Konstruksi dan Makna Jodoushi Dantei dalam Novel Tobu ga Gotoku volume 1 - 10 karya Ryoutarou Shiba.

(1)

SKRIPSI

KONSTRUKSI DAN MAKNA JODOUSHI DANTEI

DALAM NOVEL TOBU GA GOTOKU VOLUME 1-10

KARYA RYOUTAROU SHIBA

DWIKA YANTI MNUNE 1201705034

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nyalah penelitian yang berjudul “Jodoushi Dantei dalam Novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba” dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dalam meraih gelar sarjana (strata satu) pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Renny Anggraeny, S.S., M.Pd selaku pembimbing pertama dan I Nyoman Rauh Artana, S.S., M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan semangat yang sangat berarti bagi penulis, sehinggga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan baik.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas fasilitas dan kesempatan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana yang telah memberikan izin menggunakan fasilitas dalam mengikuti pendidikan S1 di lingkungan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas


(4)

pembimbing akademik Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si atas semangat dan dorongan yang selalu diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya serta staf dosen Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana atas pengetahuan dan bimbingannya yang sangat berguna selama menempuh pendidikan S1 pada Program Studi Sastra Jepang.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Yacobis Mnune, S.H dan Dra. Ni Ketut Narti, M.M yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa kepada penulis serta Jemmy, Dewi, Ano, dan Ari selaku kakak dan adik-adik terbaik yang juga selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Eka Meri dan Melda selaku teman-teman seperjuangan penulis selama mengikuti perkuliahan tingkat awal hingga sekarang, Mbok Rus yang bersedia meminjamkan buku referensi dan sumber data dalam menunjang penulisan skripsi ini, seluruh teman-teman angkatan 2012 Take Dai Kazoku ‘Keluarga Besar Bambu’ atas kebersamaan, pengalaman dan doanya, serta semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi dalam skripsi ini. Oleh karena hal itu, tidak ada selain kritik dan saran-saran yang membangun dari semua pihak yang dibutuhkan penulis dalam menyempurnakan penelitian ini. Harapan penulis lainnya yaitu semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua pihak.


(5)

Denpasar, 5 April 2016


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Konstruksi dan Makna Jodoushi Dantei dalam Novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba” ini bertujuan untuk meneliti konstruksi dan makna dari jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam Novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba. Analisis konstruksi jodoushi dantei menggunakan teori sintaksis Verhaar (2012) dan Makino&Tsutsui (1989&1995), analisis makna menggunakan teori Chaer (2007), Makino&Tsutsui (1989&1995), dan Sakata&Kuromachi (1993). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jodoushi dantei da berkonstruksi dengan adjektiva, X wa Y dan X wa Y ga~. Jodoushi dantei no da berkonstruksi dengan verba, adjektiva dan adjektiva-na akar kata nomina. Jodoushi dantei wake da berkonstruksi dengan verba dan nomina. Jodoushi dantei mono da berkonstruksi dengan verba dan adjektiva. Jodoushi dantei ~ni chigainai berkonstruksi dengan verba, adjektiva, nomina dan adjektiva-na akar kata nomina. Jodoushi dantei hazu da berkonstruksi dengan verba, adjektiva dan nomina. Jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki konstruksi nomina wa + nomina. Jodoushi dantei ~ni suginai berkonstruksi dengan verba, nomina dan nomor. Dari segi maknanya, jodoushi dantei da mengandung makna anggapan simpulan positif mengenai suatu pengutaraan dan ketetapan atau kepastian. Jodoushi dantei no da mengandung makna penafsiran seragam berbeda dari bentuk pengungkapannya, simpulan berdasarkan keadaan dan menjelaskan atau meminta penjelasan informasi seolah-olah kepentingan umum. Jodoushi dantei wake da mengandung makna simpulan secara logis dengan dugaan dan alasan. Jodoushi dantei mono da mengandung makna menjelaskan perasaan hati dalam konteks informal. Jodoushi dantei ~ni chigainai mengandung makna argumen secara objektif dan menjelaskan keyakinan mengenai suatu kenyataan. Jodoushi dantei hazu da mengandung makna fakta dugaan berdasarkan alasan dan harapan terjadinya sesuatu. Jodoushi dantei ~ni hokanaranai mengandung makna asal simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Jodoushi dantei ~ni suginai mengandung makna simpulan tidak keluar dari ruang lingkup dan sesuatu atau seseorang tidak lebih dari jumlah.


(7)

要旨

本論文 ピック 司馬遼太郎 跳ぶ 如 ボリュ ム ~

小説 け 助動詞断定 わけ ~ い い

~ ほ い ~ い 構成 意味 い 研究 本

研究 目的 司馬遼太郎 跳ぶ 如 ボリュ ム ~ 小説 文章 あ

助動詞断定 わけ ~ い い ~

ほ い ~ い 構 成 意 味 を 分 析 こ あ Verhaar

(2012) Makino&Tsutsui (1989&1995) 助 動 詞 断 定 構 成 Chaer (2007) Makino&Tsutsui (1989&1995) 坂田 倉持 (1993) 文脈的 意味

理論を利用さ 本論文 記述的方法を利用さ 本論文

記述的方法を利用さ

本研究 結果 形容詞 X Y X Y ~ 構成

こ 示さ 動詞 形容詞 詞を語根 形容

詞 構成 わけ 動詞 詞 構成 動詞

形容詞 構成 ~ 違い い 動詞 形容詞 詞 詞を語根

形容詞 構成 動詞 形容詞 詞 構成

~ ほ い 詞 + 詞 構造を持 ~

い 動詞 詞 数詞 構成 用法 面 説明 確定

や確実さ い 肯定的 ま 意見 意味 含ま

表現 形 異 様 解釈 状況 基 い ま 共通 関心事

う 情報 説明や説明を求 意味を含 わけ 推測 動機

論理的 ま 意味を含 情報 背景 い 心情を説明

意味を含 ~ 違い い 客観的 論拠 あ 事実 い

確信 意味を含 あ 出来事 理 や希望 基 推量

要素 意味を含 ~ ほ い 原因 理 ま を元

説明 意味を含 ~ い 閉 さ 範囲 あ こ や個人

的 数を出 いま 意味を含


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...………. i

LEMBAR PENGESAHAN………...……….. ii

KATA PENGANTAR………...……….. iii

ABSTRAK...………. vi

要旨...……… vii

DAFTAR ISI………....……….... viii

DAFTAR SINGKATAN………....………. xiv

DAFTAR SIMBOL………. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………....………. 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………....…….…... 4

