank BTPN is the one buildings which is has applying vertical greenery for every branch office in Indonesia. This study is for assessing benefits of vertical greenery in Bank BTPN which is use vegetation indicator, especialy for micro climate quality and aesthetic value. The study using two methode, there are observation and interview. The vegetation that is use in


(5)

Bank BTPN is lee kwan yew (Vernonia elliptica). Bank BTPN has make vertical greenery in their 13 branch office in Jakarta. Analysis for each factor that influence micro climate and aesthetic quality are using Chi-Square statistic test. The number and density of vegetation have significantly effect for decrease in temperature and increase in humidity. The installation of vertical greenery in both sides 84.6% increase in humidity ≥ 10%. Density of vegetation 76 until 100% is 85.7% decrease in temperature ≥ 5°C, and increase in humidity ≥ 10% for a day. The aesthetic value from vertical greenery have big significantly effect for density of vegetation and leave colour. Intensity of treatment has significant effect for aesthetic value result. Intensity of treatment one week one day is 85.7% gives dark green colour (for the lee kwan yew plant) and density of vegetation 76 until 100%. Keywords: aesthetic value, micro climate quality, vertical greenery


(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

KAJIAN MANFAAT

VERTICAL GREENERY

PADA GEDUNG

PERKANTORAN DI DKI JAKARTA

(STUDI KASUS PADA BANK BTPN)

YOZI FITRI YENI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

Judul Skripsi : Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN)

Nama : Yozi Fitri Yeni NIM : A44090021

Disetujui oleh

Dr Ir Indung Sitti Fatimah Msi Pembimbing I

Pingkan Nuryanti ST MEng Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara MAgr Ketua Departemen Arsitektur Lanskap


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah

vertical greenery, dengan judul Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah Msi dan Ibu Pingkan Nuryanti ST MEng selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Erwin Wisnu, Bapan Nandang, Bapak Suherman dari Bank BTPN, serta kepada Bapak Kevin dari pihak Konsultan di Bank BTPN, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Vertical Greenery 5

Kualitas Iklim Mikro 8

Nilai Estetika 9

METODE 10

Lokasi Penelitian 10

Waktu Penelitian 10

Bahan dan Alat Penelitian 11

Metode Penelitian 12

Tahapan Kegiatan Penelitian 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Kondisi Umum DKI Jakarta 20

Inventarisasi 20

Analisis 34

Sintesis 68

Rekomendasi 70

SIMPULAN DAN SARAN 77

Simpulan 77

Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78

LAMPIRAN 83


(10)

DAFTAR TABEL

1. Deskripsi dari sistem vertical greenery 6

2. Jadwal kegiatan penelitian 11

3. Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian 11

4. Alat yang digunakan dalam penelitian 11

5. Narasumber dan fungsi dari wawancara yang dilakukan untuk

penelitian ini 14

6. Jenis, bentuk dan sumber data penelitian untuk inventarisasi 15

7. Tabulasi hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada KCP Bank BTPN yang telah memasang vertical greenery 16

8. Tabulasi analisis pengkajian warna daun dan kerapatan vegetasi berdasarkan aspek luas vertical greenery dan tahun pemasangan

vertical greenery 18

9. Tabulasi analisis pengkajian warna daun dan kerapatan vegetasi berdasarkan aspek intensitas perawatan dan arah hadap vertical

greenery 19

10. Batas tapak masing-masing gedung KCP Ban BTPN 22

11. Waktu, intensitas, dan aktivitas pengguna di luar/sekitar gedung

KCP Bank BTPN 25

12. Dimensi, jumlah lantai, luas dan jumlah penggunaan AC pada

gedung KCP Bank BTPN yang diteliti 26

13. Klasifikasi tanaman lee kwan yew (Vernonia elliptica) 28

14. Ukuran dan deskripsi tanaman lee kwan yew (Vernonia elliptica) 29

15. Lokasi, arah hadap, luas dan gambar vertical greenery yang

diteliti 31

16. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada vertical greenery di KCP Bank BTPN yang dikelompokan berdasarkan

arah hadapnya 35

17. Hasil analisis menggunakan uji statistik Anova Two Factor with

Replication dari pengukuran suhu 36

18. Hasil analisis menggunakan uji statistik Anova Two Factor with

Replication dari pengukuran kelembaban 36

19. Analisis ΔT dan ΔRH yang dihasilkan dari pemasangan vertical greenery yang dikelompokkan berdasarkan arah hadap terhadap kerapatan vegetasi dan luas vertical greenery 37

20. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk penurunan suhu berdasarkan arah hadap 38

21. Hasil Uji Chi-Square untuk penurunan suhu terhadap arah hadap

pemasangan vertical greenery 39

22. Tabulasi Hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan arah

hadap 39

23. Hasil Uji Chi-Square untuk peningkatan kelembaban terhadap

arah hadap pemasangan vertical greenery 40

24. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk penurunan suhu berdasarkan jumlah pemasangan vertical greenery pada masing-masing gedung 41


(11)

25. Hasil Uji Chi-Square untuk penurunan suhu terhadap jumlah

pemasangan vertical greenery 41

26. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan jumlah pemasangan vertical greenery pada masing-masing gedung 42

27. Hasil Uji Chi-Square untuk peningkatan kelembaban terhadap

jumlah pemasangan vertical greenery 42

28. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk penurunan suhu berdasarkan luas vertical

greenery pada masing-masing gedung 43

29. Hasil Uji Chi-Square pengaruh luas pemasangan vertical

greenery terhadap penurunan suhu yang dihasilkan 44

30. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan luas

vertical greenery pada masing-masing gedung 45

31. Hasil Uji Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan

luas pemasangan vertical greenery 45

32. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk penurunan suhu berdasarkan kerapatan vegetasi

vertical greenery pada masing-masing gedung 46

33. Hasil Uji Chi-Square untuk penurunan suhu berdasarkan kerapatan vegetasi dari pemasangan vertical greenery 47

34. Tabulasi hasil uji statistik dengan menggunakan metode analisis Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan

persentase kerapatan vegetasi 47

35. Hasil Uji Chi-Square untuk peningkatan kelembaban berdasarkan

persentase kerapatan vegetasi 48

36. Hasil pengkajian manfaat vertical greenery untuk aspek dan

faktor yang mempengaruhi 55

37. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh luas vertical

greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 55

38. Hasil uji Chi-Square pengaruh luas vertical greenery terhadap

warna daun 56

39. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh intensitas perawatan vertical greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 57

40. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh intensitas perawatan

vertical greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 57

41. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh arah hadap

vertical greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 58

42. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh arah hadap vertical

greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 58

43. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh tahun pemasangan vertical greenery terhadap warna daun yang

dihasilkan 59

44. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh tahun pemasangan vertical

greenery terhadap warna daun yang dihasilkan 59

45. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh luas vertical


(12)

46. Hasil uji Chi-Square pengaruh luas vertical greenery terhadap

kerapatan vegetasi yang dihasilkan 61

47. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh intensitas perawatan vertical greenery terhadap kerapatan vegetasi yang

dihasilkan 61

48. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh intensitas perawatan

vertical greenery terhadap kerapatan vegetasi yang dihasilkan 62

49. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh arah hadap

vertical greenery terhadap kerapatan vegetasi yang dihasilkan 63

50. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh arah hadap vertical

greenery terhadap kerapatan vegetasi yang dihasilkan 63

51. Tabulasi hasil analisis Chi-Square untuk pengaruh tahun pemasangan vertical greenery terhadap kerapatan vegetasi yang

dihasilkan 64

52. Hasil Uji Chi-Square untuk pengaruh tahun pemasangan vertical

greenery terhadap kerapatan vegetasi yang dihasilkan 65

53. Klasifikasi tanaman Antigonon leptopus 71

54. Klasifikasi tanaman Congea tomentosa 72

55. Klasifikasi tanaman Quisqualis indica 73


(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Penelitian 4

2. Dinding kontrol dan 8 jenis sistem vertical greenery berdasarkan

pada system typology di HortPark 5

3. Peta lokasi Gedung Bank BTPN yang digunakan sebagai objek penelitian yang telah dipasang vertical greenery 10

4. Peletakan alat pengukur suhu 13

5. Contoh gambar dan perhitungan kerapatan vegetasi 18

6. Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep

memanjang 23

7. Denah lantai 3 dan 4 pada KCP Bank BTPN dengan konsep

memanjang 23

8. Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep

melebar 24

9. Bentukan pola pemasangan vertical greenery pada KCP Bank

BTPN 27

10. Lee kwan yew (Vernonia elliptica) yang terdapat dilapang serta

media tanam 28

11. Detail penanaman vertical greenery 29

12. Detail struktur vertical greenery 30

13. Peletakan alat pengukur suhu dan kelembapan ( Thermo-hygrometer), Bagian I (di depan vertical greenery) dan Bagian II (di tengah, antara bangunan dan vertical greenery) 34

14. Penjabaran hasil keseluruhan dari pengukuran dan perhitungan nilai THI dari bagian I dan bagian II dengan standar THI adalah

27 49

15. Persentase hasil wawancara untuk intensitas responden melewati tapak dan kesan responden terhadap vertical greenery 50

16. Persentase hasil wawancara terhadap kondisi tanaman dan kesesuaian tanaman yang telah digunakan terhadap vertical

greenery 51

17. Persentase hasil wawancara untuk kesesuaian penggunaan dan

nilai visual dari vertical greenery 52

18. Persentase hasil wawancara untuk ada atau tidaknya kenyamanan yang dirasakan responden dan manfaat utama yang dirasakan responden dengan vertical adanya greenery 53

