71 Data skor pada tabel dan grafik tersebut menjelaskan bahwa hasil
pra tindakan kemampuan keterampilan membuat batako yang dimiliki ASH rendah, kemudian dilaksanakan tindakan melalui metode drill dan
nampak terjadi peningkatan pada nilai pasca tindakan I yakni sebesar 75. Setelah melalui perhitungan dapat diketahui bahwa peningkatan yang
terjadi sebanyak 20. Walaupun telah terjadi peningkatan, namun nilai yang diperoleh
siswa belum mencapai KKM, sehingga peneliti
melaksanakan tindakan lanjutan siklus II.
E. Deskripsi Data Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
1. Rencana Tindakan Siklus II Peneliti pada tahap ini memutuskan untuk memberikan tindakan
siklus II, karena beberapa pertimbangan antara lain capaian siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditentukan sekolah.
Selain itu dirasa pembelajaran masih belum optimal. Sebagai contoh dalam kegiatan mencampur bahan dan membuat adonan, siswa sama
belum menguasai, sehingga pengulangan-pengulangan akan dilakukan, serta adanya penekanan pada pembuatan adonan batako.
Rencana tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan tindakan siklus I, yakni turut melibatkan guru kelas. Namun pengawasan
dilakukan secara penuh, maksudnya adalah guru kelas mengawasi siswa dari kegiatan dari pembelajaran dimulai hingga pembelajaran berakhir.
Karena kemauan siswa untuk mengikuti pembelajaran sangat rendah dan mencegah supaya siswa tidak mencari kesibukan lainnya yang tidak
72 penting. Adapun pelaksanaan pembelajaran yakni dilakukan pengulangan-
pengulangan. Penekanan tindakan siklus II akan diarahkan pada kegiatan membuat adonan dan menentukan keakasan. Perencanaan siklus II dapat
dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: a. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah
dibuat pada siklus I. b. Mempersiapkan lembar tes dan observasi untuk melihat peningkatan
keterampilan membuat batako dan mengamati partisipasi belajar siswa.
c. Menentukan penekanan materi yang diajarkan kepada siswa. d. Berdiskusi dengan guru keterampilan dan guru kelas untuk terus
memotivasi siswa dan mengawasi jalannya pelaksanaan metode drill untuk meningkatkan keterampilan membuat batako.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali,
dengan rincian 1 kali tindakan dan 1 kali pasca tindakan II. Uraian kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama 1 Kegiatan awal atau persiapan
a Pengkondisian siswa untuk belajar. b Guru mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa
bersama untuk membuka kegiatan.
73 c Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. d Siswa diberi penjelasan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu membuat batako. e Guru memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa agar
aktif dalam pembelajaran keterampilan membuat batako. f Guru meminta siswa menyiapkan alat dan bahan untuk
membuat batako. g Siswa memperhatikan alat dan bahan apa saja yang
dibutuhkan untuk membuat batako. h Guru menunjuk nama alat atau bahan kemudian siswa
mengambil benda yang dimaksud. i Guru melakukan pengulangan yang diperlukan agar siswa
semakin mengingat berbagai alat dan bahan. 2 Kegiatan inti
a Guru meminta siswa mengambil ember dan gerobak kecil, kemudian menyiapkan alat tersebut di dekat bak pasir.
b Siswa diberi kesempatan mengambil pasir sebanyak 12
ember kemudian dimasukkan ke dalam gerobak kecil, ketika siswa mengambil pasir guru dan siswa menghitung bersama
dari 1 hingga 12. c Guru memberi contoh memindahkan pasir di tempat yang
telah ditentukan, kemudian siswa mengikuti contoh guru
74 untuk memindahkan pasir tersebut ke tempat yang telah
dipersiapkan. d Guru meminta siswa mengambil ember dan serok.
e Siswa diminta untuk menuangkan semen 1 ember di atas pasir.
f Guru memberi contoh mencampur pasir dan semen. Kemudian siswa diberi kesempatan melanjutkan kegiatan
mencampur pasir dan semen hingga merata. g Guru meminta siswa mengambil sekop, kemudian guru
memberi contoh cara membuat gundukan. h Siswa diberi kesempatan untuk membentuk gundukan bahan
tersebut seperti sebuah gunung. Kemudian guru memberi contoh membuat cekungan pada gundukan bahan.
i Siswa mengisi cekungan bahan dengan air, kemudian diaduk menggunakan sekop.
j Sambil bahan diaduk, siswa diberi kesempatan mengecek ketepatan campuran bahan hingga bahan menjadi ulet dibantu
dengan guru hingga tercipta ketepatan campuran yang diinginkan.
k Guru meminta siswa mengambil sekop, kemudian siswa memulai pencetakan yakni dengan memindahkan bahan ke
mesin pencetak.
