90
BAB V PEMBAHASAN
5.1 POTENSI BAHAYA
Setiap proses produksi, peralatan atau mesin, dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya
tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan menyebabkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat
berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau juga berasal dari luar proses kerja Tarwaka, 2014:16. Menurut A. M.
Sugeng Budiono 2003:210, potensi bahaya atau
hazard
merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, lingkungan, maupun manusia. Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data dari hasil
identifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi di bagian produksi PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabuapten Tegal, langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis
dan pembahasan. Analisis dilakukan untuk mengetahui upaya pengendalian apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya yang ada.Temuan potensi
bahaya tersebut kemudian digolongkan menjadi 5 sumber bahaya, yaitu: bahaya mekanik, bahaya listrik, bahaya fisik, bahaya kimiawi, dan bahaya ergonomi.
5.1.1 Bahaya Mekanik
Bahaya mekanik merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara
manual atau dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda,
press
, tempa, pengaduk,
91
dan lain-lain Soehatman Ramli, 2010:66. Pada setiap tahapan proses produksi di PT. Gemilang Lestari Teknindo menggunakan mesin-mesin mekanik yang
dioperasikan menggunakan energi listrik dan manusia sebagai penggeraknya. Berikut jenis potensi bahaya mekanik yang terdapat di bagain produksi
PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal, yaitu:
5.1.1.1 Tersandung
Menurut
International Labour Organization
ILO dalam Tarwaka 2014:19, tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara
dua benda merupakan klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis kecelakaan di industri. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa informan 2 menyatakan
dapat terjadi potensi bahaya tersandung di area kerja. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa area kerja yang kondisi lantainya dipenuhi
dengan benda-benda atau material yang tidak ditempatkan pada semestinya. Potensi bahaya tersandung benda atau objek di bagain produksi PT.
Gemilang Lesatri Teknindo Kabupaten Tegal, disebakan karena penempatan barang-barang yang tidak rapi, serta adanya kabel, selang ataupun benda lain yang
melintang di area kerja. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya tersandung yaitu dengan menerapkan prinsip 5R
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin, membuat jalur khusus berjalan, mewajibkan pekerja memakai Alat Pelindung Diri APD berupa sepatu kerja atau
safety shoes
dan
safety helmet
, serta memastikan pekerja melakukan pekerjaannya sesuai dengan Instruksi Kerja IK yang sudah ada. Hal ini diperlukan karena
berdasarkan hasil wawancara, informan menyatakan bahwa potensi bahaya
92
tersandung terjadi karena pekerja yang kurang berhati-hati, ceroboh saat bekerja, dan kondisi lantai yang tidak tertata dengan rapi.
5.1.1.2 Terjatuh
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil observasi dan wawancara dengan informan menunjukkan di PT. Gemilang Lestari Teknindo
terdapat potensi bahaya terjatuh. Menurut
International Labour Organization
ILO dalam Tarwaka 2014:19, terjatuh merupakan klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis kecelakaan. Potensi bahaya terjatuh ini, disebakan karena kondisi
area kerja yang tidak rapi dan dipenuhi dengan peralatan kerja atau benda-benda dan material yang tidak ditempatkan pada tempatnya. Misalnya, adanya kabel dari
mesin yang tidak tertata dengan rapi. Dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan juga bisa bervariasi dari luka ringan sampai fatal. Tentunya ini akan
mengakibatkan banyak kerugian baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan
.
Sehingga perlu menjadi perhatian khusus bagi manajemen untuk melakukan upaya pengendalian untuk potensi bahaya ini adalah memastikan
pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja IK yang sudah ada, menerapkan prinsip 5R Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin, dan memakai
APD berupa sepatu kerja atau
safety shoes
dan
safety helmet
.
5.1.1.3 Terkena Lelehan Panas
Potensi bahaya tersentuh atau terkena lelehan panas yang terdapat di PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal berada pada tahap
cutting
menggunakan mesin gas
cutting
, dan pada tahap pengelasan. Panas berasal dari elektroda yang menyala. Elektroda tersebut apabila kontak dengan tangan dapat
menyebabkan sengatan rasa panas di tangan sampai menyebabkan luka bakar.
93
Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi tersentuh panas yaitu dengan mematikan alat setelah digunakan dan
mencabut elektroda jika tidak digunakan, pemeliharaan dan perawatan mesin secara rutin, serta menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan bahan
kulit,
safety shoes
, dan baju kerja lengan panjang.
5.1.1.4 Tergores Plat
Potensi bahaya mekanik selanjutnya yaitu tergores plat. Pekerja yang berisiko tergores plat adalah operator mesin, karena pada saat plat baru saja
dipotong, operator melakukan kontak langsung dengan plat untuk dipindahkan. Selain operator mesin pekerja yang berisiko tergores plat adalah pekerja bagian
packing
. Sehingga untuk meminimalisir potensi bahaya tersebut dapat dilakukan
upaya sebagai berikut: menghindari kontak langsung dengan sisi yang tajam, serta menggunakan Alat Pelindung Diri APD berupa sarung tangan untuk mengurangi
paparan dari sisi plat yang tajam.