1.3.1 Tujuan Umum ………....…... 5

1.3.2 Tujuan Khusus………....…... ... 5

1.4 Manfaat Penelitian………....……... 5

1.4.1 Manfaat Teoretis………... 5

1.4.2 Manfaat Praktis………....……. 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………. 6

1.6 Sumber Data………....…………..… 6

1.7 Metode dan Teknik Penelitian………... 6

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………... 7

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data……….… 7

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka………....………. 10


(9)

2.3 Kerangka Teori………....………... 35 BAB III KONSTRUKSI JODOUSHI DANTEI DA, NO DA, WAKE DA, MONO DA, ~NI CHIGAINAI, HAZU DA, ~NI HOKANARANAI, DAN ~NI SUGINAI

3.1 Konstruksi Jodoushi Dantei Da

3.1.1 X wa Y dengan Jodoushi Dantei Da ………. 39 3.1.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi

Dantei Da ………. . 41 3.1.3 X wa Y ga~ dengan Jodoushi Dantei Da ………….... 43 3.2 Konstruksi Jodoushi Dantei No Da

3.2.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi

Dantei No Da .……… 44 3.2.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan

Jodoushi Dantei No Da ..……….… 44 3.2.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan

Jodoushi Dantei No Da ..……….. 47 3.2.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi

Dantei No Da ..……… 50 3.2.3 Penggabungan Adjektiva akar kata Nomina dengan


(10)

3.3 Konstruksi Jodoushi Dantei Wake Da

3.3.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi

Dantei Wake Da... 53 3.3.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan Jodoushi Dantei Wake Da ..………..…………. 53 3.3.2 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi

Dantei Wake Da.. ……..…………..………. 55 3.4 Konstruksi Jodoushi Dantei Mono Da

3.4.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi

Dantei Mono Da..………. 57 3.4.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan

Jodoushi Dantei Mono Da ..…………..……. 57 3.4.1.2 Penggabungan Henkaku Doushi dengan

Jodoushi Dantei Mono Da..………..………. 59 3.4.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi

Dantei Mono Da ….…………..……….………. 60 3.5 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai

3.5.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei

~Ni Chigainai ..…… ……..…………..………... 62 3.5.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan


(11)

3.5.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan

Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai..………..….. 64 3.5.1.3 Penggabungan Henkaku Doushi dengan

Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai..……….…… 65 3.5.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi Dantei

~Ni Chigainai..………..……... 66 3.5.3 Penggabungan Adjektiva akar kata Nomina dengan

Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai ..………...…….. 67 3.5.4 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei

~Ni Chigainai..………...…... 68 3.6 Konstruksi Jodoushi Dantei Hazu Da

3.6.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei

Hazu Da ..………..…………..……..…... 70 3.6.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan

Jodoushi Dantei Hazu Da .……….. 70 3.6.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan

Jodoushi Dantei Hazu Da ... 71 3.6.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi Dantei


(12)

3.7 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

3.7.1 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei

~Ni Hokanaranai …………..……... 76

3.8 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Suginai 3.8.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..………..……….………..…... 77

3.8.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai ..……..………. 77

3.8.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai .………..…….. 79

3.8.2 Penggabungan Nomor/Pencacah dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..……..………..……….. 80

3.8.3 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..………..…………..………. 81

BAB IV MAKNA JODOUSHI DANTEI DA, NO DA, WAKE DA, MONO DA, ~NI CHIGAINAI, HAZU DA, ~NI HOKANARAI, DAN ~NI SUGINAI 4.1 Makna Jodoushi Dantei Da …..…………..………..…... 84

4.2 Makna Jodoushi Dantei No Da …..…………..………..… 88

4.3 Makna Jodoushi Dantei Wake Da …..…………..………. 93


(13)

4.5 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai …..…………..……….. 99 4.6 Makna Jodoushi Dantei Hazu Da …..…………..………... 102 4.7 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai …..…………..……. 105 4.8 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Suginai …..…………..………….. 106 4.9 Subtitusi Jodoushi Dantei Da, No Da, Wake Da, Mono Da,

~Ni Chigainai, Hazu Da, ~Ni Hokanaranai, ~Ni Suginai …..… 111 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………..………..…...…………..……… 128 5.2 Saran …………..…………...…………..………..…...…… 136 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR KAMUS CURRICULUM VITAE DATA VERIFIKATOR LAMPIRAN


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AKU : Akusatif

ADBJG : A Dictionary of Basic Japanese Grammar

ADIJG : A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar BTK AND : Bentuk Pengandaian

BTK-NEG : Bentuk Negatif BTK-FOR : Bentuk Formal BTK-AJKN : Bentuk Ajakan

DAT : Datif

GEN : Genetif

JD : Jodoushi Dantei

KOP : Kopula

LOK : Lokatif NOM : Nominatif PAR : Partikel

SKM : Sakata dan Kuromachi SHU : Shuujoshi atau partikel akhir TGG : Tobu Ga Gotoku


(15)

DAFTAR SIMBOL

‘ ’ : Simbol yang menunjukkan terjemahan bebas

“ ” : Simbol yang menunjukkan petikan langsung yang berasal dari sumber tertulis, judul skripsi dan kata atau frase dalam analisis ~ : Simbol menunjukkan bentuk (pola)

( ) : Simbol menunjukkan data dan tambahan keterangan ) : Simbol yang menunjukkan contoh kalimat dari buku-buku referensi

/ : Simbol yang menunjukkan kata (atau) + : Simbol yang digunakan untuk penambahan


(16)

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto (2007:118), menyatakan bahwa jodoushi apabila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti ‘verba bantu’. Sedangkan, dantei dalam padanan bahasa Indonesia memiliki arti ‘simpulan, ketetapan atau kepastian’ (Matsuura, 2005:134). Secara harfiah, jodoushi dantei adalah verba bantu yang digunakan ketika menyatakan suatu simpulan, ketetapan atau kepastian dari suatu pernyataan.

Sakata dan Kuromachi (1993:113), menyatakan bahwa jodoushi dantei ada delapan di antaranya yaitu da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai. Dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, jodoushi dantei sering digunakan, namun kurangnya pengetahuan dengan adanya jodoushi dantei yang memiliki makna yang hampir sama ketika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia, membuat para pembelajar bahasa Jepang kurang paham dengan penggunaan jodoushi dantei tersebut dalam memahami dapat atau tidaknya jodoushi dantei ini saling menggantikan satu sama lain ketika terdapat dalam sebuah konteks kalimat.

Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan beberapa jodoushi dantei seperti ~ni chigainai, hazu da, dan wake da dalam sebuah kalimat:


(18)

1) あ 人 田中さ 弟さ

Ano hito wa Tanaka-san no otouto-san Itu orang TOP Saudara Tanaka GEN adik

い い

ni chigainai. JD

‘Tidak diragukan lagi orang itu adalah adik saudara Tanaka.’

(SKM, 1993:128)

2) う 電話 を い 彼 Kinou, denwa wo shite oita kara, kare wa Kemarin telepon AKU mengangkat karena dia TOP

知っ い

Shiteiru hazu desu. mengetahui JD

‘Kemarin, karena sudah mengangkat telepon, dia seharusnya tahu.’

(SKM, 1993:129)

3) 子供 け 万 以上

Kodomo no dake demo 10-man ijyou kakaru

Anak GEN meskipun 100 ribu atas menghabiskan わけ 今 結料 wake da, ima no ketsuryou jya JD sekarang GEN gaji kalau begitu

生活 苦 い

seikatsu ga kanari kurushii. kehidupan NOM cukup menderita

‘Tak heran meskipun hanya anak-anak, menghabiskan lebih dari seratus ribu, kalau begitu gaji yang sekarang membuat kehidupan cukup menderita.’


(19)

3

Pada kalimat 1) penggunaan jodoushi dantei ~ni chigainai memberikan makna kepastian bahwa orang tersebut adalah adik dari saudara Tanaka. Pada kalimat 2) penggunaan jodoushi dantei hazu da memberikan makna simpulan bahwa seharusnya dia tahu, karena kemarin sudah mengangkat telepon. Pada kalimat 3) penggunaan jodoushi dantei wake da memberikan makna simpulan bahwa kehidupan menjadi cukup menderita karena hanya ana-anak saja dapat menghabiskan uang lebih dari seratus ribu. Dari ketiga kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan jodoushi dantei ~ni chigainai, hazu da, dan wake da memiliki makna yang serupa yaitu mengenai simpulan atau kepastian dari suatu pernyataan. Pada kalimat 2) dan 3), meskipun sama-sama memberikan makna simpulan, secara konteksnya, simpulan pada kalimat 2) diperoleh secara objektif berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, sedangkan simpulan pada kalimat 3) diperoleh secara subjektif berdasarkan perhitungan dasar atas apa yang didengar/dibaca. Selain itu, penggunaan ketiga jodoushi dantei tersebut juga memiliki makna yang serupa dengan jodoushi dantei da, no da, mono da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai.

Alasan dipilihnya jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai yang terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba sebagai objek penelitian, karena pada novel tersebut terdapat data-data yang dapat mendukung penelitian ini. Alasan lainnya, ke delapan jodoushi dantei tersebut ketika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia


(20)

memiliki makna yang serupa yaitu mengenai simpulan, kepastian atau ketetapan apabila diletakkan pada sebuah konteks kalimat.

Untuk lebih jelas mengetahui penggunaan jodoushi dantei, penelitian ini menjelaskan mengenai konstruksi dan makna yang di dalamnya terkandung subtitusi atau saling menggantikan antar-jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Penelitian dilakukan agar dapat memudahkan pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang memahami ilmu bahasa atau linguistik bahasa Jepang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konstruksi kalimat yang mengandung jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba?

2. Bagaimanakah makna dan subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.


(21)

5

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan referensi penelitian mengenai jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai dalam kalimat bahasa Jepang. 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui konstruksi kalimat yang mengandung jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.

2. Mengetahui makna dan subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini terbagi atas dua manfaat yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis, di antaranya:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi penelitian dan menambah kajian pustaka mengenai konstruksi kalimat, makna serta subtitusi jodoushi dantei bagi penelitian berikutnya di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis


(22)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian yang meliputi konstruksi kalimat, makna serta subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Pada penelitian ini menggunakan 10 buah novel Tobu ga Gotoku yaitu volume 1-10.

1.6 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa novel bahasa Jepang yang berjudul Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Novel yang digunakan terdiri dari 10 volume dengan tebal buku tiga ribu dua ratus lima puluh enam laman, diterbitkan oleh Koudansha Bunko pada tahun 1980 di Jepang. Sumber data sekunder berupa buku-buku referensi seperti buku-buku Jodoushi wo Chuushin ni tsuite, A Dictionary of Japanese Grammar, Pengantar Linguistik Jepang, Gramatika Bahasa Jepang Modern dan Asas-asas Linguistik Umum.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data dan metode dan teknik penyajian penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993).


(23)

7

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Penggunaan dari metode ini yaitu menyimak penggunaan kalimat bahasa Jepang yang mengandung jodoushi dantei dalam novel yang berjudul Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Teknik lanjutan adalah teknik catat. Teknik catat menurut Sudaryanto (1993:135) adalah teknik yang dilakukan dengan mencatat menggunakan alat tulis tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pengklasifikasian data. Teknik catat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencatat kalimat bahasa Jepang yang di dalamnya terdapat jodoushi dantei. Setelah data-data terkumpul, dilanjutkan dengan pengklasifikasian data dengan mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang mengandung jodoushi dantei. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data-data telah terkumpul, dilanjutkan dengan tahap analisis data dengan menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu, selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, prepososi, adverbia, dsb.), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, dsb.), klausa, silabe kata, titinada dan yang lain (Sudaryanto, 1993:15-16). Dalam hal ini data-data yang terkait dengan jodoushi dantei


(24)

Ryoutarou Shiba menjadi alat penentu yang berupa unsur dari bahasa sasaran penelitian ini.

Adapun teknik dasar dari metode agih yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Penggunaan dari teknik ini yaitu data-data yang terkait dengan jodoushi dantei dibagi satuan kebahasaannya menjadi beberapa bagian atau unsur yang membentuk satuan lingual. Selanjutnya menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menguraikan data-data yang terkait dengan jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba sehingga lebih mudah untuk dipahami.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data-data dianalisis, tahapan selanjutnya yaitu penyajian hasil analisis data. Dalam tahapan penyajian hasil analisis data terdapat metode dan teknik yaitu metode informal dan teknik informal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode informal yang cara penyajiannya melalui kata-kata biasa berupa tulisan dan tidak menggunakan bentuk angka ataupun bagan/statistik (Sudaryanto, 1993:145). Teknik yang digunakan selanjutnya yaitu teknik infomal (Sudaryanto, 1993:156) yaitu hasil analisis data berupa kontruksi dan makna jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba yang disajikan dalam kata-kata dalam bentuk laporan penelitian.


