terjadi, apa sebenarnya yang telah terjadi dan kemana arah kejadian-kejadian itu Kuntowijoyo, 2005: 3.
Menurut Hartono Kasmadi 2007:13, pengajaran sejarah pada siswa SMA dipersiapkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih sophisticated
berdasarkan pengalaman dalam menganalisis dan merekonstruksi masa lampau, mengkaji antar hubungannya dengan masa kini, dan implikasinya pada masa
depan. Mereka mengintegrasikan kisah-kisah individual tentang manusia, peristiwa, dan situasi untuk membangun wawasan konsep yang lebih luas,
berkesinambungan dan perubahan yang berhubungan dalam waktu dan antar budaya. Pada tingkatan SMA, peserta didik akan mampu secara sistematik berfikir
kritis tentang keputusan-keputusan sejarah, individu, nasional, dan global, interpretasi, konsekuensi, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu kritis,
seperti perdamaian, hak manusia, perdagangan, ekologi global. Peserta didik juga belajar bagaimana menarik pengalaman kesejarahan untuk pilihan-pilihan masa
sekarang.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,
setiap kelompok akan memperoleh penghargaan reward, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan Sanjaya, 2006: 242.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan
temannya. Pembelajaran kooperatif mendorong siswa akan aktif menemukan pengetahuannya sendiri melalui keterampilan proses, siswa belajar dalam
kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Proses pembelajarannya lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajarn kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim
dalam Trianto 2007: 42-44, yaitu: a.
Hasil Belajar akademik Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu
siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap keragaman ras, budaya dan agama, starata social kemampuan dan
ketidakmampuan. c.
Pengembangan keterampilan sosial
Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan
untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga ketrampilan-ketarmpilan tanggung jawab.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Ketika menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam
memahami suatu bahan ajar. Setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutanya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif