Sudut kemiringan model kapal Ө

adalah sejumlah volume air, maka dinding model palka yang terhempas pun adalah berupa luasan. Perbedaan besarnya sudut θ yang terjadi pada perlakuan A 1 , A 2 , A 3 dan A 4 disebabkan karena volume air yang tumpah atau menumbuk dinding model sub palka. Volume berbanding lurus dengan tinggi dan luas bidang. Dalam kasus pergerakan free surface di dalam sub model palka yang dikaji, ketinggian muatan cairnya adalah sama untuk di setiap perlakuan. Perbedaan terjadi pada luas free surface pada keempat perlakuan sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Luas free surface pada model sub palka A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 masing-masing adalah sebanyak 383,5; 191,8; 91,0; dan 63,7 cm 3 . Disini terlihat bahwa free surface di dalam sub model palka pada perlakuan A 1 memiliki luas yang lebih besar. Adapun luas free surface untuk perlakuan A 2 , A 3 , dan A 4 masing-masing adalah setengah 12, seperempat 14 dan seperenam 16 dari luas free surface pada perlakuan A 1 . Semakin besar luas free surface dari muatan cair, maka pada saat model kapal oleng, volume air yang bergeserpun lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap sudut kemiringan free surface antar perlakuan A 1 vs A 2 nilai P-value sebesar 0,001 Lampiran 2; A 1 vs A 3 nilai P-value sebesar 0,001 Lampiran 3; A 1 vs A 4 nilai P-value sebesar 0,0005 Lampiran 4; A 2 vs A 3 nilai P-value sebesar 0,01 Lampiran 5; A 2 vs A 4 nilai P-value sebesar 0,04 Lampiran 6; dan A 3 vs A 4 nilai P-value sebesar 0,04 Lampiran 7; diketahui bahwa nilai P- value semua pengujian lebih kecil dari 0,05 P-value 0,05. Artinya adalah nilai sudut kemiringan free surface antar perlakuan berbeda nyata. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa luas free surface mempengaruhi besar-kecilnya nilai sudut kemiringan free surface.

4.2.2 Sudut kemiringan model kapal Ө

m Sudut kemiringan model kapal adalah sudut yang terbentuk dari kemiringan model kapal saat terjadi gerak rolling terhadap posisi model kapal yang masih dalam keadaan tegak. Berikut disajikan perubahan sudut kemiringan model kapal yang terjadi selama terjadi selama model kapal melakukan gerakan rolling pada masing-masing perlakuan Gambar 16. Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 16 Sudut kemiringan model kapal Gambar 16 menunjukan bahwa selama model kapal melakukan gerakan rolling sampai kembali ke posisi tegak, sudut kemiringan yang terjadi pada model kapal semakin kecil. Fenomena ini terjadi baik pada model kapal A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 . Perubahan besarnya sudut kemiringan model kapal berbanding lurus dengan perubahan besarnya sudut kemiringan permukaan air, dimana faktor yang mempengaruhinya adalah gerakan rolling yang semakin kecil. Gambar 16 juga menunjukan bahwa selama terjadi gerakan rolling model kapal, perlakuan A 1 memiliki nilai sudut kemiringan model kapal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2 , A 3 , dan A 4 . Pada perlakuan A 1 , memiliki luas free surface yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2 , A 3 , dan A 4 . Demikian pula perlakuan A 2 lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 3 dan perlakuan A 3 lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 4. Pada saat kapal mulai oleng, maka free surface yaitu permukaan atas yang berada dilapisan atas akan bergerak terlebih dahulu ke arah olengnya kapal. Barulah kemudian diikuti dengan lapisan air dibawahnya dan seterusnya. Semakin besar free surface, maka semakin besar pula volume air yang -30 -20 -10 10 20 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S ud ut K em ir inga n Oleng ke- A1 A2 A3 A4 dipindahkan sesaat kapal mulai oleng. Volume air yang menimpa ke satu dinding model palka akan berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan pada dinding model palka yang ditimpakannya. Untuk selanjutnya, tekanan yang besar pada dinding model palka pada akhirnya dapat menahan gerakan oleng balik kapal. Bahkan apabila tekanan yang disebabkan oleh volume air yang menimpa dinding model palka sangat besar, maka keolengan kapal akan semakin bertambah besar. Fenomena inilah yang diperkirakan sebagai penyebab perlakuan A 1 menghasilkan sudut oleng kapal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2 , A 3 , dan A 4 . Tekanan pada dinding model palka, menurut Lee 2005 , merupakan dampak dari sloshing. Perbandingan antara sudut kemiringan permukaan air dengan kemiringan model kapal, walaupun tidak berbeda secara signifikan akan tetapi menunjukan perbedaan diantaranya. Perbandingan antara kedua sudut tersebut disajikan pada Gambar 17. Pada Gambar 17 terlihat bahwa sudut kemiringan permukaan air lebih besar jika dibandingkan dengan sudut kemiringan model kapal. Perbedaan besarnya sudut pada kedua sudut tersebut Ө fs dan Ө m , semakin mengecil mulai dari perlakuan A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 . Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 17 Sudut kemiringan model kapal dan model palka -30 -20 -10 10 20 30 5 10 15 20 A1 -30 -20 -10 10 20 30 5 10 15 20 A2 -30 -25 -20 -15 -10 -5 5 10 15 20 25 5 10 15 20 A3 -25 -20 -15 -10 -5 5 10 15 20 5 10 15 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 18 Rolling period model kapal pada perlakuan berbeda

4.3 Rolling Period