29 b. Langkah pelaksanaan latihan
Ketika latihan dilaksanakan perlu adanya dorongan atau motivasi dari guru agar siswa mampu
melakukan sendiri, dan bukan malah menyuruh orang lain. Serta dianjurkan agar siswa mengingat apa yang
telah dikerjakan. c. Fase mempertanggungjawabkan latihan
Fase ini berisi refleksi dari apa yang telah dipelajari, serta kendala apa saja yang ditemui siswa dalam proses pelaksanaan keterampilan
membuat batako, hingga didapat solusi untuk mengatasi kendala tersebut agar kemampuan siswa membuat batako meningkat.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian terkait penerapan metode drill untuk meningkatkan
kemampuan siswa tunagrahita kategori sedang salah satunya adalah penelitian yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Mencuci Rambut Dengan Metode
Drill Bagi Tunagrahita Kategori Sedang Kelas II di SLB Suta Wijaya Gunung Kidul. Hasil penelitian tersebut terbukti metode drill dapat meningkatkan
keterampilan mencuci rambut. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan membuat batako Melalui Metode Drill Bagi Tunagrahita Kategori Sedang Kelas VIII SMPLB C1 di SLB N 1 Sleman”
terletak antara lain pada: 1. Perbedaan variabel terikat yakni peningkatan keterampilan mencuci
rambut dan peningkatan keterampilan membuat batako.
30 2. Subjek penelitian sama yaitu tunagrahita kategori sedang namun kelas
antara kedua penelitian tersebut berbeda. 3. Tempat penelitian berbeda yaitu di SLB Suta Wijaya Gunung Kidul dan
SLB N 1 Sleman.
E. Kerangka Berfikir
Tunagrahita kategori sedang memiliki hambatan pada kemampuan berfikir, hal tersebut dikarenakan masalah yang terjadi di otak. Sehingga
berdampak pada rendahnya kemampuan seperti intelektual, sosial, emosi, dan kemampuan lainnya. Penanganan dan layanan khusus diperlukan dalam
mengembangkan potensi
tunagrahita kategori
sedang agar
dapat memaksimalkan potensi yang ada. Salah satu pengembangan bagi tunagrahita
kategori sedang yaitu pada pembelajaran keterampilan untuk memperoleh kemampuan dan keahlian di bidang tertentu. Pembelajaran keterampilan
bermacam macam, salah satunya adalah keterampilan membuat batako yang dapat digunakan untuk kemandirian tunagrahita kategori sedang setelah
menyelesaikan sekolah. Hambatan
yang dialami tunagrahita kategori
sedang dalam pembelajaran keterampilan membuat batako menjadi alasan peneliti untuk
meningkatkan keterampilan membuat batako melalui suatu penelitian. Metode drill dipilih dari sekian banyak metode, karena keunggulan metode tersebut
yakni sangat cocok dalam pembelajaran keterampilan. Penerapan metode drill dilakukan dengan latihan yang diulang-ulang hingga seluruh keterampilan
dapat dikuasai dengan baik. Prinsip tersebut tepat diterapkan pada tunagrahita
31 kategori sedang yang memang membutuhkan pengulangan dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Melalui metode tersebut, diharapkan kemampuan keterampilan membuat batako siswa tunagrahita kategori sedang
dapat meningkat.
Alur berfikir dapat disederhanakan dalam suatu bagan berikut ini.
Gambar 1. Kerangka Pikir
F. Hipotesis Tindakan