(25)

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut:

Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995).

Hasil penelitian dari Rusprianti menunjukkan bahwa jodoushi ~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna keharusan bagi lawan bicara mengenai harapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini,


(27)

10

makna yang timbul bukan hanya makna mengenai pengharapan saja, namun dapat memiliki makna nasehat atau perintah. Jodoushi ~zaru wo enai mengandung makna keharusan yang wajib dilakukan ketika tidak ada pilihan lainnya sehingga terkesan adanya suatu keterpaksaan. Penelitian ini dengan penelitian Rusprianti memiliki kesamaan sumber data, teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993) dan meneliti tentang penggunaan jodoushi. Namun, penelitian ini difokuskan pada jodoushi dantei, sedangkan penelitian Rusprianti difokuskan kepada jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai yang termasuk ke dalam jodoushi handan no hitsuzen teki na kiketsu. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan mengenai penggunaan seperti subtitusi dari jodoushi dantei. Manfaat penelitian Rusprianti bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993).

Sulatri (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan ~darou dan ~kamoshirenai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami”, dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih (metode distribusional), teknik ganti sebagai teknik dasar dan teknik lanjutan yang bersifat deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian Sulatri mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Yuuko, dkk (1998), Tanaka (2007), Tomomatsu


(28)

Hasil penelitian dari penelitian Sulatri yaitu, jodoushi ~darou dapat digunakan untuk menyatakan dugaan (suiryou), konfirmasi (kakunin) dan untuk menguatkan perasaan, sedangkan jodoushi ~kamoshirenai digunakan untuk menyatakan dugaan, kemungkinan yang rendah dan ketika pembicara tidak yakin atas apa yang dikatakan. Penelitian ini dengan penelitian Sulatri memiliki kesamaan pada metode analisis data yaitu menggunakan metode agih dan kesamaan dalam meneliti tentang penggunaan jodoushi, sedangkan pada objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda. Kelebihan penelitian ini yaitu jodoushi dantei yang digunakan lebih bervariasi sehingga pemaparan mengenai penggunaan seperti subtitusi antar-jodoushi dantei lebih beragam. Manfaat penelitian Sulatri bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan metode analisis data yang menggunakan metode agih. Diahantari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Verba Bantu ~te shimau pada Novel Kokoro Karya Natsume Souseki”, pada tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan yaitu teknik sisip kemudian menggunakan metode deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah Takayuki (1998), Iori Isao dkk (2000), Ichikawa (2005), Tanaka (2007) dan Tomomatsu (2010) dan teori yang mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989).


(29)

12

Hasil penelitian yang dilakukan Diahantari adalah verba bantu ~te shimau dapat digunakan untuk menekankan penyelesaian suatu tindakan, penyesalan seseorang tentang apa yang dilakukan atau penyesalan tentang tindakan seseorang atau sesuatu yang telah terjadi, menyampaikan kejadian diluar dugaan atau yang tidak diduga oleh pembicara, menjelaskan atau memberi alasan, menyatakan peristiwa atau hal di masa depan, menyatakan kesulitan atau kesusahan pembicara dan menyatakan kegagalan pembicara. ~Te shimau juga memiliki makna penyelesaian dan penyesalan sesuai konteks kalimatnya. Penelitian Diahantari dengan penelitian ini sama-sama menggunakan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui, sedangkan objek penelitian dan teori yang digunakan dalam menganalisis fungsi berbeda. Kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan subtitusi atau saling menggantikan antar-jodoushi dantei. Manfaat penelitian Diahantari bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang nantinya memudahkan dalam penyampaian hasil penelitian. Konsep-konsep tersebut meliputi hinshi bunrui ‘kelas kata’, jodoushi, jenis jodoushi, jodoushi dantei, dan konstruksi jodoushi dantei. 2.2.1 Hinshi bunrui


(30)

yang termasuk jiritsugo yaitu meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi/i-keiyoushi ‘adjektiva-i’, keiyoudoushi/na keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi ‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’, sedangkan yang termasuk ke dalam fuzokugo yaitu joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’ (Sudjianto dan Dahidi, 2004:148-149).

2.2.2 Jodoushi

Jodoushi diterjemahkan menjadi verba bantu dengan kanji yang membentuk jodoushi yaitu jo pada jodoushi dapat dibaca tasukeru yang memilki arti bantu, membantu atau menolong. Sedangkan doushi pada jodoushi memiliki arti verba atau kata kerja (Sudjianto, 2007:118-119). Menurut Yasuo dalam Sudjianto (1985:193) jodoushi adalah salah satu kelas kata yang bersama-sama dengan partikel termasuk pada kelompok fuzokugo. Penggunaan jodoushi dapat mengalami perubahan dan dipakai setelah nomina, verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan sebagainya.

2.2.2.1 Jenis jodoushi

Jodoushi menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113-133) digolongkan menjadi tujuh belas jenis yaitu:

1. Ukemi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu reru dan rareru. 2. Sieki wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi seru dan saseru.

3. Kibou/yokkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu tai/tagaru, hoshii/hoshigaru, dan ~te moraitai/~te hoshii.


(31)

14

4. Kanou wo arawasu ii kata terbagi menjadi tiga yaitu (reru)/rareru kanou doushi, koto ga dekiru, dan uru/eru.

5. Youtai wo arawasu ii kata yaitu souda.

6. Hikyou wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu youda, mitaida, dan gotoki/gotoku

7. Handan no hitsuzen teki na kiketsu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi empat yaitu nakerebanaranai/nakerebaikenai, zaru wo enai, wake ni wa ikanai, dan beki da.

8. Dantei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi delapan di antaranya yaitu da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai.

9. Kako/kanryou oyobi wo jitsugen kakutei no jitai wo arawasu ii kata yaitu ta.

10. Futei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu nai dan nu (n)/zu. 11. Ishi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu u/you, mai, dan

tsumori da.

12.Denbun wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu souda, to iu koto da/to no koto da, dan ndatte.

13.Suiryou/suitei/Suisoku nado wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tujuh yaitu darou, u/you, mai, kamoshirenai, rashii, youda, dan mitaida.


(32)

15.Kankoku wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu houga ii, ~tara douka, dan koto da.

16.Kyouka/kyoyou oyobi kinshi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu ~te (mo) ii/~te (mo) kamawanai, ~te wa ikenai/~te wa naranai, dan bekarazu.

