Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal dapat terjadi. Persamaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode agih pada tahap analisis data serta menggunakan teori makna dari Pateda 2001 yang kemudian mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui 1989. Perbedaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah objek kajian yang berbeda. Penelitian Anggaraini menganalisis tentang uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi, sedangkan pada penelitian ini menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Dalam penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian Anggaraini bermanfaat bagi penelitian ini, karena memberikan wawasan mengenai cara menganalisis makna. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Anggaraini adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori. Dwita 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke” membahas tentang bagaimanakah fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke. Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian Dwita adalah metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Dalam penelitiannya, Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori mengenai setsuzokushi ga dan keredomo yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Koizumi 1993, Takayuki 1993, Chaer 1995, Yuriko 1998, serta Katsumi dan Y. Shinichi 1998. Hasil dari penelitian Dwita adalah setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi dan makna yang menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu; pertama, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo. Kedua, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat, sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat. Secara makna, ga dapat menggantikan keredomo dengan memerhatikan konteks. Sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang dihubungkan dengan ga dalam bentuk baku atau hormat. Persamaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode agih pada tahap analisis data. Perbedaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Dwita membahas mengenai fungsi dan makna setsuzokushi ga dan keredomo sedangkan pada penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian Dwita bermanfaat bagi penelitian ini karena digunakan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna serta bagaimana menganalisis struktur kalimat. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Dwita adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori. Octari na 2010 dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kalimat dan Makna Bentuk Pertentangan Temo dan Noni Dalam Novel Mado Giwa No Tottochan Karya Tetsuko Kuroyanagi” yang bertujuan untuk meneliti proses penggabungan temo dan noni pada kata, baik pada verba, adjektiva-i, dan nomina struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni. Metode dan teknik yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai pembentukan kata Tsujimura, 1996:148, teori hubungan antar klausa Arifin dan Junaiyah, 2009:34, dan teori mengenai makna gramatikal Djajasudarma, 1993:16- 17. Hasil penelitian Octarina menunjukkan bahwa temo dan noni dapat digabungkan dengan verba, adjektiva, dan nomina. Ketika digabungkan dengan verba, verba harus diubah menjadi bentuk {~te} kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-i pada proses penggabungan dengan temo mengalami proses konjungsi pada i di akhir kata menjadi ku kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-na dan nomina, kopula da berubah menjadi de kemudian ditambah mo. Noni pada proses penggabungan dengan verba, nomina, dan adjektiva-i dalam bentuk futsuu-kei. Struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan yang terdapat diantaranya adalah menjadi penghubung antar klausa. Perbedaan penggunaan temo dan noni pada struktur kalimat adalah untuk temo dapat diletakkan di awal kalimat setelah kata yang digabungkan, sedangkan pada noni dapat diletakkan di akhir kalimat. Makna gramatikal yang terdapat pada kalimat yang yang menggunakan temo dan noni adalah untuk menyatakan hal yang bertentangan. Perbedaan makna gramatikal antara temo dan noni adalah temo untuk hal-hal yang sifatnya subjektif, sedangkan noni untuk hal-hal yang sifatnya objektif. Persamaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis tentang setsuzokujoshi serta sama-sama menganalisis tentang makna dan struktur kalimat. Perbedaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah terletak pada setsuzokujoshi yang dibahas. Pada penelitian Octarina menganalisis tentang setsuzokujoshi temo dan noni sedangkan pada penelitian ini menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian Octarina bermanfaat bagi penelitian ini karena bisa dijadikan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna dan bentuk setsuzokujoshi noni. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Octarina adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan. Konsep-konsep tersebut yaitu setsuzokujoshi, noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu.

2.2.1 Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi memiliki fungsi dan ciri-ciri yang hampir sama dengan setsuzokushi. Setsuzokujoshi adalah partikel yang dipakai untuk menghubungkan bagian kalimat sebelumnya dengan bagian kalimat berikutnya Takayuki dalam Sudjianto, 2000:50. Setsuzokujoshi biasanya dipakai setelah verba, adjektiva-i dan adjektiva-na sebagai bagian kalimat yang diletakkan sebelum setsuzokujoshi yang ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Selain itu, ada juga setsuzokujoshi yang dipakai setelah nomina. Partikel-partikel yang termasuk ke dalam setsuzokujoshi adalah ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, temo dan lain sebagainya Sudjianto,2000:51.

2.2.2 Noni

Partikel noni dapat dipakai untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang memiliki makna yang bertolak belakang. Bagian kalimat pertama yang menyatakan keadaan atau aktivitas kemudian kalimat berikutnya menyatakan keadaan atau aktivitas tidak bisa terjadi atau tidak bisa dilakukan berdasarkan pada keadaan atau aktivitas sebelumnya Sudjianto, 2000:61. Makino dan Tsutsui 1989 menyatakan bahwa : Contrary to everybody’s expectation based on the sentence preceding noni, the proposition in the sentence following noni is the case. ‘Bertentangan dengan harapan semua orang berdasarkan pada kalimat yang sebelum noni, hal dalam kalimat yang mengikuti noni adalah per masalahnya.’ ADBJG, 1989 :331