Subyek Perjanjian Obyek perjanjian

commit to user 31

b. Subyek Perjanjian

Karena adanya hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih. Masing-masing orang menduduki tempat yang berbeda satu sama lain. Satu orang menjadi pihak kreditur dan yang seorang menjadi pihak debitur. Kreditur dan debitur inilah yang menjadi subyek perjanjian. Kreditur mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan prestasi Sesuai dengan teori dan praktek hukum, kreditur terdiri dari: 1 Individu sebagai person yang bersangkutan. Jika badan hukum yang menjadi subjek perjanjian yang diikat bernama “perjanjian atas nama“ Verbintenis op naam dan kreditur yang bertindak sebagai penuntut disebut “tuntutan atas nama”. 2 Seseorang menurut azas keadaan tertentu yang mempergunakan kedudukkan atau hak orang lain tertentu. Perlu diingat bahwa kualitas perjanjian dan kualitas hak harus bersesuaian. Atas prinsip ini ada dinyatakan bahwa pergantian suatu hubungan hukum yang serupa tidak mesti selamanya mengakibatkan peralihan atas semua hak semula. 3 Person yang dapat diganti Mengenai person kreditur yang “dapat diganti”vervangbaar, berarti kreditur menjadi subyek semula, telah ditetapkan dalam perjanjian: sewaktu-waktu dapat diganti kedudukannya dengan kreditur baru. Perjanjian yang dapat diganti ini dapat dijumpai dalam commit to user 32 bentuk perjanjian “aan order” perjanjian atas orderatas perintah. Demikian juga dalam perjanjian “aan toonder” perjanjian atas nama atau kepada pemegangpembawa pada surat-surat tagihan hutang M. Yahya Harahap, 1986: 16. Tentang siapa yang dapat menjadi debitur, sama keadaannya dengan orang-orang yang dapat menjadi kreditur; yaitu: 1 Individu sebagai person yang bersangkutan 2 Seorang atas kedudukankeadaan tertentu bertindak atas orang tertentu. 3 Seorang yang dapat diganti menggantikan kedudukan debitur semula, baik atas dasar bentuk perjanjian maupun izin dan persetujuan kreditur.

c. Obyek perjanjian

Dikatakan bahwa Onderwerp dari Verbintenis ialah prestasi. Prestasi disini adalah obyek voorwerp dari Verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas suatu prestasi mempunyai kedudukan sebagai kreditur dan pihak yang wajib menunaikan prestasi mempunyai kedudukan sebagai debitur. Kreditur disini berhak atas suatu prestasi yang dijanjikan dan debitur wajib melakukan prestasi yang dimaksud. Dengan demikian intisari atau hakekat dari perjanjian tiada lain daripada prestasi M. Yahya Harahap, 1986:9. commit to user 33 Jika dalam Undang-undang telah menetapkan subyek perjanjian yaitu: pihak kreditur yang berhak atas prestasi dan pihak debitur yang wajib melaksanakan prestasi, maka objek dari perjanjian adalah perjanjian itu sendiri. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi yang diperjanjikan itu ialah menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Menyerahkan sesuatu berarti sesuai dengan ketentuan Pasal 1235 KUHPerdata berkewajiban untuk menyerahkan atau melever levering benda. Sedangkan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif. Bersifat positif disini jika isi perjanjian ditentukan untuk melakukan atau berbuat sesuatu. Ini timbul misalnya dalam perjanjian kerja seperti yang diatur dalam Pasal 1603 KUHPerdata. Sedangkan perjanjian yang berupa prestasi negatif adalah Verbintenis yang memperjanjikan untuk tidak berbuat atau melakukan sesuatu niet to doen. Tentang objekprestasi perjanjian harus dapat ditentukan adalah suatu yang logis dan praktis. Takkan ada arti perjanjian jika Undang- undang tidak menentukan hal demikian. Itulah sebabnya Pasal 1320 ayat 3 KUHPerdata menentukan bahwa objek atau perjanjian harus memenuhi syarat yaitu: objeknya harus tertentu een bepaalde onderwerp. Atau sekurang-kurangnya obyek itu mempunyai jenis tertentu seperti yang dirumuskan dalam Pasal 1333 KUHPerdata. Jika suatu objek perjanjian jenisnya tidak tertentu, dengan sendirinya commit to user 34 perjanjian demikian tidak sah, jika seluruh obyeknya voorwerp tidak tertentu. Dengan demikian agar perjanjian itu memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat, prestasi yang jadi obyek perjanjian harus tertentu. Sekurang-kurangnya jenis tertentu itu harus ada. Pada Pasal 1320 ayat 4 KUHPerdata disebutkan bahwa isi persetujuan harus memuat causa yang diperbolehkan. Apa yang menjadi objek atau apa yang menjadi isi dan tujuan prestasi yang melahirkan perjanjian harus causa yang sah. Karena itu persetujuan overeenkomst yang mengisi perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kepentingan umum dan nilai-nilai kesusilaan. Berdasarkan adanya pengaturan yang berupa penggantian sesuatu kerugian yang tidak berwujud berarti prestasi yang jadi objek perjanjian bisa saja merupakan sesuatu yang tidak bernilai uang, tetapi jika prestasi mempunyai nilai ekonomi dengan sendirinya prestasi itu harus mempunyai nilai uang. Tentang ketentuan yang mengatur ganti rugi yang berupa sesuatu kerugian tak berwujud, yaitu kerugian di bidang moral yang tak dapat dinilai dengan uang, adalah merupakan ketentuan pasal-pasal yang tidak masuk dalam prinsip umum perjanjian. Ketentuan-ketentuan semacam itu harus dianggap sebagai pengecualian. commit to user 35

d. Syarat Sahnya Perjanjian