75 l Siswa menyalakan mesin kemudian tunggu beberapa saat
hingga batako tercetak dengan baik. m Siswa mengeluarkan batako dari mesin pencetak kemudian
didiamkan beberapa hari di tempat yang telah dipersiapkan 3
Kegiatan penutup a Guru meminta siswa untuk membereskan alat yang telah
digunakan ke ruang penyimpanan alat. b Guru meminta siswa untuk membersihkan tempat yang telah
digunakan untuk membuat batako dengan menggunakan semprotan dan sapu lidi.
c Guru menjelaskan kendala-kendala yang nampak dihadapi oleh siswa, kemudian membuat kesimpulan tentang materi
yang dipelajari. d Guru memberikan nasihat agar siswa selalu memperhatikan
dan jangan malas ketika pelaksanaan keterampilan membuat batako.
e Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan membuat batako.
b. Pertemuan II Pertemuan II dilakukan pada hari kamis, 7 April 2015.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada pertemuan II adalah melaksanakan pasca tindakan II. Hal tersebut untuk mengukur
keterampilan siswa setelah diberikan tindakan melalui metode drill.
76 Tes yang digunakan sama seperti pasca tindakan pada siklus I yaitu
dengan menggunakan tes unjuk kerja keterampilan membuat batako untuk melihat penguasaan keterampilan membuat batako bagi
tunagrahita kategori sedang kelas VIII SMPLB C1. 3. Observasi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan observasi dilakukan untuk melihat partisispasi belajar siswa yang terjadi pada siklus II. Berikut ini akan diuraikan data observasi
tersebut yang disajikan dalam suatu tabel sebagai berikut: Tabel 13. Data Hasil Observasi Partisipasi Belajar Siswa Siklus II.
Nama HariTanggal
Skor Partisipasi
Skor Maksimal
Keterangan
ASH Kamis, 1032016
73,75 100
Baik Kamis, 1732016
78, 75 Baik
Berdasarkan skor partisipasi siswa dalam pembelajaran tersebut, nampak bahwa adanya suatu peningkatan partisipasi belajara ASH selama
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat batako siklus II berlangsung. Nampak pada pertemuan I skor partisipasi meningkat
menjadi 73,75, dibandingkan pada skor partisipasi belajar terkhir yang diukur pada siklus I. Kemudian pada pertemuan kedua terjadi peningkatan
partisipasi belajar menjadi 78,75. Peningkatan secara signifikan tersebut menjadi salah satu indikator peningkatan keterampilan membuat batako
yang dialami siswa. Hasil observasi partisipasi belajar pertemuan pertama pada siklus II
skor partisipasi yang diperoleh yaitu sebesar 73,75. Ketika diamati pada
77 pertemuan tersebut nampak
bertambahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut ditandai dengan siswa mengikuti kegiatan pada
berdoa, memperhatikan guru dalam arahan pembelajaran, memindahkan bahan ke dalam mesin, meratakan bahan di mesin, dan mencetak batako,
siswa tidak mendapat instruksi maupun bantuan. Kemudian pada pada kegiatan yang lain seperti: memperhatikan mengenai pembelajaran yang
akan dilakukan, memindahkan pasir ke ember, membuat cekungan, mengeluarkan batako, menjemur batako, dan membersihkan alat dan
tempat, nampak siswa masih memerlukan instruksi dari guru keterampilan. Selanjutnya pada sisa kegiatan lain siswa masih memerlukan bantuan
langsung dari guru. Peningkatan partisipasi siswa dalam keterampilan membuat batako tentunya tidak terlepas dari usaha guru keterampilan dan
guru kelas, karena pada pertemuan pertama pada siklus II, guru kelas dilibatkan untuk mengawasi dan memotivasi siswa untuk belajar. Motivasi
yang dilakukan oleh guru antara lain mengucapkan candaa dengan kata- kata dalam bahasa jawa dalam bahasa indonesia artinya “ayo ASH jangan
diam saja, ASH itu pak W nama inisial diperhatikan, jangan pergi kalau pembelajaran belum selesai”.