17.Irai/youkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu ~te kure ~te kurenaika ~te moraenaika, dan ~se (sase) te kure ~se (sase) te kurenaika ~se (sase) te moraenaika ~se (sase) te morau.

Pada penelitian ini difokuskan pada jodoushi atau verba bantu yang termasuk jenis dantei pada point ke delapan.

2.2.2.2 Jodoushi Dantei

Menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113), jodoushi dantei digunakan ketika menyatakan simpulan, kepastian atau ketetapan akan suatu pernyataan. Jodoushi dantei dibagi atas jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai. Berikut penjelasan dari ke delapan jodoushi dantei, sebagai berikut:

1. Jodoushi Dantei Da

Sakata dan Kuromachi, 1993:113-114 menyatakan bahwa:

一般 文表現 用い 場合 叙述 柄 い 肯定的

断定判断 表

Ippan-ni bun hyougen ni mochiirareru baai wa, jojutsu shita kotogara ni tsuite no koutei-tekina dantei handan wo arawasu.


(33)

16

‘Pada umumnya, situasi yang digunakan pada ungkapan kalimat menjelaskan anggapan simpulan positif suatu pengutaraan.’

Contohnya :

4) 私 本 Kore wa watashi no hon da. Ini TOP saya GEN buku JD ‘Ini adalah buku saya.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei da menyatakan suatu anggapan simpulan positif mengenai suatu pengutaraan. Selain itu, jodoushi dantei da merupakan jenis verba mengenai ketetapan dan kepastian, sehingga salah satu makna yang timbul yaitu makna mengenai ketetapan atau kepastian akan suatu hal.

2. Jodoushi Dantei No Da

Sakata dan Kuromachi (1993:118), menyatakan bahwa:

表現形式 異 統一的 解釈 与え 場面や文脈

自分自身 対 納得 あ 相手 対 明 得 あ

場合 勧告 命令 意 帯び

Hyougen keishiki ni yotte kotonari, touitsu-tekina kaishaku wo ataeru. Bamen ya bunmyaku ni yori, jibun jishin ni taishite wa nattoku deattari, aite ni taishite wa setsumei settoku deattari shi, baai ni yotte wa kankoku/meirei no i wo obitari nado suru.

‘Memberikan penafsiran seragam, berbeda menurut bentuk pengungkapannya. Berdasarkan keadaan, terdapat maksud perintah dan nasihat. Berdasarkan konteks dan suasananya, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan adanya persetujuan diri sendiri.’

Makino dan Tsutsui (1989:325), juga menambahkan bahwa:

A sentence ending which indicates that the speaker is explaining or asking for an explanation about some information shared with the hearer, or is talking about something emotively, as if it were of common interest to the speaker and


(34)

‘Akhir kalimat yang menunjukkan bahwa pembicara menjelaskan atau meminta penjelasan tentang informasi bersama dengan pendengar, atau berbicara tentang suatu emosional, seolah-olah itu kepentingan umum untuk pembicara dan pendengar.’

Contohnya :

5) 窓 開い い 寒い

Mado ga aite iru kara samui no da. Jendela NOM membuka karena dingin JD ‘Dingin karena membuka jendela.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei no da memiliki makna memberikan penafsiran seragam, berbeda dari bentuk pengungkapannya, memberikan simpulan berdasarkan keadaan yang menyatakan maksud perintah, nasihat, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan persetujuan diri sendiri. Selain itu, jodoushi dantei no da juga memiliki makna menjelaskan atau meminta informasi seolah-olah untuk kepentingan umum.

3. Jodoushi Dantei Wake Da

Sakata dan Kuromachi (1993:123), menyatakan bahwa:

文的 要素 受け わけ 成 行 や 理

必然的 そ う 結論 いう判断 表 用い

そ う 結論 至 理 付け や推論 過程 述

多い

Bun-tekina youso wo ukeru ‘wake da’ wa koto no nariyuki ya mono no douri

nado kara hitsuzen-teki ni sono youna ketsuron ni tassuru to iu handan wo arawasu no ni mochiiru. Shitagatte, sono youna ketsuron ni itaru riyuu tsuketa ya suiron no katei ga tomoni noberareru koto ga ooi.

‘Unsur kalimat wake da digunakan untuk menjelaskan anggapan atau simpulan yang wajar karena kebenaran dan keadaan suatu hal. Oleh sebab itu, secara bersamaan banyak mengungkapkan proses dugaan dan pemberian alasan hingga sampai pada simpulan yang seperti itu.’


(35)

18

Makino dan Tsutsui (1989:531), juga menambahkan bahwa:

The speaker’s conclusion obtained through deductive, logical judgment or calculation on the basis of what he has heard or read.

‘Simpulan pembicara diperoleh melalui deduktif, penilaian logis atau perhitungan atas dasar apa yang telah didengar atau dibaca.’

Contohnya:

6) 時差 4時間 あ 現地

Jisa ga yon-jikan arukara, genchi

Perbedaan waktu NOM 4 jam karena waktu setempat

8時 日本 う

no hachi-ji wa Nihon de wa choudo GEN jam 8 TOP Jepang di TOP persis

正午 わけ

shougo ni naru wake da tengah hari DAT menjadi JD

‘Jam 8 di waktu setempat, karena perbedaan waktu 4 jam, tak heran di Jepang menjadi siang hari.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei wake da dalam penelitian ini memiliki makna menjelaskan simpulan secara logis dengan mengungkapkan dugaan dan alasan.

4. Jodoushi Dantei Mono Da

Sakata dan Kuromachi (1993:125-126), menyatakan bahwa:

何 柄 け あ 思い至

あ 意識 心中 わい いう話 手 気持 表

用い ま 意外 実 接 感 驚 や 心 動

う 接 発 詠嘆 過去 振 返 壊旧 情


(36)

kokoro wo ugokasareru youna dekigoto ni sesshite hassuru eitan, kako wo furikaette no kaikyuu no jyou nado, shuju no shinjyou no komerareru youhou ga aru.

Mono da digunakan untuk menjelaskan perasaan pembicara yang timbul pada isi hati, sampai berpikir pada suatu hal sebagai pemicunya hal tersebut. Pada pemakaiannya juga dimasukkan bermacam-macam perasaan hati seperti nostalgia dengan melihat kembali ke masa lampau, mengeluarkan suara kagum dengan menerima peristiwa yang menyentuh perasaan, merasa terkejut dengan menerima fakta yang diluar dugaan, dan lain-lain.’

Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:

When mono indicates a reason or an excuse it is used only in very informal speech.

‘Ketika mono menunjukkan alasan atau alasan itu hanya digunakan dalam sambutan yang sangat informal.’

Contohnya :

7) ま 年寄 言う Tama ni wa toshiyori no iu Sesekali DAT TOP orang tua GEN mengatakan

koto wo kiku mono da. hal AKU mendengar JD

‘Sesekali harus mendengar hal yang dikatakan orang tua.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei mono da memiliki makna menjelaskan suatu perasaan yang timbul pada isi hati hingga berpikir pada pemicu dari suatu hal yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai perasaan hati seperti nostalgia, perasaan yang menyentuh perasaan, perasaan terkejut, dan lain-lain. Selain itu jodoushi dantei mono da juga memiliki makna menunjukkan suatu alasan yang digunakan dalam bentuk informal. Oleh karena itu, makna jodoushi dantei mono da dalam penelitian ini adalah menjelaskan perasaan hati yang di dalamnya terdapat


(37)

20

perasaan nostalgia, peristiwa yang menyentuh perasaan dan perasaan terkejut dalam konteks informal.

5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai

Sakata dan Kuromachi (1993:127), menyatakan bahwa:

~ い い 必 客観的 論拠 得 い あ

実 判断 そ 確言 意 表 用い

‘~Ni chigainai’ wa, kanarazushimo kakkantekina ronkyo wa ete inakute mo, aru koto wo jijitsu da to handan shi, sore wo kakugen suru i wo arawasu no ni mochiirareru.

‘Pola ~ni chigainai meskipun tidak selalu memperoleh suatu dasar argumen secara objektif, namun digunakan untuk menjelaskan maksud secara yakin dan anggapan mengenai suatu kenyataan.’

Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:

The speaker is convinced that there is no mistake on his part in guessing something.

‘Pembicara yakin bahwa tidak ada kesalahan dalam menebak sesuatu.’ Contohnya:

8) あ 件 い 彼女

Ano ken ni tsuite wa, kanojyo ga Itu peristiwa mengenai TOP dia NOM

うそ い い い い

uso wo tsuite iru ni chigainai. melakukan kebohongan JD

‘Tidak diragukan lagi mengenai peristiwa itu, dia berbohong.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni chigainai memiliki makna menyatakan suatu dasar argumen yang diperoleh secara objektif/umum. Selain itu, jodoushi dantei ~ni chigainai dapat digunakan ketika menjelaskan simpulan secara


(38)

6. Jodoushi Dantei Hazu Da

Sakata dan Kuromachi (1993:129), menyatakan bahwa:

何 根拠 基 い あ 実現 当然

え 態 あ い あ 柄 点 見

実 推論 結果 表 用い

‘Hazu da’ wa, nanraka no konkyo ni motozuite, aru koto no jitsugen ga touzen no koto to shite toraerareru jitai da, aruiwa, aru kotogara ga donna ten kara mite mo jijitsu da to suiron shita kekka wo arawasu no ni mochiirareru. Hazu da digunakan untuk menunjukkan hasil dari fakta dugaan yang dilihat dari bagaimana titik suatu hal atau kondisi yang ditangkap sebagai hal sewajarnya berdasarkan suatu alasan.’

Makino dan Tsutsui (1989: 133), juga menambahkan bahwa:

A dependent noun which expresses the speaker’s expectation that something will take place or took place or that someone or something is or was in some state.

‘Kata benda yang menyatakan harapan pembicara bahwa sesuatu akan terjadi atau berlangsung atau bahwa seseorang atau sesuatu berada di beberapa situasi/keadaan.’

Contohnya:

9) 程度 子供

Kono teido no koto wa, kodomo ni datte Ini taraf GEN hal TOP anak-anak DAT juga わ

wakaru hazu da. mengerti JD

‘Mengenai taraf ini, anak-anak juga seharusnya mengerti.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei hazu da memiliki makna menunjukkan hasil dari fakta dugaan berdasarkan suatu alasan dan makna menyatakan harapan pembicara bahwa akan terjadi atau berlangsungnya sesuatu.


(39)

22

7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

Sakata dan Kuromachi (1993:132), menyatakan bahwa:

~ ほ い 原因や理 何 あ あ い そ

必然的 結論 導 出 い 判断 表

~Ni hokanaranai wa genin ya riyuu ga nan dearu ka, aruiwa, sorekara hitsuzen-teki ni donna ketsuron ga michibiki dasareru ka nado ni tsuite no handan wo arawasu.

‘Pola ~ni hokanaranai digunakan ketika menjelaskan anggapan mengenai asal simpulan yang bagaimana atau apa, sehingga menjadi sebab dan alasan.’ Makino dan Tsutsui (1995:245), juga menambahkan bahwa:

A phrase that is used to indicate that an action / state mentioned in the topic phrase or clause is nothing but something.

‘Sebuah frase yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah aksi/ situasi/keadaan yang disebutkan dalam kalimat topik atau klausa hanyalah sesuatu.’

Contohnya:

10) 彼 今日 成功 長年 Kare no kyou no seikou wa naganen Dia GEN hari ini GEN keberhasilan TOP banyak tahun

努力 ま ほ い

no doryoku no tama mono ni hokanaranai. GEN usaha GEN hasil JD

‘Keberhasilan dia hari ini hanya menjadi hasil usahanya dalam banyak tahun.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki makna menjelaskan simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Selain itu, penggunaannya juga dapat menunjukkan sebuah tindakan/keadaan yang disebutkan dalam topik tidak


(40)

8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai

Sakata dan Kuromachi (1993:133), menyatakan bahwa:

~ い そ 程度 範囲 出 い 言う意 特

問題 ほ い い い 決

十分 ま 満足 い いう気持

態 そう え いう判断 表

~Ni suginaiwa, ‘sono teido hani wo denai’ to iu i de, ‘tokuni mondai ni suru hodo no koto wa nai’ toka ‘taishita koto wa nai’, ‘kesshite jyuubun na, mata, manzoku dekiru mono dewanai’ nado to iu kimochi wo komete, jitai wo sou toraeru to iu handan wo arawasu.

‘Pola ~ni suginai digunakan ketika menunjukkan simpulan yang ditangkap dari suatu anggapan, dengan memasukkan perasaan seperti ‘tidak pernah cukup selanjutnya tidak dapat puas hati’, ‘tidak seberapa’, ‘khususnya tidak cukup untuk masalah’ dengan maksud yang dikatakan ‘tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan itu.’

