Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pencegahan Dan Penghimpunan Dana Ilegal Di Masyarakat
TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENCEGAHANDAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA
ILEGAL DI MASYARAKAT
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh : JESSICA GRACE
110200344
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan pertolonganNya Penulis mampu untuk menjalankan perkuliahan sampai tahap penyelesaian skripsi pada Jurusan Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.
Skripsi ini berjudul “TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGHIMPUNAN DANA ILEGAL DI MASYARAKAT”. Judul ini diangkat karena ketertarikan Penulis untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas baru untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya penghimpunan dana ilegal di masyarakat. Pada kesempatan kali ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang banyak membantu Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Untuk semua ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting., S.H., M.Hum., sebagai Pembantu
Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M., sebagai Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Saidin.S.H., M.Hum., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas
(3)
5. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Prof.Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I
yang selalu mengayomi dan telah memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis selama proses penulisan skripsi ini.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang
juga telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen, Staf Administrasi, dan Pegawai di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua orang tua, J. Simanjuntak dan N. Br Panjaitan, abang Daniel
Sylvester Simanjuntak, adik Benny Oscar Simanjuntak serta seluruh anggota keluarga besar Penulis atas perhatian dan doanya selama ini.
10. Seluruh Abang, kakak dan teman-teman di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Demikian Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas cakrawala berpikir kita semua.
Medan, 21 April 2015 Penulis
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
ABSTRAKSI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7
D. Keaslian Penulisan ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II PENGATURAN PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT OLEH INDUSTRI JASA KEUANGAN A. Ruang Lingkup Industri Jasa Keuangan Bank ... ...19
1. Pengertian Bank ... 19
2. Jenis-Jenis Bank ... 21
3. Kegiatan-kegiatan Bank ... 25
B. Ruang Lingkup Industri Jasa Keuangan Non Bank ... 33
1. Pasar Modal ... 33
2. Perusahaan Asuransi ... 49
3. Dana Pensiun ... 56
4. Lembaga Pembiayaan ... 60
(5)
BAB III SISTEM PENGATURAN DAN PENGAWASAN
OTORITAS JASA KEUAGAN TERHADAP INDUSTRI
JASA KEUANGAN DI INDONESIA
A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ... 63
B. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam Sistem Keuangan... 66
C. Kewenangan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam Sistem Keuangan Indonesia ... 76
BAB IV TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGIMPUNAN DANA ILEGAL DI MASYARAKAT A. Modus Operandi Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat ... 86
B. Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan danPenanggulangan Penghimpunan Dana ilegal di Masyarakat ...98
BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 106
(6)
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA
ILEGAL DI MASYARAKAT Jessica Grace *
Bismar Nasution ** Ramli Siregar ***
Maraknya kasus penipuan yang terjadi dalam sektor keuangan di masyarakat membuat masyarakat mengalami kerugian. Perusahaan keuangan yang tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang melakukan penghimpunan dana di masyarakat dengan modus operandi investasi. Hal ini menyebabkan penghimpunan dana yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki izin tersebut dikategorikan ilegal. Penyebabnya tak lain adalah masyarakat Indonesia yang kurang memahami pengelolaan keuangan (melek finansial) dan kurang mengenal industri jasa keuangan di Indonesia. Permasalahan dalam penulisan ini adalah tentang sistem pengaturan penghimpunan dana oleh industri jasa keuangan, sistem pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan, serta tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan dan penanggulanngan penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data sekunder (bahan hukum)
dilakukan dengan studi pustaka (library research). Data yang terkumpul dianalisis
dengan metode kualitatif.
Lembaga OJK sebagai pengawas baru dalam industri jasa keuangan memiliki tujuan salah satunya adalah mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dalam hal ini, OJK memiliki tugas dalam pencegahan kerugian dan perlindungan konsumen.Maka dari itu OJK mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar mengenali industri jasa keuangan dan produk yang ditawarkan oleh industri jasa keuangan atau disebut
juga paham finansial (financial literacy) melalui edukasi dan sosialisasi yang
dilakukan.Dengan demikian masyarakat akan semakin paham dan tidak terjebak dalam penghimpunan dana ilegal yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak meiliki izin tersebut. Sebagai upaya penindakan, OJK melakukan kerjasama dan koordinasi dengan satuan tugas yang telah dibentuk.
Kata Kunci : Tanggung Jawab, Otoritas Jasa Keuangan, Penghimpunan Dana Ilegal
* Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang sering kita sebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga keuangan adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Selain itu, kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa
keuangan. 1
Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah “setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan
dana atau kedua-duanya”.2 Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan ke
dalam dua golongan besar, yaitu: Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya. Dalam suatu sistem keuangan mencakup sistem moneter (otoritas
moneter dan lembaga keuangan bank) dan lembaga keuangan bukan bank.3
Sistem keuangan (financial system) pada umumnya merupakan suatu kesatuan
sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menarik dana dari dan menyalurkannya
kepada masyarakat.4
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya(Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2011), hlm.2.
2
Ibid., hlm.2.
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia(Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, J,2008), hlm. 6.
4
(8)
Salah satu lembaga keuangan yang menarik atau menghimpun dana tersebut adalah bank. Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman juga
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.5
Mengenai bidang yang digeluti oleh lembaga keuangan bukan bank adalah sektor-sektor yang berhubungan dengan pembiayaan pembangunan berupa pemberian kredit jangka menengah atau jangka panjang juga dapat berupa penyertaan modal dan usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
bidang-bidang tertentu.6
Pendirian suatu perusahaan yang mempunyai wewenang untuk melakukan penghimpunan dana tersebut harus mendapat izin dari otoritas yang berwenang. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam penghimpunan dana yang tidak memiliki izin yang resmi dari otoritas yang berwenang untuk mengeluarkannya. Hal ini menyebabkan penghimpunan dana yang dilakukan oleh pelaku jasa keuangan tersebut menjadi ilegal. Para pelaku kejahatan menjaring dana masyarakat dengan modus operandi investasi dengan keuntungan tetap dan tidak wajar. Pada umumnya perusahaan yang ilegal tersebut berbentuk badan usaha seperti Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi Simpan Pinjam dan hanya memiliki dokumen Akta Pendirian/Perubahan Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Keterangan domisili dari Lurah setempat, dengan legalitas usaha berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Tanda
5
Kasmir, Op.Cit., hlm. 4.