5.1.1.5 Terpotong
Potensi bahaya terpotong disebabkan oleh benda bergerak seperti putaran mata pisau mesin
cutting
dalam tahapan pemotongan plat dan putaran mata gerinda saat proses penghalusan. Tangan pekerja dapat terpotong roda atau gerigi
mesin yang berputar apabila pada saat melakukan pekerjaannya tidak hati-hati dan tidak konsentrasi.
Berdasarkan hasil penelitian Hudayana, dkk 2013:9, potensi bahaya terpotong pada proses penggergajian kayu panjang
saw mil
disebabkan karena
94
para pekerja kelelahan sehingga pada saat bekerja menjadi tidak fokus dan kurang hati-hati.
Agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi pekerja dan pabrik perlu dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi potensi bahaya yang ada
yaitu pengaturan jam kerja dan waktu istirahat, memastikan pekerja melaksanakan pekerjaan sesuai instruksi kerja IK, melaksanakan
safety talk
sebelum bekerja.
5.1.1.6 Terkena Percikan Api
Potensi bahaya terkena percikan api berasal dari gesekan benda berputar dengan plat yang terdapat pada proses pemotongan menggunakan mesin
cutting
dan gerinda pada proses penghalusan. Selain itu percikan api juga dihasilkan pada saat proses pengelasan akibat kontak elektroda dengan plat yang di las. Pekerja
yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri APD dapat berpotensi terkena percikan api. Percikan api apabila mengenai kulit dapat menyebabkan luka bakar.
Untuk itu diperlukan upaya pengendalian untuk mengurangi potensi yaitu dengan membuat SOP
Standar Operational Procedure
dan memakai APD yang sesuai seperti, sarung tangan berbahan kulit,
safety googles
atau kacamata kerja, baju keselamatan, serta
safety shoes
.
5.1.1.7 Terjepit Mesin
Potensi bahaya mekanik selanjutnya adalah terjepit. Menurut
International Labour Organization
dalam Tarwaka 2014:18, terjepit merupakan klasifikasi jenis kecelakaaan kerja menurut jenis kecelakaan. Beberapa mesin yang
digunakan di bagian produksi PT. Gemilang Lesatri Teknindo Kabupaten Tegal adalah mesin-mesin yang berhubungan dengan tekanan, seperti mesin
bending
,
95
machining
, dan
stamping
. Apabila pekerja tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaan maka jari atau tangan pekerja dapat masuk ke dalam mesin dan terjepit.
Berdasarkan hasil penelitian Nailirifa Nuzuliyah 2014:4, potensi bahaya terjepit pada mesin rol dapat terjadi karena adanya titik jepitan dan titik gigitan
pada mesin-mesin rol, selain itu kondisi diperparah dengan minimnya pengamanan.
Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya yang ada yaitu dengan memberikan alat pengaman pada mesin
machine guarding
, membuat SOP
Standard Operational Procedure
untuk setiap mesin yang digunakan, pemasangan rambu-rambu keselamatan berupa
safety sign
tentang peringatan bahaya, serta menggunakan APD yang sesuai.
5.1.1.8 Kejatuhan Plat
Menurut
International Labour Organization
ILO tahun 1962 dalam Anizar 2009:4, kejatuhan plat atau tertimpa benda jatuh merupakan klasifikasi
kecelakaan kerja menurut jenis kecelakaan. Kejatuhan plat dapat terjadi pada proses
bending
. Pada saat pekerja selesai melakukan proses penekukan, pekerja melemparkan plat pada wadah yang disediakan tanpa memperhatikan atau tidak
berhati-hati. Hal ini dapat menyebabkan pekerja dapat kejatuhan plat logam. Sehingga rekomendasi pengendalian yang dilakukan yaitu memastikan
pekerja bekerja sesuai dengan instruksi kerja, dan menggunakan alat pelindung diri berupa
safety shoes
atau sepatu kerja.
5.1.1.9 Tertusuk Gram
Potensi bahaya tertusuk gram dapat terjadi pada saat proses pembersihan sisa-sisa gram pada proses
machining
. Risiko kecelakaan kerja ini dapat terjadi
96
apabila pekerja tidak menggunakan alat bantu pada saat proses pembersihan dan tidak menggunakan sarung tangan. Gram yang dihasilkan dari proses
machining
ini sangat tipis dan tajam sehingga apabila mengenai tangan pekerja dapat menyebabkan luka.
Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan alat bantu pada saat proses pembersihan mesin
machining
dari gram-gram sisa produksi, bekerja sesuai dengan instruksi kerja, dan menggunakan alat pelindung
diri berupa sarung tangan kulit.