Makino dan Tsutsui (1995:271), juga menambahkan bahwa:

Something or someone is nothing more than what is stated in terms of amount, degree, status, significance, etc.

‘Sesuatu atau seseorang tidak lebih dari apa yang dinyatakan dalam hal jumlah, derajat, status, signifikansi, dan lain-lain.’

Contohnya:

11) 近い う 大地震 起 いう Chikai uchi ni oojishin ga okiru to iu Dekat dalam waktu gempa bumi NOM terjadi dikatakan

単 推測 い

no wa tannaru suisoku ni suginai. GEN TOP belaka dugaan JD

‘Tidak lebih dari dugaan belaka bahwa gempa bumi yang besar akan terjadi dalam waktu dekat.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni suginai memiliki makna menyatakan simpulan yang tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan dan


(41)

24

2.2.2.3 Konstruksi Jodoushi Dantei

Dalam segi kategori sintaksis atau yang disebut dengan kelas kata, hubungan gramatikal antar-kata dalam kalimat terdapat nomina, verba, adjektiva, adverbial, adposisi, dan lain sebagainya (Verhaar, 2012:170). Selain itu, dalam membentuk sebuah kalimat terdapat juga pembentukkan atau konstruksi di dalamnya. Konstruksi menurut Makino dan Tsutsui (1989), menyatakan bahwa:

1. Jodoushi Dantei Da

Makino dan Tsutsui (1989:18) menyatakan pembentukan dari verba bantu da yaitu:

a. X wa Y + da Contoh:

12) 中 学生

Tanaka-san wa gakusei da/desu. Saudara Tanaka TOP mahasiswa JD

‘Tanaka adalah seorang mahasiswa.’

b. Subjek + adjektiva (i/na) bentuk biasa + da Contoh:

13) 山川 元気

Yamakawa-san wa genki da. Saudara Yamakawa TOP sehat JD

‘Saudara Yamakawa sehat.’ c. X wa Y ga~ + da


(42)

Contoh:

14) 本 テニス 手

Honda-san wa tenisu ga jyouzu da. Saudara Honda TOP tenis NOM pandai JD ‘Saudara Honda pandai bermain tenis.’

Dalam hal ini, X berarti pernyataan/argumen pertama yang diakhiri dengan kategori nomina dan Y berarti pernyataan/argumen kedua yang diakhiri dengan kategori nomina.

2. Jodoushi Dantei No Da

Makino dan Tsutsui (1989:325-326) menyatakan pembentukan dari verba bantu no da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + no da Contoh:

15) 日本語 勉強 い

Nihon go wo benkyoushite iru no da. Bahasa Jepang AKU belajar JD ‘Kenyataannya (saya) sedang belajar bahasa Jepang.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + no da Contoh:

16) あ ビ 高

Ano biiru wa takakatta no da. Itu bangunan TOP tinggi JD

‘Kenyataannya bangunan itu tinggi.’ c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + no da


(43)

26

Contoh:

17) 私 ま 十七

Watashi wa mada juushichi na no desu. Saya TOP masih 17 tahun JD

‘Alasannya saya masih berusia 17 tahun.’

3. Jodoushi Dantei ~Wake Da

Makino dan Tsutsui (1989:532) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~wake da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + wake da Contoh:

18) A: 毎日 時間 日本語

Mainichi san-jikan mo nihongo wo Setiap hari tiga jam juga bahasa Jepang AKU 勉強 い

benkyou shite iru n desu ka. belajar NOM KOP

‘Apakah (anda) juga telah belajar bahasa Jepang tiga jam setiap hari ?’

B: 出来 わけ

Yoku dekiru wake desu ne.

Dengan baik bisa JD SHU

‘Tak heran (anda) bisa dengan baik ya.’ b. Adjektiva (i) + wake da

Contoh:

19) 昨日 時間 寝 い い

Kinou wa san-jikan shika nete inai. Kemarin TOP tiga jam hanya tidur


(44)

理 眠い わけ douri de nemui wake da. alasan KOP mengantuk JD

‘Kemarin tidur hanya tiga jam. Tidak heran alasannya saya mengantuk.’

c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + wake da Contoh:

20) スミス 十年間 テニス

Sumisu-san wa jyuu nenkan mo tenisu Saudara Smith TOP sepuluh tahun PAR tenis

手 わけ wo shita no dakara jyouzu-na wake da. AKU melakukan NOM karena pandai JD

‘Karena saudara Smith telah bermain tenis selama sepuluh tahun, tidak heran (dia) pandai.’

d. Nomina {to iu/datta} + wake da Contoh:

21) A : 山 英語

Yamada-san wa eigo no Saudara Yamada TOP bahasa Inggris GEN

いま

koto wa nande mo shitte imasu. hal TOP segala sesuatu mengetahui

‘Saudara Yamada tahu segala sesuatu tentang bahasa Inggris.’ B : 生 字引 いう わけ

Ikijibiki to iu wake desu ka. Kamus hidup dikatakan JD


(45)

28

4. Jodoushi Dantei Mono Da

Makino dan Tsutsui (1989:258-259) menyatakan pembentukan dari verba bantu mono da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + mono da Contoh:

22) 昔 映画 見

Mukashi wa yoku eiga wo mita mono da. Dahulu TOP sering film AKU menonton JD

‘Karena dahulu sering menonton film.’ b. Verba bentuk masu tai + mono da

Contoh:

23) いい う 一度 住 見 い

Konna ii uchi ni ichido sunde mitai Seperti ini bagus rumah di sekali lagi ingin tinggal

mono da. JD

‘Bagaimana mungkin ingin tinggal sekali lagi di rumah bagus seperti ini.’

c. Adjektiva (i/ na) bentuk biasa + mono (da) Contoh:

24) A : う 行 い ?

Doushite ikanai no ? ‘Mengapa tidak datang ?’


(46)

‘Karena saya sibuk.’