19. Analisis sematic differensial untuk persepsi masyarakat terhadap

vertical greenery 54

20. Skema sistem penyiraman vertical greenery di gedung KCP Bank

BTPN 66

21. Detail sistem penyiraman vertical greenery 67

22. Potongan A-A detail sistem penyiraman vertical greenery 67

23. Pemasangan vertical greenery mengggunakan tanaman lee kwan yew (Vernonia elliptica) dengan kerapatan 100% dan warna daun

hijau tua 70

24. Rekomendasi pemasangan tanaman Antigonon leptopus pada


(14)

25. Rekomendasi pemasangan tanaman Congea tomentosa pada

gedung 73

26. Rekomendasi pemasangan tanaman Quisqualis indica pada

gedung 74

27. Rekomendasi pemasangan tanaman Stephanot sp. pada gedung 75

28. Rekomendasi penyiraman vertical greenery menggunakan sistem

irigasi tetes 76

29. Bagian-bagian dari sistem irigasi tetes 76

DAFTAR LAMPIRAN


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

DKI Jakarta merupakan salah satu kota dengan peningkatan jumlah penduduk yang pesat disetiap tahunnya. Sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pembangunan dan peralihan fungsi lahan yang cukup tinggi yang berimbas pada berkurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan semakin tingginya kebutuhan akan infrastruktur kota, area bisnis, industri, pemukiman, perluasan jalan dan fasilitas lainnya. Area-area terbangun di DKI Jakarta dapat dikatakan sudah sangat mendominasi begitupun dengan aktivitas didalamnya yang berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro dan secara komulatif mempengaruhi kondisi cuaca dan lingkungan. Luasan RTH yang ada saat ini adalah ±6 359 Ha atau sekitar 9.80% dari luas wilayah kota Jakarta (±64 895 Ha). Sedangkan target peningkatan RTH berdasarkan rancangan RTRW tahun 2010-2030 adalah 30% dari luas kota atau ±19 900 Ha. Terdiri dari 20% RTH publik dengan luas ± 13 300 Ha dan 10% RTH privat dengan luas ±6 600 Ha (DPP DKI Jakarta 2011). Disamping itu, berkurangnya ruang terbuka hijau juga dapat mengurangi nilai estetika lingkungan dan kenyamanan.

Pada kenyataannya pembangunan gedung-gedung di perkotaan saat ini berkembang sangat pesat dan banyak yang tidak sesuai dengan syarat pembangunan gedung yang seharusnya. Sebagian besar gedung di Jakarta yang seharusnya menyediakan minimal 20% dari kavling/bangunan untuk RTH dijadikan perkerasan dengan salah satu alasannya adalah untuk penghematan biaya dalam perawatannya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan dinding gedung sebagai lahan penghijauan. Dinding tersebut dapat dijadikan sebagai media tanam berbagai vegetasi yang dapat menyerap karbon dan menjadi ruang terbuka hijau. Selain dapat menyerap karbon, vegetasi juga dapat menciptakan nilai estetika untuk lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan dinding gedung ini sebagai media tanam sering dikenal dengan istilah vertical greenery. Vertical greenery diharapkan bisa menjawab permasalahan yang tengah dihadapi Jakarta, seperti halnya keterbatasan ruang terbuka hijau. Vertical greenery menghadirkan model yang tak memerlukan lahan karena penghijauan dibuat vertikal, bahkan bisa menempel di dinding gedung sehingga tidak memerlukan lahan yang horizontal yang sudah penuh dengan bangunan. Vertical greenery ini juga mampu menampung banyak tanaman yang menjadikan ruangan maupun halaman menjadi hijau (Sujayanto 2011).

Prinsip penghijauan secara vertikal telah dapat diterima dan diterapkan diberbagai gedung di perkotaan terutama di DKI Jakarta. Hal ini terlihat dari cukup banyak gedung yang telah memasang vertical greenery dengan berbagai sistem penanaman. Diantaranya adalah museum, rumah sakit, restoran, hotel, apartemen, bank, dan tidak sedikit pula rumah tinggal yang telah menggunakan prinsip penghijauan vertikal ini. Bank BTPN merupakan salah satu gedung pelayanan masyarakat yang telah menggunakan konsep vertical greenery di setiap kantor cabangnya di Indonesia. Hal ini cukup membuktikan, terdapat berbagai manfaat yang dihasilkan dari pemasangan vertical greenery pada bangunan gedung yang dirasakan baik masyarakat ataupun pihak tertentu.


(16)

2

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sheweka dan Mohamed (2012), manfaat dari vertical greenery terbagi menjadi dua golongan. Pertama manfaatnya secara umum dan manfaat khusus. Manfaat umum terdiri dari mengurangi dampak pemasangan global, meningkatkan kualitas udara luar, dan meningkatkan nilai estetika. Manfaat khusus terdiri dari, meningkatnakn keefisienan energi yang dihasilkan, melindungi struktur bangunan, meningkatkan kualitas udara dalm ataupun sekitar gedung (iklim mikro), mereduksi bising, pengggunaan elemen bangunan yang berkelanjutan, dan untuk pemasaran. Pada penelitian ini, batasan penelitiannya adalah untuk mengkaji manfaat vertical greenery yang mencakup nilai estetik dan iklim mikro yang dihasilkan. Jadi dari masing-masing manfaat hanya diambil satu contoh manfaat, untuk manfaat umum difokuskan pada nilai etetika yang dihasilakan. Manfaat khusus difokuskan pada iklim mikro yang dihasilkan.

Pada penelitian ini dipilih Bank BTPN sebagai studi kasus karena Bank BTPN merupakan salah satu gedung pelayanan masyarakat yang telah menyediakan vertical greenery untuk setiap cabangnya. Meskipun belum seluruh cabang yang ada di Indonesia ataupun di Jakarta yang telah dipasang vertical greenery telah dapat memiliki persepsi tersendiri dari ma syarakat sekitar ataupun pengguna yang ada didalamnya. Dengan pemasangan vertical greenery yang tersebar dibagian wilayah Jakarta, diharapkan mampu mewakili karakter secara keseluruhan untuk perkotaan. Oleh sebab itulah penelitian mengenai Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Perkantoran di DKI Jakarta dengan studi kasus pada Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank BTPN perlu dilakukan. Agar peneliti dapat mengetahui sejauh mana manfaat yang dihasilkan dari vertical greenery tersebut yang terfokus pada nilai estetika dan iklim mikro yang dihasilkan dari aspek vegetasi yang digunakan.

Perumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan lahan untuk ruang terbuka hijau pada suatu gedung perkantoran, sehingga mempengaruhi kenyamanan dari pengguna diantaranya adalah iklim mikro yang kurang stabil dan minimnya nilai estetika yang diberikan.

2. Memanfaatkan dinding bangunan sebagai media tanam berbagai vegetasi untuk menyerap karbon dan menimbulkan nilai estetika dengan menggunakan konsep vertical greenery.

3. Melakukan pengkajian manfaat dari vertical greenery yang telah dipasang pada gedung Bank BTPN pada aspek vegetasi yang digunakan terutama untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan dan kualitas iklim mikro yang dihasilkan.


(17)

3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji manfaat yang dihasilkan oleh pemasangan vertical greenery

pada gedung pelayanan masyarakat (Bank BTPN) pada aspek vegetasi yang digunakan terutama untuk iklim mikro dan nilai estetika yang dihasilkan.

2. Memberikan rekomendasi pemasangan vertical greenery dalam mengoptimalkan kualitas iklim mikro dan nilai estetika yang dihasilkan untuk sekitar bangunan ataupun pengguna dari gedung tersebut.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membantu pemerintah dalam menangani penyelesaian masalah peningkatan RTH dalam skala mikro untuk DKI Jakarta.

2. Menjadi bahan referensi untuk mengetahui manfaat teknologi terbaru dan sifat jenis suatu vegetasi dalam bidang arsitektur lanskap terutama dalam meningkatkan kualitas iklim mikro dan nilai estetika untuk gedung pelayanan masyarakat.

3. Menambah karya terbaru pada bidang arsitektur lanskap di Indonesia terutama yang berbasis green building di perkotaan.

4. Dapat memberikan dan menambahkan nilai estetik untuk gedung yang berfungsi sebagai pelayanan masyarakat dan terletak di tengah kota melalui konsep dari vertical greenery.

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menginventarisasi kondisi umum pemasangan vertical greenery pada gedung-gedung di DKI Jakarta, dan menginventarisasi pemasangan

vertical greenery pada seluruh KCP Bank BTPN di DKI Jakarta

2. Melakukan analisis dan sintesis tujuan utama serta konsep dari pihak Bank BTPN dalam pemasanan vertical greenery dan vertical greenery

yang telah dipasang baik beserta vegetasi yang digunakan Bank BTPN. 3. Pembuatan rekomendasi pemasangan vertical greenery dalam

memaksimalkan kualitas iklim mikro dan nilai estetika yang beracuan pada konsep utama Bank BTPN dan pemilihan vegetasinya.


