Wanprestasi dan Overmacht TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, KREDIT DAN

Suatu perjanjian yang sah secara yuridis adalah merupakan perikatan dan hal ini berarti bahwa kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian itu bila tidak dipenuhi dapat dipaksakan pelaksanaanya. Bila terdapat pihak yang berkewajiban debitur yang tidak memenuhi kewajibannya wanprestasi, maka pihak yang berhak kreditur dapat menuntut melalui pengadilan agar debitur memenuhi kewajibannya atau mengganti biaya, rugi dan bunga Pasal 1236 dan Pasal 1242 KUHPerdata. 17 Menurut Subekti wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa 4 macam 18 : a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat. d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Akibat hukum bagi debitur yang telah dilakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi yaitu 19 : 17 Hardijah Rusli, 1996, Hukum Perjanjian dan Common Law, Jakarta Pustaka Sinar Harapan, hlm 131 . 18 Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, Op.Cit, hlm 45. 22 a. Debitur harus membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur b. Dalam perjanjian timbal balik, wanprestasi dari satu pihak memberikan hak kepada pihak lainnya untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hakim c. Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadi wanprestasi d. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dimuka hakim. Debitur yang terbukti melakukan wanprestasi tentu dikalahkan dalam perkara e. Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian Dalam menentukan besarnya kerugian harus diperhatikan : a. Obyektifitas, yaitu harus diteliti berapa kiranya jumlah kerugian seorang kreditur pada umumnya dalam keadaan yang sama seperti keadaan kreditur yang bersangkutan b. Keuntungan yang diperoleh kreditur disebabkan terjadinya ingkar janji dari debitur, misalnya : karena penyerahan barang 19 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Op.Cit, hlm 24. 23 tidak dilaksanakan maka pembeli tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengambil dan menyimpan barang. 20 Overmacht atau keadaan memaksa adalah suatu keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh debitur karena terjadi peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa maka tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi, pada waktu membuat perjanjian. Debitur yang tidak dapat membuktikan bahwa tidak terlaksananya prestasi bukan karena kesalahannya diwajibkan membayar ganti rugi, sebaliknya debitur bebas dari kewajiban membayar ganti rugi. Jika debitur karena keadaan memaksa tidak memberi atau tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau telah melakukan perbuatan yang seharusnya ia tidak melakukan perbuatan yang seharus ia tidak lakukan. Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa adalah : a. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu perstiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda yang menjadi obyek perikatan, ini selalu bersifat tetap. b. Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, ini juga dapat bersifat tetap atau sementara. 20 Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Op.Cit, hlm 23. 24 c. Peristiwa itu tidak diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur, jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak khususnya debitur. Akibat hukum adanya overmacht atau keadaan memaksa, yaitu : a. Keadaan memaksa yang bersifat tetap maka berlakunya perjanjian itu otomatis batas konsekuensi adalah pemilihan kembali dalam keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian, jika perjanjian sudah di laksanakan. b. Keadaan memaksa yang bersifat sementara berlakunya perjanjian atau perikatan ditunda. Setelah keadaan memaksa itu hilang, maka perjanjian mulai berlaku lagi bagi kedua belah pihak.

7. Hapusnya Perjanjian

Suatu perjanjian akan berakhir bilamana tujuan para pihak yang diperjanjikan telah tercapai atau masing-masing pihak dalam perjanjian telah saling memenuhi prestasi yang diperjanjikan. Adapun beberapa hal yang mengakibatkan berakhirnya perjanjian yaitu : a. Ditentukan persetujuan oleh para piahk; b. Undang-undang menentukan batas waktunya suatu perjanjian; 25 c. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus; d. Pernyataan penghentian perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak; e. Perjanjian hapus karena putusan hakim; f. Tujuan perjanjian telah tercapai; g. Karena persetujuan kedua belah pihak. 21

B. Tinjauan Umum Tentang Kredit dan Perjanjian Kredit

1. Pengertian kredit

Dilihat secara etimologis kata kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Sehingga kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau pengadaan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada jangka waktu yang disepakati. 22 21 Ibid, hlm 69. 22 Teguh Pudjo Muljono, 1990, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil, cetakan kedua edisi kedua, Yogyakarta, BPFE, hlm 9. 26