5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai

Makino dan Tsutsui (1989:305) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~ni chigainai yaitu:

a. Verba bentuk biasa + ni chigainai Contoh:

25) 人 今頃 ハワイ

Futari wa imagoro Hawai de Kedua orang TOP sekarang Hawaii LOK

楽 泳い い い い

tanoshiku oyoide iru ni chigainai. menikmati berenang JD

‘Tidak diragukan lagi kedua orang itu sekarang sedang menikmati berenang di Hawaii.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + ni chigainai Contoh:

26) 山口 頭 いい い い Yamaguchi-san wa atama ga ii ni chigainai. Saudara Yamaguchi TOP pintar JD

‘Tidak ada keraguan bahwa saudara Yamaguchi pintar.’ c. Adjektiva (na) stem nomina { ᴓ /datta} + ni chigainai

Contoh:

27) 一人 外国 行

Hitori de gaikoku e iku no Sendiri KOP luar negeri ke pergi NOM


(47)

30

大変 い い

wa taihen ni chigainai. TOP sulit JD

‘Tidak diragukan lagi pergi ke luar negeri sendiri menyulitkan.’ d. Nomina + ni chigainai

Contoh:

28) あ ンプソン い い

Are wa Tonpuson-san ni chigainai. Itu TOP Saudara Thompson JD

‘Tidak diragukan lagi itu pasti Saudara Thompson.’

6. Jodoushi Dantei Hazu Da

Makino dan Tsutsui (1989:133-134) menyatakan pembentukan dari verba bantu hazu da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + hazu da Contoh:

29) 大野先生 サン 知 い

Oono sensei wa Sandoro wo shitte iru hazu da. Profesor Ono TOP Sandra AKU tahu JD ‘Profesor Ono seharusnya tahu Sandra.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + hazu da Contoh:

30) あ 本 高

Ano hon wa takakatta hazu da. Itu buku TOP mahal JD ‘Buku itu seharusnya mahal.’


(48)

Contoh:

31) そ アパ い

Sono apaato wa kirei na hazu da. Itu apartemen TOP bersih JD ‘Apartemen itu seharusnya bersih.’

d. Nomina no/datta + hazu da Contoh:

32) カ ソン 昔 先生

Kaaruson san wa mukashi sensei datta hazu da. Saudara Carlson TOP dulu guru KOP JD ‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’

7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ni hokanaranai yaitu:

a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai Contoh:

33) 彼 話 冗談 ほ い (Kare no hanashi wa) jyoudan ni hokanaranai. Dia GEN pembicaraan TOP bergurau JD

‘Pembicaraan dia hanya menjadi gurauan.’ b. ~no wa~ kara + ni hokanaranai

Contoh:

34) 働 金 欲 い

Hataraku no wa okane ga hoshii Bekerja NOM TOP uang NOM ingin


(49)

32

ほ い

kara ni hokanaranai. NOM JD

‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’ c. ~wa~koto + ni hokanaranai

Contoh:

35) 書 著者 対話 Dokusho wa chosha to taiwa suru Membaca TOP penulis dengan dialog

ほ い

koto ni hokanaranai. NOM JD

‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’

8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai

Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ ni suginai yaitu:

a. Nomina + ni suginai Contoh:

36) 彼 私 ボ イフ ン Kare wa watashi no bouifurendo no Dia TOP saya GEN pacar GEN

一人 い

hitori ni suginai. seorang JD


(50)

Contoh:

37) 数 あ 中 ほ Kore wa suu aru naka no hon Ini TOP jumlah ada dalam GEN buku

一例 い

no ichirei ni suginai. GEN sebuah contoh JD

‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada dalam buku.’

c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai Contoh:

38) 彼 人 意見

Kare wa (tada) hito no iken wo Dia TOP hanya orang GEN pendapat AKU

受け売 い け い

ukeuri shite iru (dake) ni suginai.

membeo hanya JD

‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’

Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei juga memiliki makna mengenai ketetapan atau kepastian. Pada konsep Sakata&Kuromachi (1993), tidak dijelaskan tambahan makna selain makna simpulan.


(51)

34

2.3 Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu: 2.3.1 Sintaksis

Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina, preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai konstruksi jodoushi dantei.


(52)

2.3.2 Semantik

Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini, menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui (1989&1995).

Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya.


(53)

36

Contoh:

39) Adik jatuh dari sepeda

40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu 41) Dia jatuh cinta pada adikku

42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut

Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari penggunaan kata tersebut.


(1)

Contoh:

31) そ アパ い

Sono apaato wa kirei na hazu da. Itu apartemen TOP bersih JD ‘Apartemen itu seharusnya bersih.’

d. Nomina no/datta + hazu da Contoh:

32) カ ソン 昔 先生

Kaaruson san wa mukashi sensei datta hazu da. Saudara Carlson TOP dulu guru KOP JD ‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’

7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ni hokanaranai yaitu:

a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai Contoh:

33) 彼 話 冗談 ほ い

(Kare no hanashi wa) jyoudan ni hokanaranai. Dia GEN pembicaraan TOP bergurau JD

‘Pembicaraan dia hanya menjadi gurauan.’

b. ~no wa~ kara + ni hokanaranai Contoh:

34) 働 金 欲 い

Hataraku no wa okane ga hoshii Bekerja NOM TOP uang NOM ingin


(2)

ほ い kara ni hokanaranai. NOM JD

‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’ c. ~wa~koto + ni hokanaranai

Contoh:

35) 書 著者 対話

Dokusho wa chosha to taiwa suru Membaca TOP penulis dengan dialog

ほ い

koto ni hokanaranai.

NOM JD

‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’ 8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai

Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ ni suginai yaitu:

a. Nomina + ni suginai Contoh:

36) 彼 私 ボ イフ ン Kare wa watashi no bouifurendo no Dia TOP saya GEN pacar GEN

一人 い

hitori ni suginai. seorang JD

‘Dia tidak lebih dari seorang pacar saya.’ b. Number/counter + ni suginai


(3)

Contoh:

37) 数 あ 中 ほ Kore wa suu aru naka no hon Ini TOP jumlah ada dalam GEN buku

一例 い

no ichirei ni suginai. GEN sebuah contoh JD

‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada dalam buku.’

c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai Contoh:

38) 彼 人 意見

Kare wa (tada) hito no iken wo Dia TOP hanya orang GEN pendapat AKU

受け売 い け い

ukeuri shite iru (dake) ni suginai.

membeo hanya JD

‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’

Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei juga memiliki makna mengenai ketetapan atau kepastian. Pada konsep Sakata&Kuromachi (1993), tidak dijelaskan tambahan makna selain makna simpulan.


(4)

2.3 Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu: 2.3.1 Sintaksis

Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina, preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai konstruksi jodoushi dantei.


(5)

2.3.2 Semantik

Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini, menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui (1989&1995).

Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya.


(6)

Contoh:

39) Adik jatuh dari sepeda

40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu 41) Dia jatuh cinta pada adikku

42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut

Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari penggunaan kata tersebut.