6
(9)
Daftar Perusahaan (TDP).7 Sementara, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, diatur bahwa Perusahaan dilarang menggunakan SIUP untuk melakukan kegiatan “menghimpun dana masyarakat dengan menawarkan janji
keuntungan yang tidak wajar (money game)”.8
Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia saat ini dan makin beragamnya produk keuangan yang ditawarkan, minat masyarakat untuk
melakukan investasi makin meningkat.9
Hampir semua orang mengenal uang, dan hampir selalu menginginkannya di dalam dunia modern saat ini.Akan tetapi sangat sedikit yang memahaminya. Memahami dalam hal ini juga termasuk kemampuan mengelola uang dan mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan dari setiap transaksi menggunakan uang. Sebagai negara berkembang yang memiliki wilayah sangat luas dan penduduk nomor empat terbesar di dunia, Indonesia menghadapi masalah banyaknya penduduk yang belum memahami masalah keuangan. Dengan kata
Sementara hal ini tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap praktik-praktik penghimpunan dana ilegal yang tumbuh subur di masyarakat. Faktor iming-iming imbal hasil yang tetap dan bunga yang tinggi menjadi penarik masyarakat untuk tidak pikir panjang dalam memasukkan dananya kepada pelaku jasa keuangan tersebut.
7
Investasi: ada keuntungan, ada risiko,
tanggal 27 Januari 2015).
8
Modus operandi penipuan berkedok
investas
9
Investasi: ada keuntungan, ada risiko,
tgl 27 Jan 2015).
(10)
lain, tingkat literasi keuangan (financial literacy) masyarakat Indonesia masih
rendah.10
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia tanhun 2012 menunjukkan bahwa akses masyarakat ke industri keuangan formal masih sangat minim. Menurut penelitian tersebut, akses penduduk Indonesia ke lembaga keuangan formal hanya 20 persen dari total jumlah penduduk. Artinya, jika jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 diperkirakan sekitar 250 juta, berarti hanya 50 juta penduduk saja yang pernah berhubungan dengan lembaga keuangan formal, dan jumlah itu akan semakin lebih sedikit bila kita berbicara akses
terhadap fasilitas kredit atau pembiayaan.11
Pelaku kejahatan menyadari, banyak orang kaya baru yang biasanya bingung menginvestasikan uangnya. Mereka kelebihan dana dan membutuhkan saluran investasi sehingga seharusnya dapat disikapi oleh lembaga pegiat investasi baik perbankan maupun nonbank. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak diimbangi dengan masyarakat yang mau sadar akan pentingnya kesadaran
terhadap risiko atas setiap produk keuangan yang akan diambil.12
Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK)
10
“Literasi Keuangan menuju Masyarakat yang well literate”, Majalah OJK, Edisi
November 2013 tahun I, hlm. 54. Financial literacy adalah suatu rangkaian proses atau kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan konsumen maupun masyarakat agar mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik. Dengan bertambahnya tingkat literasi keuangan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi lebih optimal. Masyarakat juga bisa memilih produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, mengetahui manfaat dan risikonya, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan.
11
Ibid.hlm.13.
12
Lidya Suryani Widayat, “Pencegahan dan Penanganan Investasi Ilegal” (Vol. V, No. 05/I/P3DI/Maret/2013),hlm.1.
(11)
menandai dimulainya era baru sistem pengawasan sektor jasa keuangan.13 UU OJK menata ulang sistem pengawasan sektor jasa keuangan dengan menetapkan beberapa perubahan mendasar sistem pengawasan yang selama ini diterapkan di Indonesia. Perubahan mendasar yang dilakukan UU OJK adalah: Pertama, menerapkan sistem pengawasan terintegrasi. Kedua, memisahkan pengawasan microprudential dengan pengawasan macroprudential. Ketiga, membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dan menetapkan Menteri Keuangan sebagai Koordinator. Keempat, meningkatkan edukasi keuangan dan perlindungan konsumen jasa keuangan. Kelima, mempertajam peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan terakhir, memperkuat penegakan hukum di sektor
jasa keuangan.14
Otoritas Jasa keuangan (selanjutnya disebut OJK) sebagai lembaga yang dibentuk salah satunya dengan tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal dengan modus operandi investasi
yang terjadi di masyarakat.15
13
Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan” (Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perkonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014), hlm.1.
14
Ibid.
15
Lihat konsiderans UU Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, yang diwujudkan melalui adanya sistem pengaturan dan
(12)
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.16
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan mengatur hal-hal sebagai berikut: tugas dan wewenang, struktur keorganisasian, perlindungan terhadap masyarakat, kerahasiaan informasi, rencana kerja dan anggaran, pelaporan dan akuntabilitas,
hubungan kelembagaan, penyidikan serta sanksi.17 OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan
perizinan kepada lembaga jasa keuangan18. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Otoritas Jasa Keuangan berlandaskan pada asas independensi, asas kepastian hukum, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas profesionalitas,
asas integritas dan asas akuntabilitas.19
Berdasarkan uraian di muka, maka dibuat judul skripsi “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”.
16
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan(Jakarta:Raih Asa Sukses,
2014), hlm. 57.
17
Ibid, hlm. 55.
18
Ibid.
