PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PENERIMA DANA DALAM PERJANJIAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN DANA BERGULIR BPLM DI KABUPATEN KULON PROGO

hewan melalui pengelolaan dana bergulir. Program dana bergulir adalah bantuan perkuatan pemerintah dalam bentuk uang atau barang modal yang disalurkan kepada kelompok tani bidang usaha peternakan. Dana tersebut disalurkan melalui pola bergulir. Kebijakan pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam hal fungsi alokasi untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo sudah menyalurkan dana bergulir ke kelompok tani bidang usaha ternak hewan yang lolos verifikasi. Tujuan dana bergulir adalah 1 : 1. Untuk membantu pengadaan maupun penguatan modal bagi anggota kelompok tani atau kelompok tani dalam melaksanakan usaha ternak hewan. 2. Meningkatkan kemandirian dan kerja sama kelompok tani bidang usaha ternak hewan. 3. Meningkatkan kemampuan kelompok ternak hewan secara managerial dan teknis dalam mengembangkan usaha kelompoknya. 4. Meningkatkan populasi dan produksi hewan ternak. Total nilai dana bergulir yang sudah di keluarkan oleh Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo kurang lebih 4,2M dari 1 Direktorat Budidaya Ternak, 2013, Panduan Pembinaan Kelompok Ternak, Jakarta, Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, hlm 20 . 2 tahun 2012-2015 di bidang usaha peternakan hewan. Dana bergulir diberikan kepada masyarakat kelompok tani bidang usaha peternakan dengan syarat 2 : 1. Kelompok tani yang aktif dan dinamis dan telah mendapatkan pengakuan dari instansi pengampu kelompok tani yang telah teregristrasi. 2. Mengajukan proposal permohonan pengembangan budidaya ternak kepada dinas terkait. 3. Sanggup melaksanakan dan telah melaksanakan pengembangan budidaya ternak sesuai petunjuk teknis. 4. Mengelola dan memanfaatkan bantuan dana bergulir untuk mengembangkan budidaya ternak. 5. Meningkatkan kapasitas usaha dan kelembagaan kelompok melalui peningkatan populasi. 6. Mau menerima saranrekomendasi teknis kewirausahaan dan manajemen usaha dari petugas pendamping, penyuluh pertanian, perguruan tinggi, dan pihak yang berkompeten lainnya. 7. Melakukan pencatatan dan melaporkan perkembangan usaha ternak pada dinas terkait. 8. Bersedia mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh tim teknis dengan surat pernyataan dan kesanggupan bermaterai. 2 Ibid, hlm 25. 3 Dalam pelaksanaanya pengembalian dana bergulir tidak lancar atau macet dengan nilai yang tidak sedikit pada penerima dana yang tidak sedikit pula. Namun hingga saat ini terdapat dana yang belum dikembalikan oleh masyarakat penerima dana. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk membuat tulisan hukum dengan judul “Tanggung Jawab Penerima Dana Dalam Perjanjian Pengelolaan Pemanfaatan Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo.” Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggung jawab penerima dana bergulir BPLM apabila tidak melaksanakan petunjuk dan bimbingan teknis dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo dan LKMA? 2. Bagaimana tanggung jawab penerima dana bergulir BPLM apabila menggelapkan dana? Berdasarkan uraian tersebut, maka penulisan ini dilakukan dengan tujuan: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui tanggung jawab penerima dana bergulir BPLM di Kabupaten Kulon Progo apabila tidak melaksanakan petunjuk dan bimbingan teknis dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo dan LKMA. 4 b. Untuk mengetahui tanggung jawab penerima dana bergulir BPLM di Kabupaten Kulon Progo apabila menggelapkan dana. 2. Tujuan Subyektif Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 5

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, KREDIT DAN

PERJANJIAN KREDIT, JAMINAN DAN DANA BERGULIR A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Berdasarkan ketentuan pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah: “suatu perbuatan dengan mana 1 satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 satu orang lain atau lebih”. Menurut Subekti, perjanjian itu sendiri adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 1 Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 2 Dari peristiwa tersebut, timbullah suatu hubungan antara dua orang yang dinamakan perikatan. Hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping sumber-sumber lain. Perjanjian menurut Setiawan adalah “perbuatan huku suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.” 3 Perjanjian menurut Sudikno 1 Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, Cetakan kesembilan belas, Jakarta, Intermasa, hlm 1. 2 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm 78. 3 Setiawan, 1987, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung, Bina Cipta, hlm 49. 1 Martokusumo adalah “hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hak dan kewajiban.” 4 Berdasarkan definisi dari pasal 1313 KUHPerdata dan atas dasar pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum tentang adanya kesepakatan atau persetujuan antara orang perorangan atau lebih mengenai hak-hak dan kewajibannya untuk melakukan suatu hal tertentu yang menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan pengertian mengenai perjanjian dan perikatan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan tentang unsur-unsur perjanjian yaitu sebagai berikut : a. Adanya pihak-pihak yang setidaknya dua pihak b. Adanya kesepakatan yang terjadi antara para pihak c. Adanya tujuan yang akan dicapai d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan Adanya para pihak yaitu sebagai subjek dalam perjanjian. Subjek perjanjian ini dapat berupa manusia dan badan hukum. Subjek badan hukum tersebut harus mampu atau wenang melaksanakan perbuatan hukum seperti telah ditetapkan dalam Undang-undang. 4 Sudikno Martokusumo, 1989, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, hlm 97. 2