(18)

4

Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran untuk penelitian ini dijabarkan pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian DKI Jakarta

Terbatasnya lahan untuk RTH

1

Vertical Greenery

Public Benefuts:

- Reduce urban heat island effect

- Exterior air quality

- Aesthetic improvement

(Nilai estetika)

Private Benefits:

- Improved energy efficiency

- Building structure protection

- Improved indoor air quality

(ex: Iklim mikro) - Noise reduction

- Sustainable building elements

- Marketing

Berbagai Manfaat yang dihasilkan vertical greenery

Menurut Sheweka dan Mohamed (2012)

Pengkajian Manfaat Vertical Greenery pada Bank BTPN

Rekomendasi Pemasangan Vertical Greenery dengan Memaksimalkan Kualitas Iklim Mikro dan Nilai Esetika Kualitas iklim mikro Nilai Estetika


(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Vertical Greenery

Tipe Sistem Pemasangan Vertical Greenery

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh N.H. Wong et al. (2010) yang berjudul Thermal Evaluation Of Vertical Greenery System For Building Wall , mengenai vertical greenery terbagi menjadi 8 tipe sistem dapat dilihat pada Gambar 2. Tipe sistem 1 adalah vertical greenery yang menggunakan tanaman yang termasuk kedalam semak rendah hingga semak sedang, ataupun kombinasinya. Pada tipe ini, pola dan bentukan visual dari vertical greenery dapat dibentuk sendiri, sesuaikan dengan prinsip desain yang bermain dengan tekstur daun, warna dan lain sebagainya. Tipe sistem 2 adalah vertical greenery yang menggunakan tanaman merambat atau tanaman menggantung (climber plants).

Pada tipe 2 merupakan tipe pemasangan vertical greenery yang hanya menggunakan satu jenis tanaman. Untuk penelitian ini, termasuk kedalam sistem

vertical greenery tipe 2, yang hanya menggunakan satu jenis tanaman merambat yaitu lee kwan yew. Tipe sistem 3, 4, 5 dan sistem 6 adalah vertical greenery

yang menggunakan tanaman semak rendah yang dapat dikombinasikan bentuk dan warna daunnya, disesuaikan dengan pola desain yang diinginkan. Sedangkan untuk tipe sistem 7 dan 8 menggunakan tanaman semak rendah hingga sedang. Seperti terlihat pada Gambar 2 yang memaparkan 8 jenis tipe sistem vertical greenery.

sumber: N.H.Wong et al./Building and Environment 45 (2010) 663-672 (fig. 1)

Gambar 2 Dinding kontrol dan 8 jenis sistem vertical greenery berdasarkan pada

system typology di HortPark

Control wall

System 1

System 2

System 5 System 4

System 3

System 6

System 7 System 8


(20)

6

Tabel 1 Deskripsi dari sistem vertical greenery

Sumber: N.H.Wong et al. (2010)

Berdasarkan kedelapan klasifikasi sistem vertical greenery tersebut, maka sistem pemasangan vertical greenery pada gedung KCP Bank BTPN merupakan

Sistem vertical greenery

Bentukan sistem Deskripsi Ukuran

tanaman

1

Living wall - modul panel, penghubung vertikal, dan lapisan campuran

Kombinasi dari 2 sistem, yaitu untuk penanaman dan drainase. Untuk media tanam

menggunakan geotextil (ex: rockwool)

Semak kecil sampai

dengan sedang

2 Green facade –

modul trali

Menggunakan tanaman merambat untuk membentuk tutupan hijau pada lubang panel

Tanaman merambat

3

Living wall- grid dan modul, penghubung vertikal, dan lapisan campuran

Tanaman ditanam untuk menutupi lubang pada stenlis yang berbentuk grid dan telah dibuat bingkai sebelumnya

Semak kecil (groundcover)

4

Living wall –modul panel, penghubung vertikal, dan lapisan anorganik

Tanaman tumbuh dalam media tanam yang telah dibuat sebelumnya dengan bentukan modul, dan ditanam dengan pot, lalu disusun sesuai bingkai

Semak kecil (groundcover)

5

Living wall - penanaman panel, penghubung antar sudut (untuk

membuat bentukan), dan menggunakan lapisan green roof

Menggunakan sistem UV-treated. menggunakan prinsip dari penanaman green roof, dan sistem ini sangat memerlukan perawatan yang intensif.

Semak kecil (groundcover)

6

Living wall – penanaman dengan bingkai mini, penghubung horisontal dan lapisan tanah

Tanaman ditanam bingkai kecil yang telah dibentuk sebelumnya, untuk bingkai secara keseluruhan menggunakan bahan baja

Semak kecil (groundcover)

7

Living wall – flexible mat trapestry, penghubung horisontal dan lapisan tanah

Panel pada sistem ini terdiri atas 2 layer, yang mana diantaranya diberi lapisan tanah dan diberi lubang pada lapisan luarnya berupa goresan agar dapat memasukan akar tanaman ke tanah.

Semak kecil sampai

dengan sedang

8

Living wall- plant cassette,

penghubung horisontal dan lapisan tanah

Penanaman tanaman dengan berbagai variasi disesuaikan dengan campuran tekstur dan bentukan yang diinginkan,

Semak kecil sampai


(21)

7 sistem yang kedua, yaitu green facade. Yang mana pada sistem ini dalam penanamannya menggunakan tanaman merambat ataupun tanaman yang mneggantung dan hanya satu jenis. Hail penelitian tersebut menjelaskan bahwa, walaupun tidak menggunakan substrat pada rangkanya. Sistem ini mampu menghasilkan dampak pendinginan secara langsung yaitu dari pengaruh bayangan yang dapat meneduhkan, dan evapotranspirasi secara langsung melalui daun pada tanaman merambat tersebut, yang mana pada penelitian ini vegetasi yang digunakan adalah lee kwan yew (Vernonia elliptica).

Manfaat Vertical Greenery

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakuka oleh Sheweka dan Mohamed (2012) yang berjudul Green Facades As A New Sustainable Approach Twards Climate Change, menjelaskan bahwa manfaat dari vertical greenery

termasuk kedalam dua kelompok. Pertama masuk kedalam kelompok memberikan manfaat secara umum (public benefist). Kedua masuk kedalam kelompok memberikan manfaat secara khusus/pribadi (private benefits).

Pertama manfaat yang diberikan vertical greenery secara umum (public benefits) terbagi menjadi 3 manfaat, yaitu:

a. Mengurangi dampak pemanasan global (reduce urban heat island) → dari vegetasi yang digunakan untuk vertical greenery dapat meningkatkan proses pendinginan secara alami yaitu mereduksi temperatur udara lingkungan sekitar secara global dan pergerakan udara secara vertikal menjadi melambat.

b. Meningkatkan kualitas udara luar (improved exterior air quality) → asap kendaraan yang terdiri dari berbagai macam emisi, salah satunya adalah CO2 yang dapat merusak kualitas udara luar dengan adanya vertical

greenery dari vegetasi yang digunakan (daunnya) akan melakukan proses fotosintesis yang mampu menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 yang kita butuhkan, sehingga udara sekitar terasa sejuk.

c. Meningkatkan nilai estetika (aesthetic improvement) dengan pemasangan vertical greenery pada bangunan dapat menarik perhatian masyarakat secara visual, dapat menyamarkan pemandangan yang tidak enak dilihat, dan menyediakan elemen struktur yang bebas dinilai oleh siapa saja yang melihatnya.

Dalam penelitian ini, dari ketiga manfaat yang dihasilkan vertical greenery secara umum. Analisis akan dilakukan mendalam pada peningkatan nilai estetik yang dihasilkan dari vertical greenery yang telah dipasang.

Kedua adalah manfaat vertical greenery secara khusus/pribadi (private benefits) terbagi menjadi 6 manfaat yang dihasilkan, yaitu terdiri dari :

a. Meningkatkan keefisienan energi yang dihasilkan (improved energy efficiency) → dengan menggunakan vertical greenery pada bangunan gedung salah satunya adalah penghematan energi penggunaan AC dalam gedung diantaranya adalah dapat mengurangi pembayaran listrik.

b. Melindungi struktur bangunan (building structure protection)vertical greenery yang dipasang pada suatu gedung bangunan, dapat melindungi dari radiasi sinar UV secara langsung terhadap material dinding yang dapat menyebabkan kerusakan baik itu pengelupasan cat, ataupun mengurangi kekuatan dari struktur bangunan tersebut.


(22)

8

c. Meningkatkan kualitas udara dalam atau sekitar gedung (improved indoor air quality)→ dengan penggunaan vertical greenery pada gedung, maka secara tidak langsung gedung tersebut menggunakan ventilasi alami untuk pertukaran udara di dalam gedung. Karena udara dari luar disaring menggunakan vegetasi yang digunakan, sehingga udara dalam gedung menjadi lebih sejuk (kualitas iklim mikro yang dihasilkan). d. Mereduksi bising (noise reduction) → media-media yang digunakan

dalam vertical greenery mampu mereduksi bising dengan menyaring suara-suara yang berasal dari luar gedung dengan refleksi. Jadi dari media yang digunakan seperti halnya tanah ataupun rockwool, vegetasi dan lain sebagainya mampu memantulkan bunyi-bunyi dari sekitar gedung. Selain itu, material yang digunakan untuk komponen vertical

greenery dan penutupannya secara keseluruhan juga sangat

mempengaruhi reduksi suara yang dihasilkan.

e. LEED (Leadership in Energy and Environment Design) → kontribusi secara langsung yang diberikan oleh vertical greenery adalah penggunaan elemen bangunan yang berkelanjutan (sustainable).

f. Marketing → vertical greenery mampu meningkatkan nilai estetika dari lingkungan, secara tidak langsung vertical greenery ini telah berkontribusi dalam pemasaran suatu perancangan pembangunan dan menyediakan suatu barang yang ramah lingkungan.

Dari keenam manfaat vertical greenery dalam lingkung pribadi/khusus untuk penelitian ini analisis akan memfokuskan kajian manfaatnya terhadap iklim mikro yang dihasilkan dari vertical greenery.