19
(13)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas, dalam
skripsi yang bejudul “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam
Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”, maka rumusan masalah yang dapat ditarik oleh Penulis yaitu:
1. Bagaimanakah sistem pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh industri
jasa keuangan di Indonesia?
2. Bagaimanakah sistem pengaturan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengawasan
industri jasa keuangan di Indonesia?
3. Bagaimana tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan terhadap pencegahan dan
penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh
industri jasa keuangan
2. Untuk mengetahui sistem pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
terhadap industri jasa keuangan di Indonesia
3. Untuk mengetahui tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan
dan penanggulangan peghimpunan dana ilegal di masyarakat
Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini adalah:
(14)
1. Manfaat teoritis
Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang tanggung jawab OJK sebagai lembaga baru yang dibentuk salah satunya untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dan masyarakat dalam penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
2. Manfaat praktis
Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi masyarakat tentang tangung jawab OJK dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai tanggung jawab OJK sebagai lembaga yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan edukasi dan perlindungan konsumen dalam hal penghimpunan dana ilegal.
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis, maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang
berjudul “Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”. Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang
(15)
tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 15 Desember 2014 menyatakan bahwa “Tidak ada judul yang sama”.
Penelusuran juga diadakan ke berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat” belum pernah ada penelitian dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Sekalipun ada, hal tersebut adalah diluar pengetahuan penulis. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Jenis kegiatan usaha bank ditentukan dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) menyebutkan:“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
(16)
kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Berdasarkan rumusan tersebut dapat dirinci jenis usaha bank, yaitu:
1. menghimpun dana dalam bentuk simpanan
2. menyalurkan dana dalam bentuk kredit; dan
3. bentuk-bentuk lain
Pengertian menghimpun dana (fund raising) adalah kegiatan usaha mencari dan
mengumpulkan dana dari masyarakat luas dengan menggunakan strategi tertentu,
sehingga masyarakat mau menanamkan dana di bank dalam bentuk simpanan.20
Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service.21
20
Abdulkadir Muhammad,Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan(Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2004),hlm. 48.
21
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga keuangan Lain(Jakarta: Salemba Empat,
2014),hlm. 9.
Agent of trust maksudnya adalah dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi dengan adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank. Selain itu agent of development
maksudnya adalah kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah
(17)
kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. Agent of services maksudnya adalah disamping mellakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini adalah erat kaitannya dengan kegiatan perkonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Tedapat pula jenis lembaga keuangan lainnya yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau semacam
simpanan. 22
Undang-Undang Otorits Jasa Keuangan menyebutkan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek dalam yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Diantaranya adalah pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.
23
22
Abdulkadir, Op.Cit.,hlm. 50.
23
Pasal 1 angka (6) UUOJK
Pengertian perasuransian adalah usaha perasuransian yang bergerak di sektor usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang, usaha reasuransi, dan usaha penunjang usaha asuransi yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian
(18)
kerugian asuransi dan jasa aktuaria.24 Pengertian dari dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun.25 Pengertian lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.26
Selanjutnya pengertian lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara program
jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan.27
Otoritas Jasa Keuangan berfungsi sebagai pengawas industri jasa keuangan di Indonesia. OJK didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang menciptakan suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis, dan saling terkait. Alasan lainnya adalah banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan , dan
terganggunya stabilitas sistem keuangan serta lemahnya penegakan hukum.28
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan bahwa perlindungan konsumen dan masyarakat memperoleh perhatian khusus, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada OJK untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, termasuk meminta Lembaga
24
Pasal 1 angka (7) UUOJK
25
Pasal 1 angka (8) UUOJK
26
Pasal 1 angka (9) UUOJK
27
Pasal 1 angka (10) UUOJK
28
(19)
Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut
berpotensi merugikan masyarakat. 29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan). Ilegal adalah tidak menurut hukum dan tidak sah.30
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan Berdasarkan hal tersebut, maka penghimpunan dana ilegal dapat diartikan penghimpunan dana yang tidak menurut hukum dan tidak sah. Artinya penghimpunan dana tersebut tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang untuk melakukannya atau memiliki izin namun tidak sesuai dengan peruntukannya. Sehingga Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mempunyai tujuan salah satunya melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Spesifikasi penelitian
29
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 139.
30
(20)
pustaka atau bahan sekunder. 31 Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law
in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.32
a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK
Dalam penelitian ini, adapun undang-undang yang digunakan antara lain :
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan
c. peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan
dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.33
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
2. Sumber data
31
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13.
32
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm.118.
33
Law Education,
(21)
sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.34
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif
Data sekunder berfungsi untuk mencari data awal/informasi, mendapatkan batasan/definisi/arti suatu istilah. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain :Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun,Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM), UU Perbankan, UU OJK,Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian,Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
34
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis(Jakarta : PT.
(22)
dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet.
Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan
tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran dan majalah.
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan (studi pustaka). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
Untuk memperoleh data dari sumber ini dengan memadukan, mengumpulkan, menafsirkan, dan membandingkan buku-buku dan arti-arti yang berhubungan dengan judul skripsi “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”
4. Analisis data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder,biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan :
a. mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan denganpermasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
(23)
b. melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.
c. mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.
d. memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan. G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II PENGATURAN PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT
OLEH INDUSTRI JASA KEUANGAN
Bab ini akan membahas mengenai bagaimana pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh industri jasa keuangan,
(24)
ruang lingkup industri jasa keuangan yang mempunyai wewenang menghimpun dana dari masyarakat.
