20
2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya Harus diakui bahwa kondisi
kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat
dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut
tidak memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah. Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang
menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu
anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu,
kering, atau tidak cukup luas, atau kekayaan alam lainnya.
2.2.5 Data Jumlah Penduduk Miskin Periode 2015
Data Badan Pusat Statistik BPS, Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara Sumut pada September 2015 sebanyak 1.508.140 orang atau 10,79 persen.
Angka tersebut bertambah sebanyak 44.470 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di bulan Maret 2015 yang berjumlah 1.463.670 orang
atau 10,53 persen. Selama periode maret hingga September 2015, penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah 16.010 orang dari 764.370 orang pada
Maret 2015 menjadi 780.380 orang pada September 2015. Di daerah perkotaan jumlah penduduk miskin bertambah 28.460 orang dari 699.300 orang pada Maret
Universitas Sumatera Utara
21
2015 menjadi 727.760 orang pada bulan September. Penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 10,51 persen, naik dibanding Maret 2015
yang sebesar 10,16 persen. Begitu juga dengan penduduk miskin daerah pedesaan yaitu 10,89 persen pada Maret 2015 naik menjadi 11,06 persen pada September
2015. Pada September 2015, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar Rp 366.137 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya
sebesar Rp 369.878 dan untuk daerah pedesaan sebesar Rp 352.637 per kapita per bulan.
Pada periode Maret hingga September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,649 pada Maret 2015 menjadi 1,893 pada September 2015 dan Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,421 pada
Maret 2015 menjadi 0,521 pada September 2015. Kondisi ini disebabkan banyak faktor, di antaranya kebijakan pemerintah yang berubah, meningkatnya inflasi,
serta nilai tukar petani yang menurun. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan
di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, dan kopi.
Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Pada periode September
2014–Maret 2015, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan P1 dan Indeks Keparahan Kemiskinan P2 cenderung mengalami kenaikan. Penduduk di Kota
Universitas Sumatera Utara
22
Medan, tercatat sebanyak 71.804 Rumah Tangga Sasaran RTS menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera PSKS.