Kualitas Iklim Mikro

Menurut Satwiko (2009) menjelaskan, iklim mikro merupakan iklim yang ada di lapisan udara dekat dengan permukaan bumi yang berada di dalam lingkup terbatas. Seperti ruang-ruang di dalam bangunan dan ruang luar di sekitar bangunan tidak lebih beberapa ratus meter. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu radiasi matahari, angin, dan kelembaban dalam bentuk uap air dan hujan. Pengaruh masing-masing unsur terhadap bangunan tergantung pada letak geografis, topografi, ketinggian, keadaan permukaan bumi, dan penghijauan di sekelilingnya.

Iklim mikro yang dihasilkan, sangat erat hubungannya dengan kenyamanan termal yang dihasilkan pada suatu gedung. Savitri (1999) menyatakan, kenyamanan dapat diartikan sebagai bentuk keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan dari tubuh manusia. Menurut Brown dan Dillespie (1995), menjelaskan bahwa kenyamanan tersebut dapat dipengaruhi oleh komponen yang sifatnya psikis, atau dipengaruhi oleh desain lanskap. Suhu udara adalah variabel yang paling mudah diukur terkait pengaruhnya dalam menciptakan kenyamanan ruang.

Secara kuantitatif, tingkat kenyamanan termal dapat dihitung dengan rumus impiris THI = 0.8 T + (RH x T)/500. Savitri (1999) menyatakan, umumnya untuk daerah tropis nilai THI minimumnya yaitu < 27. Elemen iklim mikro yang dimodifikasi melalui desain dan mempengaruhi tingkat kenyamanan yaitu radiasi


(23)

9 matahari dan angin. Proses modofikasi dilakukan dengan menggunakan hard material dan soft material dengan pembuatan dinding peneduh dari tanaman penahan radiasi dan pembentuk koridor angin. Seperti halnya dengan memasangkan vertical greenery pada bagian kulit muka bangunan, baik dari sisi depan atau samping.

Nilai Estetika

Menurut Nassar (1998), kualitas estetika adalah sebuah pemahaman psikologis yang melibatkan penilaian subyektif. Kualitas estetik suatu lanskap tidak hanya bergantung pada karakteristik fisik lanskap, tetapi juga pada penilaian subyetif dari individu pengamat yang melihat lanskap tersebut. Nilai estetika suatu tempat atau lanskap merupakan dimensi penting dalam pengamatan ekologi dan kekuatan nilai estetik telah menjadi aspek utama dalam tindakan konservasi. Nilai estetik dapat menjadi salah satu alat ukur lingkungan, karena indera manusia mampu menangkap dan membedakan kondisi lingungan di sekitarnya melalui indera penglihatan, pendengaran, atau penciuman (Foster 1982).

Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Estetika berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan. Pertama adaah the beauty, yaitu suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan. Kedua adalah

the ugly, yaitu suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.


(24)

10

METODE

Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada seluruh gedung Bank BTPN yang telah melakukan pemasangan vertical greenery di DKI Jakarta pada dinding kulit luar bangunan. Terdapat 13 KCP Bank BTPN, yaitu: KCP Gajah Mada, KCP Taman Palem, KCP Kebun Jeruk Intercon, KCP Taman Ratu, KCP Tomang, KCP Glodok, KCP Roxy Mas, KCP Tanah Abang, KCP Pecenongan, KCP Pondok Indah, KCP Panglima Polim, KCP Kelapa Gading, dan KCP Sunter. Pada Gambar 3 merupakan peta lokasi, dapat terlihat 13 titik-titik lokasi KCP Bank BTPN yang menjadi objek penelitian di DKI Jakarta.

Gambar 3 Peta lokasi Gedung Bank BTPN yang digunakan sebagai objek penelitian yang telah dipasang vertical greenery

Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan yaitu mulai dari persiapan, perizinan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan rekomendasi berdasarkan pada analisis dan sintesis yang telah dilakukan. Jadwal kegiatan penelitian secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.

Sumber: google earth

Legenda: Lokasi


(25)

11 Tabel 2 Jadwal kegiatan penelitian

Jenis Kegiatan

Bulan

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan

Persiapan Perizinan Inventarisasi Analisis Sintesis Rekomendasi

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penyelesaian penelitian berupa data sekunder dan primer. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini terlihat secara rinci pada Tabel 3.

Tabel 3 Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian

Bahan penelitian Penggunaan Sumber data

Landasan teori mengenai vertical greenery dan manfaatnya

Referensi dan tinjauan pustaka

buku, jurnal, tesis, dan skripsi,

Kuisioner Mendapatkan data persepsi masyarakat Pribadi Klasifikasi tanaman lee kwan

yew (Vernonia elliptica)

untuk analisis dan sintesis

vegetasi yang digunakan Buku, jurnal, tesis, Peralatan yang digunakan untuk penunjang penelitian ini terdiri dari alat survey lapang dan pekerjaan studio. Adapun jenis alat, penggunaan dan sumber alat dirinci pada Tabel 4.

Tabel 4 Alat yang digunakan dalam penelitian

Alat penelitian Penggunaan Sumber alat

Komputer Pengolahan data Pribadi

Meteran Inventarisasi untuk mengukur panjang

dan lebar vertical greenery Pribadi Kamera digital Dokumentasi kondisi visual bangunan Pribadi

Kompas Penunjuk arah untuk penentuanarah

hadap vertical greenery yang dipasang Pribadi Penggaris, kertas, rapido,

pensil warna, dsb.

Alat-alat gambar untuk membantu

pembahasan secara spasial Pibadi

Thermohygro meter (Merk Corona, model GL-89)

Pengukur suhu (°C) dan kelembaban

(%) Pribadi

Ms Word 2007, dan Ms Power Point

Penyusunan skripsi dan pengolahan data tabular/diagram, dan presentasi

Software diinstal pada komputer Google Sketchup 8, Adobe

Photoshop CS 3, dan Auto Cad 2012

Pembuatan gamabr ilustrasi dan pengeditasn data image

Software diinstal pada komputer


(26)

12

Metode Penelitian

Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian pengkajian manfaat

vertical greenery pada gedung perkantoran di DKI Jakarta adalah dengan observasi dan wawancara. Studi kasus pada penelitian ini adalah seluruh KCP Bank BTPN yang telah dipasang vertical greenery pada bagian kulit luar bangunan gedung. Berikut penjabaran mengenai metode yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Observasi atau pengamatan secara langsung terhadap tapak. Pada observasi ini digolongkan menjadi 3 tahap. Terdiri dari tahap pendataan kondisi eksisting, pengukuran suhu dan kelembaban, serta penyebaran kuisioner. Adapun masing-masing klasifikasi tahapan yang dilakukan, bertujuan untuk mempermudah dalam pendataan dan pengolahannya. Baik untuk inventarisasi, analisis, sintesis, dan rekomendasi yang akan dilakuan. Berikut penjabaran dari klasifikasi masing-masing tahap.

a. Tahap I (Pendataan kondisi eksisting)

- Observasi seluruh gedung Bank BTPN yang telah memasang verical greenery pada bagian kulit luar bangunan

- Mendata vegetasi yang digunakan pada vertical greenery dan vegetasi lainnya yang ada disekitar gedung kurang lebih 10 meter dari gedung yang diteliti

- Mengukur dimensi masing-masing gedung, dengan menjumlahkan luas dari masing-masing lantainya dan menghitung jumlah penggunaan AC

- Mengukur luas dari vertical greenery yang telah dipasang pada gedung tersebut

- Mengorientasikan arah hadap dari masing-masing vertical greenery

yang telah dipasang dengan menggunakan kompas

- Mendata dan mengidentifikasi aktivitas yang ada di dalam gedung dan sekitar gedung beserta intensitasnya.

b. Tahap II (Pengukuran suhu dan kelembaban)

- Pengukuran dilakukan menggunakan alat pengukur suhu dan kelembapan yaitu thermo-hygrometer (Corona, model GL-89) - Alat yang digunakan sebanyak 2 buah:

 Pertama adalah Bagian I yang diletakan dipermukaan vertical greenery yang telah dipasang dengan jarak kurang lebih 10 cm (terkena paparan cahaya matahari langsung) dengan menggunakan pipa yang berukuran ± 15 cm.

 Kedua adalah Bagian II diletakkan di bagian tengah antara kulit luar pada dinding gedung dan stuktur konstruksi

vertical greenery.

- Kedua alat diletakkan sejajar (satu garis lurus) dan berada dititik tengah dari luasan masing-masing vertical greenery disetiap gedungnya dan pengukurannya dilakukan secara bersamaan (dapat dilihat pada Gambar 4). Alat diikatkan dengan tali dengan panjang disesuaikan pada masing-masing titik tengah vertical greenery.

- Untuk waktu pengukuran diambil dalam satu hari dengan tiga kali ulangan yaitu:


(27)

13

 Pagi: Pukul 07 00 WIB sampai pukul 08 00 WIB

 Siang: Pukul 12 00 WIB sampai pukul 13 00 WIB

 Sore: Pukul 17 00 WIB sampai pukul 18 00 WIB

- Dalam masing-masing ulangan, pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali dengan selang waktu setiap 15 menit (ex: pagi → 07 00, 07 15, 07 30)

c. Tahap III (Penyebaran kuisioner)

- Kuisioner disebarkan merata di setiap KCP (13 KCP Bank BTPN) yang mana tiap KCP disebarkan 3 kuisioner, jadi jumlah seluruh kuisioner adalah 39 buah.

- Responden yang diwawancarai adalah:

 Masyarakat yang berada disekitar gedung, baik yang bekerja ataupun hanya melintas di sekitar gedung.

