dipersepsikan; 3. Situasi, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi persepsi Robins, 1996 Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah
pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk
menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” STS, “tidak setuju”
TS, “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” R, “Setuju”S dan “sangat setuju” SS. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model
Likert adalah skor T, yaitu : T
= 50 + [
X − X
rataan
�
] Keterangan :
T = skor standar X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X
rataan
= mean skor kelompok S
= deviasi standar kelompok Kriteria Uji
• Jika T
≥ 50, maka sikap positif •
Jika T ≤ 50, maka sikap negatif Azwar,2007
2.5 Penelitian Sebelumnya
Sujarno 2008, dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa Biaya kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan
di Kabupaten Langkat. Biaya kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh yang besar dibandingkan 3 faktor lain. Biaya kerja mempunyai
pengaruh positif terhadap pendapatan, ceteris paribus. Dengan kata lain, apabila biaya kerja naik akan meningkatkan pendapatan nelayan. Begitu
juga halnya dengan tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. Serta, nilai
elastisitas dari variabel Biaya kerja, tenaga kerja pengalaman, dan jarak tempuh melaut mempunyai nilai elastisitas kurang dari 1 inelastis
terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, sehingga respon pendapatan nelayan
terhadap Biaya kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut sangat
kecil.
Sasmita 2006, dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel
independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan usaha nelayan.
Haharap 2003, dalam penelitian tentang analisis masalah kemiskinan dan tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Indah Kecamatan Medan
Labuhan Kota Medan, menyatakan bahwa variabel independen modal investasiawal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional
dapat menerangkan variabel dependent pendapatan nelayan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Zulfikar 2002, hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat
diketahui ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut marawai dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring tabel maka Ho
terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring. Salim 1999, dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel independent jarak tempuh melaut, modal,
pengalaman kerja, jumlah perahu dan tenaga kerja dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan nelayan dan variabel independent yang bisa
diperhitungkan atau berpengaruh terhadap variabel dependent adalah pengalaman kerja dan jumlah perahu.
2.6 Kerangka Pemikiran