BAB III SISTEM PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS
JASA KEUANGAN TERHADAP INDUSTRI JASA KEUANGAN DI INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai, latar belakang Pembentukan Otoritas Jasa keuangan, Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam sistem keuangan Indonesia, kewenangan dan fungsi otoritas jasa keuangan dalam sistem keuangan Indonesia
BAB IV TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA ILEGAL DI MASYARAKAT
Bab ini akan membahas mengenai modus operandi penghimpunan dana ilegal di masyarakat, urgensi penindakan penghimpunan dana ilegal di Indonesia Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat, dan koordinasi Otoritas Jasa Keuangan dengan lembaga terkait untuk menanggulangi penghimpunan dana ilegal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan orang-orang yang membacanya.
(25)
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA
ILEGAL DI MASYARAKAT Jessica Grace *
Bismar Nasution ** Ramli Siregar ***
Maraknya kasus penipuan yang terjadi dalam sektor keuangan di masyarakat membuat masyarakat mengalami kerugian. Perusahaan keuangan yang tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang melakukan penghimpunan dana di masyarakat dengan modus operandi investasi. Hal ini menyebabkan penghimpunan dana yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki izin tersebut dikategorikan ilegal. Penyebabnya tak lain adalah masyarakat Indonesia yang kurang memahami pengelolaan keuangan (melek finansial) dan kurang mengenal industri jasa keuangan di Indonesia. Permasalahan dalam penulisan ini adalah tentang sistem pengaturan penghimpunan dana oleh industri jasa keuangan, sistem pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan, serta tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan dan penanggulanngan penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data sekunder (bahan hukum)
dilakukan dengan studi pustaka (library research). Data yang terkumpul dianalisis
dengan metode kualitatif.
Lembaga OJK sebagai pengawas baru dalam industri jasa keuangan memiliki tujuan salah satunya adalah mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dalam hal ini, OJK memiliki tugas dalam pencegahan kerugian dan perlindungan konsumen.Maka dari itu OJK mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar mengenali industri jasa keuangan dan produk yang ditawarkan oleh industri jasa keuangan atau disebut
juga paham finansial (financial literacy) melalui edukasi dan sosialisasi yang
dilakukan.Dengan demikian masyarakat akan semakin paham dan tidak terjebak dalam penghimpunan dana ilegal yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak meiliki izin tersebut. Sebagai upaya penindakan, OJK melakukan kerjasama dan koordinasi dengan satuan tugas yang telah dibentuk.
Kata Kunci : Tanggung Jawab, Otoritas Jasa Keuangan, Penghimpunan Dana Ilegal
* Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II
(26)
BAB I PENDAHULUAN B.Latar Belakang
Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang sering kita sebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga keuangan adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Selain itu, kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa
keuangan. 35
Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah “setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan
dana atau kedua-duanya”.36 Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan ke
dalam dua golongan besar, yaitu: Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya. Dalam suatu sistem keuangan mencakup sistem moneter (otoritas
moneter dan lembaga keuangan bank) dan lembaga keuangan bukan bank.37
Sistem keuangan (financial system) pada umumnya merupakan suatu kesatuan
sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menarik dana dari dan menyalurkannya
kepada masyarakat.38
35
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya(Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2011), hlm.2.
36
Ibid., hlm.2.
37
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia(Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, J,2008), hlm. 6.
38
(27)
Salah satu lembaga keuangan yang menarik atau menghimpun dana tersebut adalah bank. Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman juga
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.39
Mengenai bidang yang digeluti oleh lembaga keuangan bukan bank adalah sektor-sektor yang berhubungan dengan pembiayaan pembangunan berupa pemberian kredit jangka menengah atau jangka panjang juga dapat berupa penyertaan modal dan usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
bidang-bidang tertentu.40
Pendirian suatu perusahaan yang mempunyai wewenang untuk melakukan penghimpunan dana tersebut harus mendapat izin dari otoritas yang berwenang. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam penghimpunan dana yang tidak memiliki izin yang resmi dari otoritas yang berwenang untuk mengeluarkannya. Hal ini menyebabkan penghimpunan dana yang dilakukan oleh pelaku jasa keuangan tersebut menjadi ilegal. Para pelaku kejahatan menjaring dana masyarakat dengan modus operandi investasi dengan keuntungan tetap dan tidak wajar. Pada umumnya perusahaan yang ilegal tersebut berbentuk badan usaha seperti Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi Simpan Pinjam dan hanya memiliki dokumen Akta Pendirian/Perubahan Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Keterangan domisili dari Lurah setempat, dengan legalitas usaha berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Tanda
39
Kasmir, Op.Cit., hlm. 4.
40
(28)
Daftar Perusahaan (TDP).41 Sementara, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, diatur bahwa Perusahaan dilarang menggunakan SIUP untuk melakukan kegiatan “menghimpun dana masyarakat dengan menawarkan janji
keuntungan yang tidak wajar (money game)”.42
Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia saat ini dan makin beragamnya produk keuangan yang ditawarkan, minat masyarakat untuk
melakukan investasi makin meningkat.43
Hampir semua orang mengenal uang, dan hampir selalu menginginkannya di dalam dunia modern saat ini.Akan tetapi sangat sedikit yang memahaminya. Memahami dalam hal ini juga termasuk kemampuan mengelola uang dan mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan dari setiap transaksi menggunakan uang. Sebagai negara berkembang yang memiliki wilayah sangat luas dan penduduk nomor empat terbesar di dunia, Indonesia menghadapi masalah banyaknya penduduk yang belum memahami masalah keuangan. Dengan kata
Sementara hal ini tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap praktik-praktik penghimpunan dana ilegal yang tumbuh subur di masyarakat. Faktor iming-iming imbal hasil yang tetap dan bunga yang tinggi menjadi penarik masyarakat untuk tidak pikir panjang dalam memasukkan dananya kepada pelaku jasa keuangan tersebut.
41
Investasi: ada keuntungan, ada risiko,
tanggal 27 Januari 2015).