 Responden masuk dalam kategori dewasa (≥ 17 tahun)

Peletakan alat pada metode ini mengacu pada,metodologi yang dilakukan oleh Serlan (2013). Pada Gambar 4 dibawah ini akan menjelaskan posisi peletakan alat dalam proses pengukuran suhu pada masing-masing gedung. Alat diletakan pada dua bagian, bagian I yaitu yang berada di depan vertical greenery yang telah dipasang, dan bagian II yaitu terletak diantara struktur

vertical greenery yang telah dipasang dengan struktur gedung (di tengah).


(28)

14

2. Wawancara merupakan metode yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Tujuan dilakukannya metode wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi secara langsung dari pihak terkit. Wawancara mengenai pemasangan vertical greenery pada Bank BTPN disetiap kantor cabangnya. Serta mengenai motivasi khusus dari pihak BTPN dalam menerapkan konsep vertical greenery pada setiap gedung yang akan disewa. Selanjutnya, adalah untuk mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat baik yang berada dalam gedung ataupun sekitar gedung. Adapun narasumber yang diwawancarai diantaranya adalah Pihak Kantor Pusat Bank BTPN, Pihak BTPN bagian properti, Pihak konsultan Bank BTPN, pengguna dalam gedung, dan pengguna sekitar gedung. Pada Tabel 5 memaparkan narasumber dan fungsinya untuk penelitian ini.

Tabel 5 Narasumber dan fungsi dari wawancara yang dilakukan untuk penelitian ini

No Narasumber Fungsi 1

Pihak kantor pusat Bank BTPN

Melakukan perizinan untuk setiap KCP yang akan diteliti, dan konsep untuk denah gedung serta konsep untuk pemasangan vertical greenery disetiap kantor cabangnya

2

Pihak BTPN bagian properti

Mengetahui proses pemasangan vertical greenery

disetiap cabangnya dan menanyakan berbagai manfaat yang mereka rasakan dan mereka harapkan setelah melakukan pemasangan tersebut

3

Pihak konsultan Bank BTPN

Mengetahui perancangan, perencanaan dan

pemeliharaan layout keseluruhan penataan ruang Bank BTPN disetiap cabangnya. Serta konsep utama

pemasangan vertical greenery dan latar belakang pihak konsultan dalam melakukan pemasangannya dan alasan mengapa vegetasi tersebut yang dipilih.

4 Pengguna dalam gedung

Mengetahui perbedaan yang mereka rasakan antara setelah pemasangan dan sebelum pemasangan dari

vertical greenery tersebut 5

Pengguna disekitar gedung

Mengetahui persepsi mereka mengenai vertical

greenery yang telah dipasang pada gedung tersebut dan apa komentar mereka.

Tahapan Kegiatan Penelitian

Tahapan kegiatan yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian pengkajian manfaat vertical greenery pada gedung pelayanan masyarakat di DKI Jakarta dengan studi kasus Bank BTPN adalah sebagai berikut:

1. Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan penelitian, dan untuk mempermudah dalam memperoleh dan mengolah data-data yang diperlukan. Adapun bagian-bagian dari persiapan terdiri dari:


(29)

15 a. Penyiapan proposal penelitian

b. Mengidentifikasi gedung-gedung perkantoran di DKI Jakarta yang telah memasang vertical greenery

c. Penyiapan surat-surat untuk perizinan terhadap pihak yang terkait

d. Perizinan terhadap Kantor Pusat Bank BTPN yang berada di Gedung Cyber 2 Jakarta Pusat untuk meneliti di kantor cabangnya yang telah memasang vertical greenery.

2. Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data baik primer ataupun sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung turun ke lapang kantor cabang Bank BTPN yang telah dipasang vertical greenery di Jakarta dari daftar alamat yang telah ada. Sedangkan untuk data sekunder merupakan pengumpulan data-data yang diperlukan melalui studi pustaka ataupun data-data yang telah dibuat oleh pihak terkait. Adapun jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini akan dijabarkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis, bentuk dan sumber data penelitian untuk inventarisasi Jenis Data Data primer Data Sekunder Sumber Data

Kondisi gedung KCP Bank BTPN yang diteliti

Orientasi X X Studi pustaka dan

pengamatan langsung

Denah X Pengamatan langsung

Intensitas pengguna X Pengamatan langsung

Iklim eksisting X Pengamatan langsung

Konstruksi bangunan X Pengamatan langsung

Arah angin X X Studi pustaka dan

Pengamatan langsung

Topografi eksisting X studi pustaka

Dimensi bangunan X X Studi pustaka dan

pengamatan langsung Kondisi vertical greenery

Arah hadap X Pengamatan langsung

Letak X X Studi pustaka dan

Pengamatan langsung

Luas X Pengamatan langsung

Pola desain X Pengamatan langsung

Kekuatan struktur X X Studi pustaka dan

pengamatan langsung

Material struktur X X Studi pustaka dan

pengamatan langsung

Jenis vegetasi X X Studi pustaka dan


(30)

16

3. Analisis merupakan tahap menganalisis berbagai macam potensi dan kendala yang ditimbulkan dari pemasangan vertical greenery pada masing-masing gedung. Adapun analisis mendalam pada penelitian ini terfokuskan pada kualitas iklim mikro dan kualitas nilai estetika yang dihasilkan. Penjabaran dari masing-masing aspek yang dianalisis, yaitu:

a. Iklim mikro

Untuk menganalisis kualitas iklim mikro yang dihasilkan dari pemasangan

vertical greenery dilakukan dengan pengukuran suhu dan kelembaban. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat thermohygro meter digital. Pengukuran dilakukan dengan disesuaikan pada metode penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya pada metode observasi. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban relatif ditabulasi dan dibuat dalam tabel. Tabulasi analisis pengkajian hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada KCP Bank BTPN yang telah memasang vertical greenery terjabarkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tabulasi hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada KCP Bank BTPN yang telah memasang vertical greenery

No Alat

Pagi Siang Sore

Rata-rata T (°C)/RH (%) T(°C)/RH (%) T (°C)/RH (%)

N Max Min N Max Min N Max Min

1 Bagian I 2 Bagian II

T: suhu, RH: kelembaban, N: netral, Max: Maksimal, Min:Minimal

Setelah mendapatkan hasil untuk suhu dan kelembaban dilakukan analisis dengan uji statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan vertical greenery memiliki pengaruh nyata dalam penurunan suhu dan peningkatan kelembaban dari bagian I ke bagian II. Analisis uji statistik dilakukan dengan menggunakan tabel Anova untuk Percobaan Dua Faktor Rancangan Acak Lengkap. Apabila memiliki pengaruh yang nyata, maka penelitian ini akan dilanjutkan dengan menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi dari kualitas iklim mikro yang dihasilkan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas iklim mikro untuk penurunan suhu dan peningkatan kelembaban diantaranya adalah kondisi vertical greenery

pada masing-masing lokasi, kondisi lingkungan sekitar, dan aktivitas serta intensitas sosial sekitar gedung. Adapun yang dapat dianalisis dan diuji untuk hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu dan kelembaban adalah kondisi dari

vertical greenery. Baik dari sisi arah hadap, luas, sistem pemasangan satu sisi atau dua sisi, jenis vegetasi yang digunakan, dan kerapatan vegetasi vertical greenery

yang dihasilkan dari masing-masing gedung.

Dalam menganalisis penurunan suhu dan kelembaban berdasarkan hasil pengukuran. Menggunakan analisis uji statistik Chi-Square. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengetahui dan menguji perbedaan pada masing-masing sampel terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi. Pada analisis ini data yang digunakan adalah data nominal. Oleh karena itu, untuk penurunan suhu dan peningkatan kelembaban dibagi menjadi 3 kategori. Adapun pengkategorian ini, berdasarkan pada data pengukuran yang telah dilakukan. Untuk penurunan suhu terdiri dari kategori rendah (≤ 2°C), sedang (2°C sampai 5°C), dan tinggi (≥ 5°C). Sedangkan


(31)

17 pada peningkatan kelembaban terdiri dari dari kategori rendah (≤ 5%), sedang (5% sampai 10%), dan tinggi (≥ 10%).

Kenyamanan yang dihasilkan secara keseluruhan dari pemasangan vertical greenery akan dilakukan pengkajian dengan perhitungan nilai Temperature Humidity Index (THI). Savitri (1999) mencantumkan, untuk standar nyaman daerah tropis THI adalah ≤ 27. Dalam penelitian ini akan mengkaji apakah dengan pemasangan vertical greenery memiliki penurunan nilai THI berada disekitar nilai 27. Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai THI adalah sebai berikut:

THI = 0,8�+�� � 500

Keterangan:

THI = Temperature Humidity Index

T = Suhu udara rata-rata (°C) RH = Kelembapan udara relatif (%) b. Nilai estetika

Kualitas nilai estetika dilakukan dengan melaukan wawancara langsung menggunakan kuisioner dan observasi langsung ke lapang dengan membuat tabulasi hasil pengkajian. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian yaitu sebanyak ± 30 orang. Untuk dapat menyebar secara merata, maka jumlah responden pada penelitian ini adalah 39 orang. Masing-masing KCP terdapat tiga responden.

Terdapat empat aspek yang ditekankan dari isi kuisioner yang disebar kepada responden. Pertama, untuk menganalisis intensitas responden melewati tapak dan kesannya terhadap vertical greenery tersebut. Kedua, menganalisis mengenai kondisi tanaman dan kesesuaian tanaman yang digunakan pihak BTPN untuk pemasangan vertical greenery, yang pada kondisi ini seluruh cabang menggunakan tanaman yang sama yaitu lee kwan yew. Ketiga, adalah persepsi masyarakat terhadap nilai visual dari vertical greenery tersebut. Selanjutnya, keempat alah pendapat masyarakat untuk manfaat yang paling utama dirasakan dari pemasangan vertical greenery tersebut.