Pelaksanaan keterampialan membuat batako pada pertemuan dua dilaksanakan tes unjuk kerja keterampilan membuat batako untuk melihat
capaian peningkatan siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hasil Observasi partisipasi belajar pada pertemuan kedua di siklus II
menunjukkan peningkatan keaktifan siswa yang dibuktikan dengan skor
78 partisipasi belajar sebesar 78,75. Dari hasil pasca tindakan siklus dua
nampak siswa lebih aktif yaitu pada kegiatan berdoa, memperhatikan arahan guru pada tujuan dan penjelasan yang akan dilakukan,
memindahkan adonan ke mesin pencetak, mencetak dengan mesin, mengeluarkan batako dari mesin, menjemur batako, dan berdoa setelah
kegiatan selesai, pada sebagian besar kegiatan tersebut siswa dapat melaksanakan atau mengikuti tanpa instruksi dari guru keterampilan.
4. Refleksi Tindakan Siklus II Refleksi yang dilakukan peneliti pada siklus II sama seperti pada
siklus I yakni dengan melibatkan guru kelas, agar siswa dapat dikondisikan dengan baik. Perbedaan siklus II dengan siklus I yakni guru
kelas lebih sering mengawasi siswa serta terdapat penekanan pada pembuatan adonan batako, karena nampak kemampuan anak pada
kegiatan tersebut masih belum menunjukkan suatu peningkatan. Berikut ini akan disajikan hasil peningkatan nilai pasca tindakan II
melalui tabel sebagai berikut: Tabel 14. Hasil Pasca tindakan Siklus II.
No Nama
Skor Pasca tindakan II KKM
Keterangan 1
ASH 82,5
80 Tuntas
Berdasarkan tabel tersebut nampak keterampilan membuat batako pada siklus II meningkat menjadi 82,5, sehingga kemampuan keterampilan
membuat batako yang dimiliki ASH sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan
79 Minimal KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 80. Berikut ini hasil
refleksi pada siklus II yang dijabarkan sebagai berikut: a. Siswa menjadi lebih aktif dalam keterampilan membuat batako.
b. Siswa menjadi lebih mandiri dalam melakukan kegiatan keterampilan membuat batako.
c. Siswa lebih memperhatikan dan melaksanakan setiap instruksi guru. 5. Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti
dengan melihat tes keterampilan membuat batako dan observasi belajar siswa. Keterampilan
membuat batako bagi tunagrahita kategori sedang pada Pasca tindakan II meningkat dibandingkan pasca tindakan I, demikian pula pada partisipasi
belajar. Berikut ini perhitungan peningkatan akhir yang akan dihitung
dengan bantuan rumus sebagai berikut: Peningkatan: Nilai pasca tindakan akhir – Nilai pra tindakan
Maka: Peningkatan = 82,5 – 55 = 27,5
Peningkatan keterampilan membuat batako melalui metode drill bagi tunagrahita kategori sedang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 15. Data Hasil Pra tindakan, Pasca tindakan I, dan Pasca
tindakan II. No
Nama Nilai Pra
tindakan Hasil Pasca
tindakan I Hasil Pasca
tindakan II Peningkat
an Nilai
Ket Nilai
Ket 1
ASH 55
75 Tidak
tuntas 82,5
Tuntas 27,5
80 Gambaran lain hasil peningkatan keterampilan membuat batako
antara pra tindakan, pasca tindakan I, dan pasca tindakan II dapat dilihat melalui penyajian pada grafik berikut:
Gambar 4. Grafik Peningkatan Keterampilan membuat batako Pra tindakan, Pasca tindakan I, dan Pasca tindakan II.
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut menunjukkan peningkatan yang dialami ASH dari pra tindakan, pasca tindakan I, dan pasca tindakan
II. Dapat dilihat bahwa nilai pra tindakan sebesar 55, sedangkan nilai pasca tindakan I yakni 75. Hal tersebut berarti terjadi kenaikan sebesar
20 sementara pada siklus II juga meningkat dari nilai pasca tindakan I sebesar 75 menjadi 82,5, yang berarti peningkatan yang terjadi sebesar
7,5. Sehingga peningkatan dari pra tindakan hingga pasca tindakan II yaitu sebesar 27,5.
Peningkatan tersebut terjadi karena selama proses pembelajaran keterampilan membuat batako
nampak keaktifan siswa dalam
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pra tindakan Pasca tindakan I
Pasca tindakan II Pra tindakan
Pasca tindakan I Pasca tindakan II
81 pembelajaran dikarenakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
mendorong siswa, mengarahkan, memberi pancingan-pancingan serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Selain itu guru telah
memahami tentang metode drill beserta penerapannya setelah berdiskusi dengan peneliti.
F. Uji Hipotesis