42
Modus operandi penipuan berkedok
investas
43
Investasi: ada keuntungan, ada risiko,
tgl 27 Jan 2015).
(29)
lain, tingkat literasi keuangan (financial literacy) masyarakat Indonesia masih
rendah.44
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia tanhun 2012 menunjukkan bahwa akses masyarakat ke industri keuangan formal masih sangat minim. Menurut penelitian tersebut, akses penduduk Indonesia ke lembaga keuangan formal hanya 20 persen dari total jumlah penduduk. Artinya, jika jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 diperkirakan sekitar 250 juta, berarti hanya 50 juta penduduk saja yang pernah berhubungan dengan lembaga keuangan formal, dan jumlah itu akan semakin lebih sedikit bila kita berbicara akses
terhadap fasilitas kredit atau pembiayaan.45
Pelaku kejahatan menyadari, banyak orang kaya baru yang biasanya bingung menginvestasikan uangnya. Mereka kelebihan dana dan membutuhkan saluran investasi sehingga seharusnya dapat disikapi oleh lembaga pegiat investasi baik perbankan maupun nonbank. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak diimbangi dengan masyarakat yang mau sadar akan pentingnya kesadaran
terhadap risiko atas setiap produk keuangan yang akan diambil.46
Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK)
44
“Literasi Keuangan menuju Masyarakat yang well literate”, Majalah OJK, Edisi
November 2013 tahun I, hlm. 54. Financial literacy adalah suatu rangkaian proses atau kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan konsumen maupun masyarakat agar mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik. Dengan bertambahnya tingkat literasi keuangan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi lebih optimal. Masyarakat juga bisa memilih produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, mengetahui manfaat dan risikonya, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan.
45
Ibid.hlm.13.
46
Lidya Suryani Widayat, “Pencegahan dan Penanganan Investasi Ilegal” (Vol. V, No. 05/I/P3DI/Maret/2013),hlm.1.
(30)
menandai dimulainya era baru sistem pengawasan sektor jasa keuangan.47 UU OJK menata ulang sistem pengawasan sektor jasa keuangan dengan menetapkan beberapa perubahan mendasar sistem pengawasan yang selama ini diterapkan di Indonesia. Perubahan mendasar yang dilakukan UU OJK adalah: Pertama, menerapkan sistem pengawasan terintegrasi. Kedua, memisahkan pengawasan microprudential dengan pengawasan macroprudential. Ketiga, membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dan menetapkan Menteri Keuangan sebagai Koordinator. Keempat, meningkatkan edukasi keuangan dan perlindungan konsumen jasa keuangan. Kelima, mempertajam peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan terakhir, memperkuat penegakan hukum di sektor
jasa keuangan.48
Otoritas Jasa keuangan (selanjutnya disebut OJK) sebagai lembaga yang dibentuk salah satunya dengan tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal dengan modus operandi investasi
yang terjadi di masyarakat.49
47
Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan” (Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perkonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014), hlm.1.
48
Ibid.
49
Lihat konsiderans UU Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, yang diwujudkan melalui adanya sistem pengaturan dan
(31)
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.50
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan mengatur hal-hal sebagai berikut: tugas dan wewenang, struktur keorganisasian, perlindungan terhadap masyarakat, kerahasiaan informasi, rencana kerja dan anggaran, pelaporan dan akuntabilitas,
hubungan kelembagaan, penyidikan serta sanksi.51 OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan
perizinan kepada lembaga jasa keuangan52. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Otoritas Jasa Keuangan berlandaskan pada asas independensi, asas kepastian hukum, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas profesionalitas,
asas integritas dan asas akuntabilitas.53
Berdasarkan uraian di muka, maka dibuat judul skripsi “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”.
50
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan(Jakarta:Raih Asa Sukses,
2014), hlm. 57.
51
Ibid, hlm. 55.
52
Ibid.
53
(32)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas, dalam
skripsi yang bejudul “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam
Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”, maka rumusan masalah yang dapat ditarik oleh Penulis yaitu:
4. Bagaimanakah sistem pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh industri
jasa keuangan di Indonesia?
5. Bagaimanakah sistem pengaturan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengawasan
industri jasa keuangan di Indonesia?
6. Bagaimana tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan terhadap pencegahan dan
penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
4. Untuk mengetahui sistem pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh
industri jasa keuangan
5. Untuk mengetahui sistem pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
terhadap industri jasa keuangan di Indonesia
6. Untuk mengetahui tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan
dan penanggulangan peghimpunan dana ilegal di masyarakat
Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini adalah:
(33)
1. Manfaat teoritis
Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang tanggung jawab OJK sebagai lembaga baru yang dibentuk salah satunya untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dan masyarakat dalam penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
2. Manfaat praktis
Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi masyarakat tentang tangung jawab OJK dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai tanggung jawab OJK sebagai lembaga yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan edukasi dan perlindungan konsumen dalam hal penghimpunan dana ilegal.
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis, maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang
berjudul “Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”. Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang
(34)
tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 15 Desember 2014 menyatakan bahwa “Tidak ada judul yang sama”.
Penelusuran juga diadakan ke berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat” belum pernah ada penelitian dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Sekalipun ada, hal tersebut adalah diluar pengetahuan penulis. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Jenis kegiatan usaha bank ditentukan dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) menyebutkan:“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
(35)
kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Berdasarkan rumusan tersebut dapat dirinci jenis usaha bank, yaitu:
4. menghimpun dana dalam bentuk simpanan
5. menyalurkan dana dalam bentuk kredit; dan
6. bentuk-bentuk lain
Pengertian menghimpun dana (fund raising) adalah kegiatan usaha mencari dan
mengumpulkan dana dari masyarakat luas dengan menggunakan strategi tertentu,
sehingga masyarakat mau menanamkan dana di bank dalam bentuk simpanan.54
Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service.55
54
Abdulkadir Muhammad,Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan(Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2004),hlm. 48.
