Uji Hipotesis dan Analisa Data

Jumlah Uang Beredar Jumlah Uang Beredar dalam arti luas M2 adalah penjumlahan dari M1 uang kartal dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening Koran atau demand deposit yang memasukkan deposito-deposito berjangka dan tabungan serta rekeninh valuta milik swasta domestic sebagai bagian dari penyediaan uang atau uang kuasi. Pengukuran yang digunakan dalam bentuk trilyun Rupiah Ishomuddin, 2010.

E. Uji Hipotesis dan Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan Metode Error Correction Model ECM sebagai alat ekonometrika perhitungannya serta di gunakan juga metode analisis deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang terjadi karena adanya kointegrasi diantara variabel penelitian.Sebelum melakukan estimasi ECM dan analisis deskriptif, harus dilakukan beberapa tahapan seperti uji stasioneritas data, menentukan panjang lag dan uji derajat kointegtasi.Setelah data di estimasi menggunakan ECM, analisis dapat dilakukan dengan metode IRF dan Variance decomposition. Langkah dalam merumuskan model ECM adalah sebagai berikut : 1. Melakukan spesifikasi hubungan yang diharapkan dalam model yang diteliti. IHSG t = α + α 1 JUB t + α 2 KURS t + α 3 R t ………………………………..1 Kekterangan : IHSG t : Indeks Harga Saham Gabungan per bulan pada periode t JUB t : Jumlah Uang Beredar pada periode t KURS t : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar periode t R t : Tingkat Suku Bunga pada periode t α α 1 α 2 α 3 : Koefisien jangka pendek 2. Membentuk fungsi biaya tunggal dalam metode koreksi kesalahan : C t = b 12 IHSG t – IHSG t + b 2 {IHSG t – IHSG t-1 – f t Z t – Z t- 1 } 2 …..2 Berdasarkan data diatas C t adalah fungsi biaya kuadrat, IHSG t adalah Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t, sedangkan Z t merupakan vector variabel yang mempengaruhi IHSG dan dianggap dipengaruhi secara linear oleh Jumlah uang beredar, Kurs, dan tingkat suku bunga. b 1 dan b 2 merupakan vector baris yang memberikan bobot kepada Z t – Z t-1 . Komponen pertama fungsi biaya tunggal di atas merupakan biaya ketidakseimbangan dan komponen kedua merupakan komponen biaya penyesuaian. Sedangkan B adalah operasi kelambanan waktu.Z t adalah daktor variabel yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. a. Meminimumkan fungsi biaya persamaan terhadap R t , maka akan diperoleh : IHSG t = ɛ IHSG t + 1-e IHSG t-1 – 1-e f t 1-B Z t ………………..3 b. Mensubtitusikan IHSG t – IHSG t-1 sehingga diperoleh : IHSG t = β + β 1 JUB t + β 2 KURS t + β 3 R t …………………………4 Keterangan : IHSG t : Indeks Harga Saham Gabungan per bulan pada periode t JUB t : Jumlah Uang Beredar per bulan milyar rupiah periode t KURS t : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar periode t R t : Tingkat Suku Bunga pada periode t β β 1 β 2 β 3 : Koefisien jangka panjang sementara hubungan jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : DIHSG = α 1 DJUB t + α 2 DKURS t + α 3 DR t ……………5 DIHSG t = R t – α IHSG t-1 - β – β 1 JUB t-1 + β 2 KURS t-1 + β 3 R t-1 + t ……………………………………...6 Dari hasil parameterisasi persamaan jangka pendek dapat menghasilkan bentuk persamaan baru, persamaan tersebut dikembangkan dari persamaan yang sebelumnya untuk mengukur parameter jangka panjang dengan menggunakan regresi ekonometri dengan menggunakan model ECM : DIHSG t = β + β 1 DJUB t +β 2 DKURS t + β 3 DR t + β 4 DJUB t-1 + β 5 DKURS t-1 + β 6 DR t-1 + ECT + t …………..7 ECT = JUB t-1 + KURS t-1 + R t-1 …………………………….8 Keterangan : DIHSG t : Indeks Harga Saham Gabungan per bulan DJUB t : Jumlah Uang Beredar milyar rupiah DKURS t : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar DR t : Tingkat Suku Bunga persen DIHSG t-1 : Kelambanan Indeks Harga Saham Gabungan JUB t-1 : Kelambanan Jumlah Uang Beredar DKURS t-1 : Kelambanan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar DR t-1 : Kelambanan Tingkat Suku Bunga t : Residual D : Perubahan t : Periode Waktu ECT : Error Correction Term 1. Uji Akar Unit unit root test Konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtut waktu adalah uji akar unit. Apabila suatu data runtut waktu bersifat tidak stasioner, maka dapat diakatakan bahwa data tersebut tengah menghadapi persoalan akan unit unit root problem . Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara membandingkan nilai t-statistics hasil regresi dengan nilai test Augmented Dickey Fuller. Model persamaannya adalah sebagai berikut : ∆IHSG t = a 1 + a 2 T + ∆IHSG t-1 + α i ∑ ∆IHSG �=1 t-1 + e t ……….9 Dimana ∆IHSG t-1 = ∆IHSG t-1 - ∆IHSG t-2 dan seterusnya, m = panjangnya time- lag berdasarkan i = 1,2 ….m. Hipotesis nol masih tetap ϑ = 0 atau p = 1. Nilai t-statistics ADF sama dengan nilai t-statistik DF. 2. Uji Derajat Integrasi Apabila pada uji akar unit di atas data runtut waktu yang diamati belum stasioner, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat integrasi ke berapa data akan stasioner. Uji derajat integrasi dilaksanakan dengan model : ∆IHSG t = β 1 + ϑ∆IHSG t-1 + α 1 ∑ ∆IHSG �=1 t-1 + e t ……………10 ∆IHSG t = β 1 + β 2 T + ϑ∆IHSG t-1 + α 1 ∑ ∆IHSG �=1 t-1 + e t …….11 Nilai t-statistik hasil regresi persamaan 10 dan 11 dibandingkan dengan nilai t-statistik pada tabel DF. Apabila nilai ϑ pada kedua persamaan sama dengan satu maka variabel ∆IHSG t dikatakan stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan ∆IHSG t ~ I 1. Tetapi kalau nilai ϑ tidak berbeda dengan nol, maka variabel ∆IHSG t belum stasioner derajat integrasi pertama.Karena itu pengujian dilanjutkan ke uji derajat integrasi ke dua, ketiga, dan seterusnya sampai didapatkan data variabel ∆IHSH t yang stasioner. 3. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi yang paling sering dipakai uji engle-granger EG, uji augmented Engle-Granger AEG dan uji Cointegrating regression Durbin-watson CRDW. Untuk mendapatkan nilai EG, AEG dan CRDW hitung, data yang akan digunakan harus sudah terintegrasi pada derajat yang sama. Pengujian OLS terhadap suatu persamaan di bawah ini : IHSG t = a + a 1 ∆JUB t + a 2 ∆KURS t + a 3 ∆R t +e t ………………12 Dari persamaan 12, simpan residual error terms-nya. Langkah berikutnya adalah menaksir model persamaan autoregressive dari residual tadi berdasarkan persamaan- persamaan berikut : ∆ t = t-1 ……………………….………… 13 ∆ t = t-1 + α 1 ∑ ∆� �=1 t-1 ………………………………… 14 Dengan uji hipotesisnya : H : = I 1, artinya tidak ada kointegrasi H : I 1 , artinya ada kointegrasi 4. Error Correction Model Apabila lolos dari uji kointegrasi, selanjutnya akan di uji dengan menggunakan model linear dinamis untuk mengetahui kemungkinana terjadinya perubahan sturktural, sebab hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dan variabel terikat dari hasil uji kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Secara singkat, proses bekerjanya ECM pada persamaan Indeks Harga Saham Gabungan yang telah dimodofikasi menjadi : ∆IHSG t = a + a 1 ∆JUB t + a 2 ∆KURS t + a 3 ∆R t + a 4 e t-1 + e t ……. 15 5. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik dari hasil penelitian dalam persamaan regresi yang meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. a. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear antara variabel independen di dalam model regresi.Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas pada model, peneliti menggunakan metode parsial antar variabel independen. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan masalah regresi yang faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Hal ini akan memunculkan berbagai permasalahan yaitu penaksir OLS yang bias, varian dari koefisien OLS akan salah. c. Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi. Jika model mempunyai korelasi, parameter yang diestimasi menjadi bias dan variasinya tidak lagi minimum dan model menjadi tidak efisien. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya auotkorelasi dalam model digunakan uji Lagrange Multiplier LM. Prosedur pengujian LM adalah jika nilai ObsR-Squared lebih kecil dari nilai tabel maka model dapat dikatakan tidak mengandung auotkorelasi. Selain itu juga dapat dilihat dari nilai probabilitas chisquares, jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α yang dipilih maka berarti tidak ada masalah autokorelasi. d. Linearitas Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji Ramsey Reset. Di mana, jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F- kritisnya pada α tertentu berarti signifikan, maka menerima hipotesis bahwa model kurang tepat.

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum ObyekSubyek Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA, INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M1) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

4 27 32

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga (SBI) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Harga Saham Sektor Properti di BEI Periode 2006-2011

0 7 124

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham syariah di Indonesia dan Malaysia periode Mei 2011 – Desember 2015

0 14 127

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 12 15

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 3 18

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Nilai Tukar ( Kurs) Dolar Amerika/ Rupiah (US$/ Rp), Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 – 2010.

0 4 8

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 85