Selanjutnya, hasil wawancara akan dilakukan analisis dengan menggunakan analisis sematic differensial. Hal ini dilakukan untu dapat mengetahui persepsi masyarakat terhadap kualitas lanskap tertentu yang diaplikasikan dalam pemasangan vertical greenery. Setelah mendapatkan hasil persepsi, maka akan dilakukan analisis lanjutan dengan pengamatan secara langsung terhadap masing-masing vertical greenery untuk tampilan visualnya. Adapun faktor yang dapat dinilai dan dianalisis berdasarkan kondisi fisik dari vertical greenery diantaranya adalah warna daun, dan kerapatan vegetasi yang dihasilkan. Kedua faktor akan dianalisis berdasarkan pada aspek luas, arah hadap, intensitas perawatan, tahun pemasangan vertical greenery tersebut.

Untuk mempermudah dalam pengamatan dan penganalisisan nilai estetika dari vertical greenery maka akan dilakukan pengkategorian faktor yang mempengaruhi. Analisis untuk warna daun dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : hijau kuning (Hj-k), hijau muda(Hj-m),dan hijau tua (Hj-t). Serta untuk kerapatan vegetasi, dimasukan kedalam 3 kategori berdasarkan pada persentase yang


(32)

18

dihasilkan, yaitu: 0 sampai 40%, 41 sampai 70%, dan 70 sampai 100%. Mendapatkan hasil kerapatan vegetasi dilakukan perhitungan dengan metode grid. Adapun pada Gambar 5, terlihat rumus dan gambaran umum untuk perhitungan persentase kerapatan vegetasi.

Untuk luas vertical greenery dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: S (small)

dengan luas < 50 m², M (medium) dengan luas 50 m² sampai 100 m², dan L (large) dengan luas > 100 m². Begitu pula dengan intensitas perawatan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: jarang (J) dengan perawatan 2 bulan satu kali, sering (S) dengan perawatan satu bulan dua kali, dan rutin (R) dengan perawatan satu minggu satu kali. Adapun beberapa hal yang mencakup dalam perawatan ini adalah untuk pemantauan dan pemangkasan vegetasi yang digunakan.

Berikut Tabel 8 dan Tabel 9, tabulasi untuk hasil pengkajian nilai visual yang dihasilkan dari masing-masing vertical greenery berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Untuk Tabel 8 akan menjabarkan, tabulasi untuk pengkajian manfaat vertical greenery untuk warna daun dan kerapatan vegetasi yang dihasilkan berdasarkan aspek luas dan tahun pemasangan vertical greenery.

Dilanjutkan dengan Tabel 9, merupakan tabulasi untuk pengkajian manfaat

vertical greenery untuk warna daun dan kerapatan vegatasi yang dihasilkan berdasarkan aspek intensitas perawatan dan arah hadap vertical greenery.

Tabel 8 Tabulasi analisis pengkajian warna daun dan kerapatan vegetasi berdasarkan aspek luas vertical greenery dan tahun pemasangan

vertical greenery

KCP Bank BTPN

Luas vertical greenery

Warna daun Kerapatan vegetasi Tahun

pemasangan vertical greenery

S M L Hj-k Hj-m Hj-t

0-40% 41-75%

76-100%

S: Small, M: Medium, L: Large, Hj-k: Hijau kekuningan, Hj-m: Hijau muda, Hj-t: Hijau tua

Persentase kerapatan =� � � �

� � � x 100%

Gambar 5 Contoh gambar dan perhitungan kerapatan vegetasi

 Contoh gambar : vertical greenery di Bank BTPN KCP Gajam Mada

 Contoh perhitungan :

- Σ kotak pada vertical greenery = 187 - Σ kotak tertutup vegetasi = 116

- Kerapatan vegetasi = 116

187 x 100%

= 62.03%


(33)

19 Tabel 9 Tabulasi analisis pengkajian warna daun dan kerapatan vegetasi berdasarkan aspek intensitas perawatan dan arah hadap vertical greenery

KCP Bank BTPN

Intensitas

perawatan Warna daun Kerapatan vegetasi

Arah hadap

J S R Hj-k Hj-m Hj-t

0-40%

41-70%

71-100%

J: Jarang, S: Sering, R: Rutin, Hj-k: Hijau kekuningan, Hj-m: Hijau muda, Hj-t: Hijau tua

4. Sintesis merupakan tahapan pengolahan hasil yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan. Pada tahap ini faktor-faktor yang dapat mengoptimalkan kualitas iklim mikro dan kualitas visual akan dipertahankan dan dimaksimalkan pada pemasangan vertical greenery..

5. Rekomendasi merupakan tahapan lanjutan dari sintesis yang dilakukan sebelumnya, yaitu membuat rekomendasi pemasangan vertical greenery pada gedung. Dari aspek vegetasi dengan mengoptimalkan kualitas iklim mikro dan kualitas estetika yang dihasilkan.


(34)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum DKI Jakarta

Berdasarkan data yang diperoleh dari Jakarta dalam angka (2013) menyatakan bahwa letak astronomis dari DKI Jakarta adalah 6°12` LS dan 106°48` BT. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 mdpl. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah berupa daratan seluas 662.33 km² dan berupa lautan seluas 6 977.5 km². Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif. Pertama Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas daratan seluas 141.27 km². Kedua Kota Admistrasi Jakarta Timur dengan luas daratan seluas 188.03 km². Ketiga adalah Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas daratan seluas 48.13 km². Keempat adalah Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas daratan seluas 129.54 km². Kelima adalah Kota Administrasi Jakarta Utara dengan luas daratan seluas 146.66 km². Serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 8.70 km². Berdasarkan posisi geografisya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara : Laut Jawa

Timur : Kabupaten Bekasi

Selatan : Kabupaten Tangerang dan Kota Depok Barat : Kota Tangerang

Wilayah DKI Jakarta untuk topografi dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Iklim dari DKI Jakarta, secara umum terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Pada bulan Desember sampai Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Secara umum Jakarta beriklim panas, dengan rata-rata suhu maksimum udara 34°C sampai 60°C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar 22°C sampai 86°C pada malam hari (BPKPM 2011).

Inventarisasi Kondisi Umum Bank BTPN

Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) terlahir dari pemikiran tujuh orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. BTPN mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 dan setahun kemudian menambah bisnis pembiayaan untuk usaha mikro disamping dari portofolio layanan perbankan pensiun. Menyadari tantangan yang ada saat ini, bahwa perusahaan-perusahaan dituntut untuk dapat mengubah cara berbinis memutuskan untuk mengambil langkah lebih lanjut, dengan menciptakan dan meluncurkan “Daya” pada tahun 2011.


(35)

21 Dari sisi arsitektur Bank BTPN memiliki konsep tersendiri. Konsepnya adalah ingin menghadirkan layanan perbankan kepada customer dengan kesan rileks baik untuk indoor ataupun outdoornya. Bank BTPN memiliki beberapa bagian-bagian dalam sistemnya, salah satunya yang memiliki sistem hirarki tertinggi dan lebih diprioritaskan adalah BTPN Retail Funding yang biasa dikenal dengan BTPN Sinaya. Pada BTPN Sinaya ini dapat dikatakan customer merupakan kalangan menengah keatas, sehingga kenyamanan customer sangat diprioritaskan. Oleh sebab itu, perancangan dan perencanaan ruang pelayanannya yang dikenal dengan community center menggunakan konsep relax dan homey. Arsitekturnya dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah bagian indoor, dengan konsep penataan interiornya relax dan homey. Tata ruangnya dibuat sedemikian rupa tidak seperti pelayanan perbankan lain yang mengharuskan pelangganya mengantri, tetapi pelanggan dianggap sebagai tamu dengan pelayanan yang istimewa. Kedua adalah bagian outdoor, yang merupakan pemuatan vertical greenery pada kulit luar bangunan. Tujuannya untuk memberikan persepsi dan gambaran tersendiri dari tampilannya. Bank BTPN memiliki konsep utama untuk simbolnya yaitu konsep pixel (kotak-kotak). Komposisi konsep simbol, relax dan

nature membuat pihak konsultan Bank BTPN memiliki ide untuk memberikan

vertical greenery disetiap kulit luar dinding bangunan. Pembuatan prototipe dari

vertical greenery pada Bank BTPN dimulai pada tahun 2009 sampai sekarang masih terus berjalan. Lima kantor cabang yang pertama dilakukan pemasangan

vertical greenery adalah KCP Kelapa Gading dan KCP Pondok Indah untuk pemasangan vertical greeery di outdoor (kulit luar dinding bangunan), serta KCP Puri, KCP Puit, KCP Cyber 2 (Ground floor) untuk pemasangan vertical greenery

di indoor (kulit dalam dinding bangunan). Orientasi dan Batas-Batas Tapak

Terdapat 13 KCP Bank BTPN yang menjadi lokasi penelitian tersebar di wilayah DKI Jakarta. Enam KCP berada di wilayah Jakarta Barat, yaitu: KCP Gajah Mada, KCP Taman Palem, KCP Kebun Jeruk Intercon, KCP Taman Ratu, KCP Tomang, dan KCP Glodok. Tiga KCP berada di wilayah Jakarta Pusat, yaitu: KCP Tanah Abang, KCP Roxy Mas, dan KCP Pecenongan. Dua KCP berada di wilayah Jakarta Selatan, yaitu: KCP Pondok Indah dan KCP Pecenongan. Serta, terdapat dua KCP berada di wilayah Jakarta Utara, yaitu: KCP Kelapa Gading dan KCP Sunter.