55
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga keuangan Lain(Jakarta: Salemba Empat,
2014),hlm. 9.
Agent of trust maksudnya adalah dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi dengan adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank. Selain itu agent of development
maksudnya adalah kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah
(36)
kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. Agent of services maksudnya adalah disamping mellakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini adalah erat kaitannya dengan kegiatan perkonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Tedapat pula jenis lembaga keuangan lainnya yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau semacam
simpanan. 56
Undang-Undang Otorits Jasa Keuangan menyebutkan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek dalam yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Diantaranya adalah pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.
57
56
Abdulkadir, Op.Cit.,hlm. 50.
57
Pasal 1 angka (6) UUOJK
Pengertian perasuransian adalah usaha perasuransian yang bergerak di sektor usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang, usaha reasuransi, dan usaha penunjang usaha asuransi yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian
(37)
kerugian asuransi dan jasa aktuaria.58 Pengertian dari dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun.59 Pengertian lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.60
Selanjutnya pengertian lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara program
jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan.61
Otoritas Jasa Keuangan berfungsi sebagai pengawas industri jasa keuangan di Indonesia. OJK didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang menciptakan suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis, dan saling terkait. Alasan lainnya adalah banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan , dan
terganggunya stabilitas sistem keuangan serta lemahnya penegakan hukum.62
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan bahwa perlindungan konsumen dan masyarakat memperoleh perhatian khusus, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada OJK untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, termasuk meminta Lembaga
58
Pasal 1 angka (7) UUOJK
59
Pasal 1 angka (8) UUOJK
60
Pasal 1 angka (9) UUOJK
61
Pasal 1 angka (10) UUOJK
62
(38)
Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut
berpotensi merugikan masyarakat. 63
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan). Ilegal adalah tidak menurut hukum dan tidak sah.64
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan Berdasarkan hal tersebut, maka penghimpunan dana ilegal dapat diartikan penghimpunan dana yang tidak menurut hukum dan tidak sah. Artinya penghimpunan dana tersebut tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang untuk melakukannya atau memiliki izin namun tidak sesuai dengan peruntukannya. Sehingga Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mempunyai tujuan salah satunya melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya penghimpunan dana ilegal di masyarakat.
F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Spesifikasi penelitian
63
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 139.
64
(39)
pustaka atau bahan sekunder. 65 Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law
in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.66
d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK
Dalam penelitian ini, adapun undang-undang yang digunakan antara lain :
e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dan
f. peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan
dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.67
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
2. Sumber data
65
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13.
66
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm.118.
67
Law Education,
(40)
sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.68
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif
Data sekunder berfungsi untuk mencari data awal/informasi, mendapatkan batasan/definisi/arti suatu istilah. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain :Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun,Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM), UU Perbankan, UU OJK,Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian,Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
68
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis(Jakarta : PT.
(41)
dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet.
Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan
tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran dan majalah.
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan (studi pustaka). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
Untuk memperoleh data dari sumber ini dengan memadukan, mengumpulkan, menafsirkan, dan membandingkan buku-buku dan arti-arti yang berhubungan dengan judul skripsi “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penghimpunan Dana Ilegal di Masyarakat”
4. Analisis data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder,biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan :
a. mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan denganpermasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
(42)
b. melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.
c. mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.
d. memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan. G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II PENGATURAN PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT
OLEH INDUSTRI JASA KEUANGAN
Bab ini akan membahas mengenai bagaimana pengaturan penghimpunan dana masyarakat oleh industri jasa keuangan,
(43)
ruang lingkup industri jasa keuangan yang mempunyai wewenang menghimpun dana dari masyarakat.
BAB III SISTEM PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS
JASA KEUANGAN TERHADAP INDUSTRI JASA KEUANGAN DI INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai, latar belakang Pembentukan Otoritas Jasa keuangan, Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam sistem keuangan Indonesia, kewenangan dan fungsi otoritas jasa keuangan dalam sistem keuangan Indonesia
BAB IV TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA ILEGAL DI MASYARAKAT
Bab ini akan membahas mengenai modus operandi penghimpunan dana ilegal di masyarakat, urgensi penindakan penghimpunan dana ilegal di Indonesia Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam pencegahan dan penanggulangan penghimpunan dana ilegal di masyarakat, dan koordinasi Otoritas Jasa Keuangan dengan lembaga terkait untuk menanggulangi penghimpunan dana ilegal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan orang-orang yang membacanya.
(44)
BAB II
PENGATURAN PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT OLEH INDUSTRI JASA KEUANGAN
A.Ruang Lingkup Industri Jasa Keuangan Bank
1. Pengertian bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran setoran.69
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Dari pengertian tersebut diatas maka jelas diketahui bahwa aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di
dunia perbankan adalah kegiatan funding.70 Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas. Selain
menghimpun dana, bank juga menjalankan perniagaan dana.71
69
Kasmir, Op.Cit.,hlm. 25.
70
Kasmir, Op.Cit.,hlm. 26.
71
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia(Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2006), hlm.107.
Pembelian dana dari masyarakat dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi
(45)
agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan, seperti giro,
tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka.72Setelah memperoleh dana
dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman
atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending).73
Bank berfungsi sebagai berikut:74
a. Pedagang dana (money lender) , yaitu wahana yang dapat menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Bank menjadi tempat untuk penitipan dan penitipan uang yang dalam praktiknya sebagai tanda penitipan dan penyimpanan uang tersebut, maka kepada penitip dan penyimpan diberikan selembar kertas tanda bukti. Sedangkan dalam fungsinya sebagai penyalur dana, maka bank memberikan kredit atau membelikannya ke dalam bentuk surat-surat berharga
b. Lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran uang
Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dan nasabah yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini, kedua orang tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran, tetapi cukup memerintahkan kepada bank untuk menyelesaikannya.