5.1.1.10 Mata Kemasukan Benda Asing
Potensi bahaya mata kemasukan benda asing serpihan gram pada saat proses pelubangan plat atau
machining
dapat terjadi karena pada saat pelubangan plat terdapat serbuk atau serpihan gram dari hasil produksi dan mesin digerakkan
dengan putaran yang cepat sehingga serpihan tersebut dapat terhambur ke muka pekerja. Untuk itu diperlukan upaya pengendalian untuk mengurangi potensi
bahaya dari mata kemasukan benda asing, yaitu dengan memakai alat pelindung diri, berupa kacamata pelindung. Hal ini untuk mencegah kotoran atau serpihan
gram masuk ke dalam mata pekerja Pertiwi, dkk, 2013.
5.1.1.11 Terbentur Bodi Mesin Stamping
Potensi bahaya terbentur bodi mesin
stamping
disebabkan karena pada area
stamping
terdapat beberapa mesin yang diletakkan berjejeran dengan jarak antar mesin satu dengan mesin yang lain itu sangat dekat. Apabila pada saat
pekerja melewati area
stamping
dan tidak berhati-hati dapat menyebabkan pekerja terbentur bodi mesin
stamping
. Hal ini dapat menyebabkan luka pada tangan,
97
kaki, atau badan pekerja yang terkena atau terbentur mesin. Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan alat pelindung diri berupa
safety helmet
dan
safety shoes
. 5.1.2
Bahaya Listrik
Bahaya listrik merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti sengatan listrik, hubungan
singkat dan kebakaran Soehatman Ramli, 2010:66. Hampir setiap peralatan yang diguanakn di PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal menggunakan
energi listrik yang di pusatkan pada panel listrik. Sehingga terdapat potensi bahaya listrik pada setiap tahapan proses di bagian produksi.
Berikut jenis potensi bahaya listrik yang terdapat di bagain produksi PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal, yaitu:
5.1.2.1 Konsleting Listrik
Potensi bahaya konsleting listrik yang terdapat di bagian produksi PT. Gemilang Lesatri Teknindo Kabupaten Tegal dapat terjadi karena adanya
hubungan kawat positif dan negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena isolasi kabel yang rusak, mutu kabel yang jelek, dan penampang kabel terlalu kecil
sehingga tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya karena kabel tersebut digunakan untuk menyambungkan banyak peralatan listrik. Apabila
kapasitas kabel tidak sesuai dengan beben listrik yang mengalir maka dapat menyebabkan suhu isolasi kabel panas, kemudian dapat menyebabkan hubungan
singkat atau konsleting listrik dan bila pada suhu isolasi tinggi tersebut menimbulkan percikan api, maka kemungkinan besar dapat terjadi kebakaran.
98
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan peralatan listrik yang sesuai standar, ukuran kabel harus sesuai dengan kebutuhannya, bahan
isolasi yang dipakai harus sesuai dengan kegunaannya.
5.1.2.2 Tersengat Arus Listrik
Potensi bahaya tersengat arus listrik dapat terjadi karena kondisi kabel mesin yang terkelupas. Tersetrum atau sengatan listrik biasanya mulai dirasakan
jika arus yang mengalir di dalam tubuh lebih dari 5 mA. Pada arus yang kecil, aliran arus hanya akan menyebabkan kesemutan atau kehilangan kemampuan
untuk mengendalikan tangan. Pada arus yang besar, arus listrik bisa membakar kulit dan daging. Sehingga diperlukan perhatian khusus untuk mengurangi potensi
bahaya tersengat listrik yaitu dengan melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja IK, memeriksa peralatan listrik sebelum digunakan, mengganti kabel yang
rusak dengan kabel yang baru, menggunakan isolasi untuk menutup kabel yang terkelupas, menyediakan APAR CO
2
, menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan kain, dan sepatu kerja atau
safety shoes
.
5.1.2.3 Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran akibat listrik ini dapat terjadi pada setiap proses atau tahapan di bagian produksi PT. Gemilang Lestari Teknindo, kecuali pada
proses
packing
karena tidak menggunakan energi listrik. Kebakaran dapat terjadi akibat dari hubungan singkat atau konsleting listrik. Konsleting listrik yang
biasanya terjadi di bagian produksi PT. Gemilang Lestari Teknindo Kabupaten Tegal karena arus listrik yang megalir pada kabel terlalu besar melebihi kapasitas
dari ukuran kabel. Sehingga dapat menyebakan suhu isolasi kabel menjadi panas
99
dan bila terjadi percikan api maka kemungkinan dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Berdasarkan penelitian Budi Setiyo 2014:19, penyebab kebakaran tertinggi diakibatkan oleh konsleting listrik pada peralatan instalasi listrik
terutama pada pemasangan instalasi listrik yang tidak sesuai dengan standar PUIL 2000 dan instalsi listrik yang sudah berumur tua.
5.1.3 Bahaya Fisik