Orientasi dari masing-masing gedung, disesuaikan dari arah hadap pintu masuk bangunan. KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Utara terdiri dari KCP Taman Palem, KCP Kebun Jeruk Intercon, KCP Taman Ratu, KCP Tomang, dan KCP Glodok. KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Timur terdiri dari KCP Gajah Mada, KCP Roxy Mas, dan KCP Tanah Abang. Selanjtnya, KCP Bank BTPN yang menghadap kearah Barat terdiri dari KCP Taman Ratu, KCP Pecenongan, KCP Pondok Indah, KCP Panglima Polim, KCP Kelapa Gading, dan KCP Sunter.

Batas-batas tapak pada masing-masing gedung dibagi menjadi empat bagian. Terdiri dari bagian depan gedung (arah hadap pintu masuk), bagian belakang gedung, dan bagian samping kiri dan kanan gedung. Adapun untuk penjabaran batas tapak masing-masing gedung KCP Bank BTPN terlihat pada Tabel 10.


(36)

22

Tabel 10 Batas tapak masing-masing gedung KCP Ban BTPN KCP Bank

BTPN

Arah bagian

Depan Belakang Samping kiri Samping kanan Gajah Mada Jalan raya Gedung

perkantoran

Jalan raya Gedung perkantoran Taman Palem Jalan

sekunder

Perumahan Gedung perkantoran Gedung perkantoran Kebun Jeruk Intercon Jalan sekunder Gedung perkantoran

Jalan sekunder Gedung perkantoran Taman Ratu Jalan

sekunder Gedung pertokoan Gedung perkantoran Gedung perkantoran Tomang Jalan raya Rumah

tinggal

Gedung perkantoran

Rumah tinggal Glodok Plaza Mall

Glodok Gedung pertokoan Gedung pertokoan Gedung pertokoan Roxy Mas Jalan

sekunder Jalan sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Tanah Abang Jalan raya Gedung

perkantoran

Gedung perkantoran

Jalan sekunder Pecenongan Jalan

sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Gedung perkantoran Pondok Indah Jalan raya Perumahan Gedung

perkantoran

Gedung pertokoan Panglima

Polim

Jalan raya Jalan sekunder

Gedung perkantoran

Gedung perkantoran Kelapa Gading Jalan

sekunder Gedung perkantoran Gedung perkantoran Gedung perkantoran Sunter Jalan raya Gedung

perkantoran

Gedung perkantoran

Gedung perkantoran

Sumber data: observasi lapang

Denah

Menurut data yang diperoleh dari Kantor Pusat Bank BTPN, denah Bank BTPN memiliki 2 konsep utama, tergantung pada kondisi eksisting yaitu konsep untuk gedung yang memanjang dan melebar. Dari 13 gedung yang diamati, 12 gedung memiliki konsep denah yang memanjang yang terdiri dari 3 sampai 5 lantai, terdapat satu gedung yang memiliki konsep denah yang melebar yang tidak lebih dari 3 lantai, yaitu terdapat pada Bank BTPN KCP Tomang. Dari kedua jenis kategori denah gedung, hal yang mendasarinya adalah kondisi gedung tersebut saat awal disewa (kondisi eksisting gedung). Gambar 6 dan 7 merupakan denah KCP gedung Bank BTPN yang memiliki konsep memanjang. Gambar 6 merupakan denah untuk lantai 1 dan lantai 2, sedangakan Gambar 7 merupakan lantai 3 dan 4 dengan denah konsep memanjang. Terdapat 3 KCP yang memiliki

vertical greenery pada sisi samping, akan tetapi pada denah dibawah ini hanya menggambarkan untuk KCP Bank BTPN yang memasang vertical greenery pada bagian depan.


(37)

23

Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN

Gambar 6 Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep memanjang

Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN

Gambar 7 Denah lantai 3 dan 4 pada KCP Bank BTPN dengan konsep memanjang


(38)

24

Gambar 8 merupakan gambar denah KCP gedung Bank BTPN yang memiliki konsep melebar, yaitu Bank BTPN KCP Tomang dan hanya terdiri dari 2 lantai. KCP ini memasang vertical greenery pada dua sisi gedung yaitu bagian depan dan bagian samping. Adapun penjelasan dapat tergambarkan secara umum pada gambar denah di bawah ini.

Intensitas Pengguna

Intensitas pengguna tebagi menjadi dua bagian. Pertama adalah intensitas pengguna di dalam gedung. Kedua adalah intensitas pengguna yang berada di luar/sekitar gedung. Pengguna dalam gedung, secara keseluruhan memiliki intensitas dan aktivitas yang relatif sama. Serta memiliki konsep interior yang mengutamakan kenyamanan dari nasabah. Sehingga untuk 13 gedung tersebut intensitas di dalam gedung hampir sama yaitu, relatif sepi dan lengang. Adapun aktivitas yang dilakukan di dalam gedung diantaranya adalah duduk, mengobrol, bekerja di depan komputer, dan bersih-bersih oleh cleaning service.

Intensitas pengguna yang berada di luar/sekitar masing-masing gedung berbeda-beda. Hal ini tergantung pada letak dan kondisi lingkungan sosial sekitar gedung eksisting. Pada Tabel 11 menjabarkan untuk intensitas, aktivitas, dan waktu dari 13 gedung KCP Bank BTPN. Untuk intensitas pengguna sekitar

Sumber: Kantor Pusat Bank BTPN

Gambar 8 Denah lantai 1 dan 2 pada KCP Bank BTPN dengan konsep melebar Skala: Tanpa Skala


(39)

25 gedung, pada tabel akan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: ramai, cukup ramai, dan sepi.

Tabel 11 Waktu, intensitas, dan aktivitas pengguna di luar/sekitar gedung KCP Bank BTPN

KCP Bank

BTPN Waktu

Intensitas

Aktivitas Ramai Cukup ramai Sepi

Gajah Mada

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Taman Palem

Pagi X

Berjalan, berjualan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Kb.Jrk.Intercon

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Taman Ratu

Pagi X

Berjalan, berjualan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Tomang

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Glodok

Pagi X Berjalan, kendaraan

bermotort, kegiatan jual-beli (pasar)

Siang X

Sore X

Roxy Mas

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Tanah Abang

Pagi X Berjalan, kendaraan

bermotort, kegiatan jual-beli (pasar)

Siang X

Sore X

Pecenongan

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Pondok Indah

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Panglima Polim

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Kelapa Gading

Pagi X

Berjalan, memarkirkan kendaraan

Siang X

Sore X

Sunter

Pagi X

Berjalan, kendaraan bermotor

Siang X

Sore X

Sumber data: observasi lapang

Dimensi Bangunan dan Jumlah Penggunaan AC

Penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti jumlahnya tergantung dari luas keseluruhan dari gedung tersebut. Tabel 12 menunjukkan


(40)

26

dimensi gedung, jumlah lantai sampai dengan jumlah penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti. Untuk penggunaan AC, jumlah yang dicantumkan adalah jumlah AC yang aktif digunakan setiap harinya saat gedung dipakai untuk beraktifitas.

Tabel 12 Dimensi, jumlah lantai, luas dan jumlah penggunaan AC pada gedung KCP Bank BTPN yang diteliti

No Gedug KCP Dimensi

gedung (m)

Σ Lantai gedung

Luas gedung (m²)

Σ AC (unit)

1 Gajah Mada 6 x 26 x 13 4 lantai 8 112 14

2 Tmn Palem 8 x 12 x 20 3 lantai 5 760 14

3 Kbn. Jrk. Intercon 8 x 15 x 20 3 lantai 7 200 14

4 Tmn. Ratu 8 x 12 x 13 3 lantai 3 744 12

5 Tomang 10 x 10 x 12 2 lantai 2 400 11

6 Glodok 10 x 12 x 24 5 lantai 14 400 16

7 Roxy Mas 5 x 15 x 25 5 lantai 9 375 15

8 Tnh. Abang 8 x 15 x 20 3 lantai 7 200 14

9 Pecenongan 10 x 13 x 26 5 lantai 16 900 18

10 Pndk. Indah 6 x 10 x 20 3 lantai 3 600 14

11 Pgl. Polim 9 x 15 x 15 4 lantai 5 400 14

12 Klp. Gading 10 x 15 x 20 3 lantai 9 000 15

13 Sunter 10 x 10 x 15 3 lantai 4 500 14

Sumber data: observasi lapang

Pola Desain Vertical Greenery

Pola desain yang diterapkan untuk vertical greenery pada masing-masing gedung memiliki satu konsep, yaitu konsep pixel. Konsep ini teraplikasikan pada bentuk struktur penyangga dari vertical greenery, yaitu berbentuk kotak-kotak kecil. Konsep pixel (kotak-kotak) merupakan konsep dasar dari BankBTPN. Kotak-kotak kecil ini berukuran 50 cm x 50 cm dengan jumlahnya disesuaikan dengan luas vertical greenery pada masing-masing gedung.

Kelompok pemasangan vertical greenery di gedung KCP Bank BTPN dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pemasangan vertical greenery

pada bagian dinding kulit luar bangunan. Bagian kedua adalah pemasangan

vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam bangunan. Untuk jenis vegetasi, dikategorikan berdasarkan kelompok bagian pemasangan vertical greenery.

Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan menggunakan tanaman menggantung. Sedangkan, pemasangan vertical greenery

pada bagian dinding kulit dalam bangunan mengunakan tanaman merambat. Pada penelitian ini, hanya mengkaji pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar banguan.