Pengertian bank mencakup 2 aspek utama yaitu:
1) Badan usaha bank (corporate company)
2) Kegiatan usaha bank (bussiness activities)
72
Kasmir, Op.Cit.,hlm. 26.
73
Ibid.
74
(46)
Badan usaha bank adalah badan hukum. Menurut ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Perbankan, bentuk hukum Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat adalah salah satu dari:75
a. Perseroan Terbatas
b. Perusahaan Daerah; atau
c. Koperasi
Ketiga bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang berbadan hukum. Badan usaha yang berupa Perseroan Terbatas, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Sedangkan Badan Usaha yang berupa Perusahaan Daerah, hanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan yang berupa Koperasi hanya Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS).76
2. Jenis-Jenis Bank
Ketentuan Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa terdapat 2
jenis bank, yaitu:77
a. Bank Umum, dan
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian dari kedua jenis bank tersebut tercantum dalam Pasal 1 angka 3 dan 4 UU Perbankan yaitu:
“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan uasah secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”
75
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Op.Cit., hlm.34.
76
Ibid.
77
(47)
“Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Pembagian jenis bank tersebut hanya mendasarkan pada segi fungsi bank. Dilihat
dari segi kepemilikannya, Bank terbagi atas:78
a. Bank milik pemerintah
Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besanya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
c. Bank milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
e. Bank milik campuran
78
(48)
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam 2 macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asng secara keseluruhan, misalnya transfer ke
luar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa sehingga tdak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
(49)
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpa dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
3. Kegiatan – kegiatan bank
Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya pedagang atau perusahaan lainnya, kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah membeli uang (menghimpun dana) dan menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum. Dalam melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank
umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat.79
Ketentuan Pasal 6 UU Perbankan, mengatur bahwa:
Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya produk ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit.
80
79
Ibid., hlm. 42.
80
Pasal 6 UU Perbankan
(50)
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan utang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1) surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
2) surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3) kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
5) Obligasi;
6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun;
7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu tahun;
e. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan
g. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga, dan
melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. Dihapus
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
m.Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.”
Selain dapat melakukan kegiatan tersebut diatas bank umum juga dapat
melakukan kegiatan seperti:81
81
(51)
Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
a. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bnak Indonesia;
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan olah Bank Indonesia; dan
c. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Sedangkan kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, tabungan, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
(52)
Kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah
sebagai berikut:82
a. Kegiatan-kegiatan Bank Umum
1) Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:
a) Simpanan Giro (Demand Deposit)
b) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
c) Simpanan Deposito (Time Deposit)
2) Menyalurkan dana ke masyarakat lending) dalam bentuk:
a) Kedit Investasi
b) Kredit Modal Kerja
c) Kredit Perdagangan
3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti:
a) Transfer (Kiriman Uang)
b) Inkaso (Collection)
c) Kliring (Clearing)
d) Safe Deposit Box
e) Bank Card
f) Bank Notes (Valas)
g) Bank Garansi
h) Referensi Bank
i) Bank Draft
j) Letter of Credit (L/C)
k) Cek Wisata (Travellers Cheque)
l) Jual beli surat-surat berharga
m)Menerima setoran-setoran
n) Melayani pembayaran-pembayaran
b. Kegiatan-Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
1) Menghimpun dana dalam bentuk:
a) Simpanan Tabungan
b) Simpanan Deposito
2) Menyalurkan dana dalam bentuk:
a) Kredit Investasi
b) Kredit Modal Kerja
c) Kredit Perdagangan
3) Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah sebagai
berikut:
a) Menerima Simpanan Giro
b) Mengikuti Kliring
c) Melakukan Kegiatan Valuta Asing
d) Melakukan kegiatan Perasuransian
c. Kegiatan-kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing
82
(53)
1) Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima simpanan dalam bentuk simpanan tabungan
2) Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu
seperti:
a) Perdagangan Internasional
b) Bidang Industri dan Produksi
c) Penanaman Modal Asing/ Campuran
d) Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional
3) Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti berikut ini:
a) Jasa Transfer
b) Jasa Kliring
c) Jasa Inkaso
d) Jasa Jual Beli Valuta Asing
e) Jasa Bank Card
f) dan jasa bank umum lainnya
4. Sumber-sumber dana bank
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk
membiayai operasinya. 83 Pada hakikatnya lembaga keuangan adalah semua
badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari
dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.84 Lembaga perbankan adalah lembaga
keuangan yang menjadi perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana (lacks of fund),sehingga bank mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. 85 Tentu saja, sebelum menyalurkan dana kepada masyarakat
bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana ) sehingga selisih dari
bunga tersebutlah bank mencari keuntungan. 86
83
Kasmir, hlm.65.
84
Hermansyah, Op.Cit., hlm. 43.
85
Ibid.
86
Kasmir, Op.Cit.,hlm.65.
(54)
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau lembaga lainnya atau juga dana yang diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan atau
menjual saham.87 Untuk memperoleh sumber dana yang berasal dari masyarakat,
maka bank melakukan beberapa strategi sehingga masyarakat mau menyimpan
dananya di bank. Strategi yang dapat digunakan adalah berupa:88
a. Memberikan rangsangan berupa bunga tertentu
b. Kemudahan pengambilan kembali dana
c. Menerbitkan sekuritas sekunder
d. Jaminan keamanan atas dana nasabah
e. Pelayanan yang cepat, fleksibel dan memuaskan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa sumber-sumber dana bank adalah sebagai berikut:
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri, antara lain:89
1) Setoran modal dari pemegang saham
2) Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada
tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya
3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
Meskipun untuk suatu usaha bank proporsi dana sendiri ini relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total
87
Ibid.
