Pendahuluan Gerakan sosial baru (Studi Kasus Pola Jaringan Gerakan Sosial Cinta Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indoensia Yogyakarta) Jurnal

commit to user 2

A. Pendahuluan

Manusia dengan segala kemampuanya untuk beradaptasi telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan, tahap perkembangan manusia dari era prasejarah sampai sejarah, dari nomaden sampai menetap, juga dari berburu menjadi meramu, bertanam dan akhirnya manusia dengan akal dan pikiranya dapat membuat berbagai macam alat untuk mempermudah kehidupan manusia di bumi. Dari berbagai perkembangan kehidupan manusia terdapat ciri yang jelas terlihat yaitu, memanfaatkan alam untuk dapat menyediakan setiap kebutuhan manusia, dan dengan kebutuhan alat yang telah diciptakan seperti mesin telah membuat manusia dapat mengelola setiap sumber daya alam, namun hasil dari eksploitasi ini adalah kerusakan berbagai kondisi lingkungan hidup, dari pencemaran udara akibat industri dan penggunaan kendaraan di setiap daerah, pencemaran tanah akibat sampah manusia, juga berkurangnya hutan dan lahan hijau untuk membuat perumahan, perkebunan yang sekali lagi dikatakan demi kemajuan dan kebutuhan manusi, masalah lingkungan ini terus berkembang merata di semua belahan dunia tanpa terkecuali. Pada pertengahan abad dua puluh tingkat kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan menyebabkan munculnya berbagai macam perlawanan untuk menentang kerusakan lingkungan akibat industri dan modernisasi yang mulai terjadi hampir merata di seluruh dunia. Gerakan-gerakan ini secara tegas ingin merubah relasi antara manusia dengan lingkungan atau alam ini sendiri, keinginan untuk meletakan relasi lingkungan dengan manusia pada derajat yang sama agar bentuk- bentuk ekspolitasi dan pengrusakan alam tidak lagi terjadi, dan membuat manusia itu sendiri menerima kerugiannya. Gerakan ini sendiri diawali dengan peradigma deep ecology atau sering disebut dengan ekophilosofi. Paradigma deep ecology sendiri adalah gagasan dari Bill Devall yang ingin mengurai kembali posisi manusia yang mendominasi alam dan menggunakanya sesuka hati, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Adanya paradigma ini mendorong pergerakan masyarakat untuk commit to user 3 merubah relasi manusia dengan lingkungan dengna meninjau ajaran agama, filosofi dan praktiknya. Devall meyakini bahwa dalam ajaran agama samawi ada kecendrungan dominasi manusia terhadap alam karena terdapat pemahaman bahwa manusia memiliki status lebih tinggi dibanding mahluk hidup lain dan akhirnya menyebabkan dominasi manusia terhadap alamSitumorang, 2013:69. Pada perkembanganya Gerakan Sosial ini mulai marak di Indonesia pada tahun 1980-an dengan dimulainya pertemuan dan forum NGO untuk menyebarkan donor, serta semangat perjuangan. Sehingga Mahasin dalam Suharko, 2005:103 menyebutnya sebagai era advokasi kebijakan dan pengembangan jaringan. Advokasi ini dikhususkan pada isu lingkungan dan isu gender, dan semejak itu isu lingkungan menjadi isu wajib bagi NGO dan pergerakanya. Dalam ranah sosiologi pergerakan ini disebut dengan gerakan sosial baru GSB gerakan yang muncul pada pertengahans tahun 1960-an yang tujuanya bukan lagi ekonomis-material, tapi gerakan sosial baru GSB lebih memilih isu strategis, seperti isu kesetaraan gender, isu masyarakat- masyarakat marjinal, dan isu-isu yang dapat membuat masyarakat bergerak kearah yang lebih baik. Dari sekian banyaknya gerakan sosal baru GSB yang lahir di Indonesia pada Oktober 1980 WALHI Wahana Lingkungan Hidup Indonesia terbentuk, dengan semangat untuk mengangkat isu-isu lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat yang lingkunganya mengalami kerusakan akibat dari eksploitasi dan modernisasi yang saat itu tengah marak terjadi. Semenjak saat itu WALHI menjadi salah satu LSM atau NGO garda depan yang menfokuskan diri pada isu-isu lingkungan. Perkembanganya mulai massif dengan munculnya WALHI di berbagai kota sebagai salah satu bentuk dari jaringan pergerakan WALHI guna mengakomodir semua permasalahan lingkungan di Indonesia. WALHI Yogyakarta sendiri awalnya terbentuk, pada tanggal 19 September 1986 hasil dari dialog mengenai lingkungan hidup di Yogyakarta oleh para pegiat lingkungan. Saat dialog itu disadari bahwa ada kebutuhan bersama untuk membentuk sebuah forum gerakan lingkungan di Yogyakarta yang dapat menampung aspirasi commit to user 4 perjuangan, mempermudah koordinasi dan berbagi informasi guna pelestarian lingkungan hidup. Usul ini pun diterima dengan baik oleh WALHI pusat di Jakarta dan akhirnya terbentuklah WALHI Yogyakarta. WALHI Yogya pada saat ini adalah salah satu LSM dengan aktivitas advokasi dan pendampingan yang banyak, karena WALHI sendiri memfokuskan diri pada empat wilayah advokasi yaitu perkotaan, merapi, perbukitan menoreh, pesisir selatan dan juga kawasan karst. Dalam setiap kegiatanya WALHI Yogya selalu mendapatkan dukungan banyak dari pegiat lingkungan diluar WALHI juga masyarakat sekitar yang dengan sadar ikut dalam pergerakan guna mencapai cita-cita bersama akan relasi seimbang antara manusia dan lingkunganya.

B. Metode Penelitian