Bentukan pola dari sistem pemasangan vertical greenery dibagi menjadi dua pola, yaitu vertikal dan horisontal. Penempatan sistem pola pemasangan disesuaikan pada kondisi eksisting masing-masing gedung. Pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit luar bangunan menggunakan pola vertikal dan horisontal. Sedangkan, untuk pemasangan vertical greenery pada bagian dinding kulit dalam bangunan menggunakan bentukan horisontal. Dari 13 KCP Bank BTPN yang diteliti, terdapat satu KCP untuk pemasangan vertical greenery


(1)

77

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa vertical greenery mampu memberikan pengaruh yang nyata untuk kualitas iklim mikro yang dihasilkan yaitu dengan penurunan suhu dan meningkatkan kelembaban. Rata-rata penurunan suhu dari keseluruhan adalah 2.7°C pada pagi hari, 2.95°C siang hari dan 1.775°C untuk sore hari. Sedangkan untuk peningkatan kelembabab yang dihasilkan dari pemasangan vertical greenery rata-rata keseluruhan untuk pagi hari adalah 6.20, siang hari adalah 7.61 dan sore hari adalah 6.87. untuk faktor yang mempengaruhinya, pemasangan vertical greenery pada dua sisi dan kerapatan vegetasi memiliki pengaruh yang nyata untuk penurunan suhu dan peningkatan kelembaban. Pemasangan vertical greenery pada dua sisi (depan dan samping bangunan) 100% menurunkan suhu ≥ 5°C dalam satu harinya. Serta, pemasangan vertical greenery dua sisi 84.6% meningkatkan kelembaban ≥ 10%. Kerapatan vegetasi 76 sampai 100% menurunkan suhu ≥ 5°C sebesar 85.7% dan meningkatkan kelembaban ≥ 10% dalam satu harinya.

Selanjutnya untuk nilai estetika dari vertical greenery bepengaruh besar pada kerapatan vegetasi yang digunakan dan warna daun yang dihasilkan. Pada masing-masing aspek pada hakikatnya memiliki faktor yang mempengaruhi saling berkaitan. Seperti lingkungan sekitar, intensitas aktivitas dan jenis vegetasi yang digunakan untuk vertical greenery serta pemeliharaan. Intensitas perawatan memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas warna daun dan kerapatan vegetasi yang dihasilkan. Intensitas perawatan satu minggu satu kali, sebesar 85.7% memberikan warna daun hijau tua (lee kwan yew) dan kerapatan vegetasi 76 sampai 100%.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya terkait vertical greenery dapat menggunakan tipe vertical greenery yang berbeda-beda berdasarkan pada pola penanaman dan jenis vegetasi yang digunakan. Agar manfaat yang dihasilkan dapat terdeteksi lebih beragam dari pemasangan vertical greenery digedung perkotaan. Untuk metode penelitian, diperlukan peletakan alat diberbagai jarak disetelah pemasangan vertical greenery. Serta diperlukannya pengulangan hari untuk tiap-tiap pengukuran dalam satu lokasi, agar diperoleh data dengan keberagaman perlakuan waktu. Sedangkan saran untuk lokasi penelitian (Bank BTPN) untuk vertical greenery yang telah dipasang, dilakukan pemantauan secara intensif minimal dalam satu bulan dua kali. Agar masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan dari tanaman, dapat diketahui langsung.


(2)

78

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto A, Frick H, Darmawan AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta (ID). Kanisius.

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi Investasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. http://jakarta.bkpm.go.id/. Jakarta. (4 Febuari 2014)

Badan Pusat Statistik. 2013. Jakarta dalam Angka 2013. http://jakarta.bps.go.id/. Jakarta. (4 Febuari 2014).

Bahtiar ET. 2000. Penyusunan Model Penduga Kekuatan Kayu Konstruksi dalam Format ASD (Allowable Stress Design) dan LRFD (Load and Resistance Factor Design) untuk Pemilahan Sistem Panter [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Brown RD, Gillespie TJ. 1995. Microclimate Landscape Design, Creating Thermal Comfort and Energy Efficiency. Canada: John Wiley & Sons Inc. Budihardjo E. 2005. Tata Ruang Perkotaan. Bandung (ID). PT Alumni.

Daniel TC, Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Methode. New Jersey: USDA

Foster HD.1982.Environmental Aesthetics. Canada: Victoria Univ. Pr.

Frick H, Ardiyanto A, Darmawan AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan: Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembapan, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi, dan Kebakaran. Semarang (ID). Kanisius

Grey GW, Frederick JD. 1985. Urban Forestry. NewYork: John Wiley and Sons Inc.

Hien WN, Tan AYK, Chen Y, Sekar K, Yok TP, Chan D, Chiang K, Chung WN. 2010. Thermal Evaluation of Vertical Greenery Systems for Building Walls. Building and Environment. 45(3): 663-672.

Ismaun I, Joga N. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta (ID). PT Gramedia Pustaka Utama.

Lestari G, Ira PK. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Ling CZ, GhaffarianHoseini A. 2012. Greenscaping Buildings: Amplification of

Vertical Greening Towards Approaching Sustainable Urban Structures. CSABE. 2: 13-22.

Nassar JL. 1988. Environmental Aesthetic. NewYork: Cambrigde Univ Pr.

Noviandi TUZ. 2011.DesainTaman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul City, Bogor. Skripsi. Bogor. IPB: Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.

Peck SW and Chris C. 1999. Benefit, Barries and Opportunities Diffusion. Kanada. Canada Mortgage and Houseing Corporation.


(3)

79 Satwiko P. 2009. Fisika bangunan. Yogyakarta (ID). Andi.

Savitri. 1999. Pengaruh Tirai Tanaman Passiflora Coccinea terhadap Penurunan Suhu dalam Ruang. Skripsi. Bogor. IPB: Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Serlan WD. 2013. Kajian Eco-Aesthetic Green Panel pada Bangunan Rumah Tinggal. Tesis. Bogor. IPB: Jurusan Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.

Sheweka SM, Mohamed ANM. 2012. Green Facased asa New Sustainable Approach Towards Climate Change. Energy Procedia 18: 507-520

Sujayanto G. 2011 Novenber. 100 Ide Aplikasi Vertical Garden Outdoor & Indoor. Kompas Gramedia. 122(1):10(kol 10-14)

Thompson W, Sorvig K, with drawing by Craig D Fransworth, ASLA. 2008. Sustainable Landscape Construction: A Guide to Green Building Outdoor. Wahington (USA). Island Press

Tan A, Chiang K. 2009. Vertical Greenery for the Tropics. Singapore: NParks and BCA.

Utami FNH, Kaswanto, Hadi AA. 2008. Penerapan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan melalui Konstruksi Green Panel sebagai Alternatif Peningkatan Kenyamanan dalam Ruang. JIPI. 13(3): 204-212.


(4)

80

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Kuesioner Pengguna Gedung di sekitar dan/atau Dalam Gedung Bank BTPN

Saya adalah mahasiswa semester akhir dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang menyusun skripsi yang berjudul Kajian Manfaat Vertical Greenery pada Gedung Pelayanan Masyarakat di DKI Jakarta (Studi Kasus pada Bank BTPN).

Kuesioner ini merupakan instrumen yang saya gunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengguna gedung Bank BTPN yang telah dipasang vertical greenery, baik pengguna dari dalam gedung ataupun sekitar gedung. Hasil dari kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

No. Responden: Tanggal:

IDENTITAS PENGUNJUNG

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Asal :

Pendidikan terakhir : a. SMP c. Diploma

b. SMA/SMK d. Sarjana/Pascasarjana Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar e. Pegawai Negeri

b. Ibu RT f. ABRI

c. Wiraswasta g. Pensiunan d. Pegawai swasta h. Lainnya... *) Dapat memilih lebih dari satu jawaban

1. Seberapa seringkah Anda melewati gedung ini ?

a. Sering (setiap hari) c. Sangat Jarang (seminggu < 3 kali) b. Jarang (seminggu > 3 kali)

2. Bagaimana kesan Anda saat pertama kali melihat desain vertical greenery di gedung ini ?

a. Sangat menarik c. Tidak Menarik

b. Menarik d. Sangat tidak Menarik

3. Menurut Anda, bagaimana kondisi tanaman vertical greenery pada gedung ini sekarang ?


(5)

81

4. Apakah Anda merasa nyaman dengan adanya vertical greenery pada gedung ini?

a. Ya b. Tidak

Alasannya...

5. Apakah tanaman yang dipilih pada vertical greenery pada gedung ini telah sesuai ?

a. Ya b. Tidak

Jika Tidak, bagaimana seharusnya menurut Anda... 6. Apakah menurut Anda penggunaan vertical greenery sesuai untuk dipasang

pada gedung ini ?

a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai

b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

7. Menurut Anda, apakah gedung yang telah dipasang vertical greenery pada Bank BTPN ini memiliki nilai visual yang bagus atau buruk? ...

Alasannya ... 8. Apakah ada manfaat yang Anda rasakan, dari pemasangan vertical greenery

pada gedung ini

a. Ya b. Tidak

Alasannya... 9. Jika Ya, manakah manfaat paling utama yang dapat dirasakan untuk

pemasangan vertical greenery pada gedung ini ?

a. Sejuk c. Mudah dikenali dari jauh

b. Indah/Asri d. Lainnya (...) 10. Bagaimana pendapat Anda, agar kualitas keindahan dan kenyamanan dari pemasangan vertical greenery pada gedung ini dapat maksimal ... ... ... ... ... ...


(6)

82

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yozi Fitri Yeni, dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 22 Maret 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Amirrudin dan Armayenti.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kota Jambi pada tahun 2003 hingga tahun 2006. Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan di SMA I Barunawati di Jakarta pada tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Penulis pernah menjadi asisten mahasiswa untuk mata kuliah Kontruksi Bangunan Taman, Proyek Studio, serta Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya pada tahun ajaran 2013.