88
Prof. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati,Op.Cit.,hlm.48.
89
(1)
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang memiliki fungsi pengawasan,
selain mengawasi industri jasa keuangan yang merupakan wewenang OJK,
OJK sebaiknya juga harus tetap mengawasi perusahaan-perusahaan yang
melakukan penghimpunan dana secara ilegal dengan mengiventarisasi
perusahaan-perusahaan keuangan yang memiliki izin OJK secara berkala.
Dengan demikian, masyarakat dapat meng-update perusahaan keuangan yang
legal (memiliki izin dari OJK).
2. Sejauh ini, tanggung jawab OJK dalam mencegah maraknya praktik
penghimpunan dana ilegal di masyarakat sudah berjalan baik dengan
melakukan berbagai strategi, seperti strategi nasional literasi keuangan.
Diharapkan OJK sebaiknya juga melakukannya sampai ke pelosok-pelosok
daerah dan kepada seluruh lapisan masyarakat agar masyarakat semakin paham
finansial dan tidak mudah tertipu dengan iming-iming hasil keuntungan
(return) yang tinggi. Dengan pengetahuan yang benar terhadap industri jasa keuangan maka diharapkan dapat menekan korban yang berjatuhan akibat
terjebak penghimpunan dana ilegal dengan modus investasi.
3. Koordinasi antar instansi terkait sangat dibutuhkan untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kasus penghimpunan dana ilegal dengan modus
investasi. Optimalisasi Satgas dan koordinasi yang baik antar instansi dalam
(2)
dengan modus investasi ini semakin canggih. OJK sebaiknya semakin
memperkuat kerja sama dan koordinasi dengan pihak regulator dan penegak
hukum agar terjalin komunikasi yang baik dan terintegrasi sehingga semakin
memudahkan dalam hal penanggulangan penghimpunan dana ilegal di
(3)
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU
Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Anoraga, Pandji, Piji, Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta:PT.Rineka Cipta,2001.
Anwar, Jusuf. Pasar Modal sebagai sarana pembiayaan dan investasi. Bandung:PT. Alumni,2008.
Ary Suta, I Putu Gede.Menuju Pasar Modal Modern.Jakarta: Sad Satria Bakthi,2000.
Balfas,Hamud.M. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta:PT.Tata Nusa Ciputat,2006.
Budisantoso, Totok. Bank dan Lembaga keuangan Lain. Jakarta: SalembaEmpat, 2014.
Burton, Richard Simatupang. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003.
Budi, Hendrik Untung. Hukum Investasi. Jakarta:Sinar Grafika,2010.
Djumhana,Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.
Hermansyah.Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008.
Irmayanto, Juli dkk.Bank & Lembaga Keuangan.Jakarta:Universitas Trisakti, 2004.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2011.
Muhammad, Abdulkadir. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004.
____________________.Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2006.
(4)
Nasarudin, Irsan. M, dkk.Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010.
Sutedi, Adrian.Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta:Raih Asa Sukses, 2014.
Setiyono,H.Kejahatan Korporasi, Analisis Viktimologis dan Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing, 2005.
Soekanto, Soerjono, Sri, Mamudji.Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003.
Tavinayati, Yulia, Qamariyanti. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,2009.
Wahab,Zuliani. Segi Hukum Dana Pensiun. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Widjaja, Gunawan, Almira Prajna, Ramaniya.Reksa Dana dan Peran Serta Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2006.
B. Peraturan-Peraturan
Undang_Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Asuransi
Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
(5)
C. Jurnal, Makalah, Karangan, Artikel
Fafen, Rio Ciptaswara. “Outlook Pengawasan Perbankan Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan”. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 11 Nomor 1. Januari-April 2013.
“Literasi Keuangan menuju Masyarakat yang well literate.” Majalah OJK, Edisi November 2013 tahun I.
Siregar, Mahmul. Bahan Ajar Hukum Pasar Modal.
Nasution, Bismar. ”Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan”. Medan:disampaikan pada Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi. Juni 2012.
____________ . “OJK Sebagai Suatu Sistem Hukum dalam Pembangunan Ekonomi”. Medan: Makalah disampaikan pada Seminar Keberadaan OJK untuk Mewujudkan Perekonomian Nasional yang Berkelanjutan. 2014.
____________ . “Struktur Regulasi Independensi Otoritas Jasa Keuangan”. Jakarta:disampaikan pada Seminar Eksistensi dan Tantangan OJK dalam Menata Industri Jasa Keuangan Untuk Pembangunan Ekonomi. 2013.
___________ . Diktat Hukum Pasar Modal, Medan: 2005.
Rebekka Dosma Sinaga. “Sistem koordinasi antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan Bank setelah Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”. Skripsi, Ilmu Hukum Program S-1 Universitas Sumatera Utara 2013.
Suryani, Lidya Widayati. “Pencegahan dan Penanganan Investasi Ilegal” (Vol. V, No. 05/I/P3DI/Maret/2013.
Press Release. Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum dan Pengelolaan Investasi. November 2007.
Zulkarnain Sitompul. “Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan”. Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perkonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil. 25 November 2014.
(6)
D. Website
Definisi ilega Definisi Skema Ponzi, www.wikipedia (diakses tanggal 20 Maret 2015). Investasi: ada keuntungan, ada risiko,
Law Educati
Lembaga penjaminan, http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/157/lembaga-penjaminan(diakses tanggal 20 Maret 2015).
Lembaga pembiayaan ekspor
Modus operandi penipuan berkedok investasi,
OJK: kerugian akibat investasi bodong 13 triliun,
diakses tanggal 21 Maret 2015).
Perusahaan pembiayaan sekunder perumahan,
Sejarah skema ponzi 2015).
Waspada Investasi
OJK Edisi IV, (diakses tanggal 21 Maret 2015)