Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai

produksi yang dihasilkan setiap harinya dan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kecil kerajinan bambu. Dengan kondisi demikian, potensi pendapatan dari usaha kerajinan bambu sangat bisa diandalkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha, namun dalam memulai usaha tersebut harus memiliki kreatifitas dan inovasi yang baik agar mampu bersaing dengan usaha-usaha lainnya.Dalam memulai industri kecil kerajinan bambu seorang pengusaha tidak harus mengeluarkan modal yang cukup besar, tetapi cukup dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam berinovasi. Sebab suatu hal yang baru dan unik akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

4.4.3 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai

Dalam menentukan strategi pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai, ada beberapa hal yang dapat diketahui dan sebagai acuan untuk melihat kondisi usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai seperti gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Secara umum total 53 responden mengungkapkan bahwa kegiatan usaha yang mereka jalani bersumber dari modal sendiri atau modal campuran.Hal ini diketahui pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Sumber Modal Pelaku Usaha No. Sumber Modal Jumlah Usaha Persen 1. Sendiri 35 66,04 2. Campuran 18 33,96 Jumlah 53 100 Sumber: dioalah dari data primer Dari tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai bersumber dari modal sendiri sebanyak 35 usaha atau 66,04 dan sebanyak 18 usaha atau 33,96 mengungkapkan bahwa modal yang mereka dalam memulai usaha berasal dari modal pinjaman koperasi atau pinjaman keluarga dan modal pribadi. Selain itu terkait kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai, terdapat juga beberapa kendala yang ditemukan, hal ini di pertegas melalui dari hasil wawancara kepada 53 responden kerajinan bambu yang mengemukakan beberapa kendala dalam menjalankan usahanyaa, hal tersebut dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 4.15 Kendala yang Dihadapi oleh Responden No. Kendala Jumlah Persen 1. Kurangnya Modal Usaha 25 47,17 2. Ketersediaan Bahan Baku 11 20,75 3. Tenaga Kerja Terampil 1 1,89 4. Kurangnya pemasaran 9 16,98 5. Tingginya Harga Bahan Baku Produksi 7 13,21 Jumlah 53 100 Sumber: diolah dari data primer Dari hasil tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan bambu memiliki permasalahan pada kurangnya modal usaha. Hal ini ditemukan pada 25 responden atau 47,17 yang mengatakan bahwa modal masih Universitas Sumatera Utara menjadi masalah utama dalam pengembangan usaha yang mereka miliki. Responden menjadikan modal sebagai kendala utamanya beralasan bahwa tingginya permintaan atas barang hasil produksi sehingga disatu sisi tidak mampu dipenuhi kebutuhannya atas permintaan produksi barang tersebut. Terdapat 11 responden atau 20,75 mengatakan bahwa ketersediaan bahan baku di Kota Binjai sangat minim, ini menyebabkan sulitnya para pengusaha dalam mencari bahan baku di luar daeraah dan memakan biaya tambahan lainnya dalam proses pengangkutan bahan baku dari luar daerah. Kemudian, pada 9 responden atau 16,98 mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan atas pemasaran produk yang mereka miliki menjadikan permasalahan utama dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini penulis menemukan bahwa keterbatasan akses informasi atas pemasaran produk yang mereka milikis menjadi alasan kurangnya pemasaran produk yang mereka produksi.Sebagian besar responden tersebut menginginkan adamya perhatian khusus terkait pemasaran produk yang mereka miliki secara lebih luas lagi. Di samping itu adapula responden yang mengungkapkan bahwa tingginya harga bahan-bahan produksitelah menyebabkan adanya kendala utama terhadap keberlangsungan usaha. Bahan-bahan produksi yang menjadi kendala dalam berusaha lebih ditekankan oleh responden pada penyediaan bahan baku dan alat- alat produksi yang sering mengalami pergeseran harga secara tidak menentu, hal ini dikemukakan oleh 7 responden atau 13,21. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya yang terakhir adalah sebanyak 1 responden atau 1,89 dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menjadi permasalahan utama dalam menjalankan usaha yang dimilikinya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut beralasan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menghambat perkembangan kreatifitas dan inovasi-inovasi dalam pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai. Indutri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan berbagai pelatihan untuk menunjang industri mereka.Dalam penelitian ini penulis telah mendapatkan beberapa jenis penelitian yang diharapkan oleh para pengusaha. Ada pun jenis penelitian tersebut yaitu: keterampilan produksi, pelatihan pengembangan usaha, dan pemasaran. Berikut ini akan dijelaskan pada jenis pelatihan mana yang diharapkan oleh para pengusaha. Tabel 4.16 Jenis Pelatihan yang Diharapkan untuk Pengembangan Usaha No. Jenis Pelatihan Jumlah Usaha 1. Keterampilan Produksi 15 2. Pelatihan Pengembangan Usaha 34 3. Pemasaran 4 Jumlah 53 Sumber: diolah dari data primer Berdasarkan pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan pelatihan untuk mengembangkan usahanya.Jenis pelatihan terbanyak yang di inginkan pengusaha adalah pelatihan Universitas Sumatera Utara pengembangan usaha sebanyak 34 usaha.Selanjutnya pelatihan ketrampilan produksi sebanyak 15 usaha dan jenis pelatihan pemasaran sebanyak 4 orang.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai menginginkan pelatihan pengembangan usaha mereka.Hal ini bertujuan untuk memajukan usaha yang mereka miliki agar mampu bersaing dengan industri lainnya.Diharapkan agar pemerintah dapat membuat pelatihan-pelatihan yang di inginkan oleh para pengusaha agar dapat memajukan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Begitu pula para pengusaha juga mengharapakan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.Berikut ini data para pengusaha yang mengharapkan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial. Tabel 4.17 Upaya yang Diperlukan Untuk Peningkatan Usaha dari Aspek Nonfinansial No. Upaya yang Diharapkan Jumlah Usaha 1. Penyediaan Tempat Usaha 13 2. Peningkatan Kualitas Produk 14 3. Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja 8 4. Perluasan Pemasaran Produk 12 5. Menjalin Kemitraan 6 Jumlah 53 Sumber: diolah dari data primer Dari data tabel 4.17 diketahui bahwa upaya yang diperlukan untuk peningkatan usaha dari aspek nonfinansial industri.kecil kerajinan bambu di Kota Universitas Sumatera Utara Binjai adalah peningkatan kualitas produk sebanyak 14 usaha dan penyediaan tempat usaha sebanyak 13 usaha. Kemudian perluasan pemasaran produk sebanyak 12 orang serta peningkatan kualitas tenaga kerja sebanyak 8 usaha.Dan juga upaya dalam menjalin kemitraan juga dibutuhkan beberapa pengusaha sebanyak 6 usaha.Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dominan diharapkan adalah peningkatan kualitas produk, ini sesuai dengan jenis pelatihan yang ingin didapatkan para pengusaha yaitu pelatihan pengembangan produk.Dengan begitu pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai dapat berjalan dengan baik karena diikut oleh pelatihan-pelatihan yang menunjang industri kecil ini.Para pengusaha mengharapkan agar dapat terealisasi dengan benar program-program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota Binjai.Karena industri kecil kerajinan bambu sangat berpengaruh kepada perekonomian di Kota Binjai. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa pelatihan menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Pelatihan tersebut dapat berupa program padat karya bagi masyarakat yang secara umum mampu diberdayakan melalui pelatihan disektor informal, tentu hal ini secara tidak langsung akan member efek yang sangat baik bagi masyarakat yang secara pendidikan formal kurang mampu bersaing, namun secara keterampilan mampu diberdayakan melalui program pelatihan kerajinan bambu. Universitas Sumatera Utara Pemasaran juga merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang ada di Kota Binjai. Kegiatan yang berupa pameran produk tentu sangat member manfaat yang sangat besar bagi para pelaku usaha terutama untuk memperkenalkan produk yang lebih berinovasi lagi. Dengan adanya kegiatan tersebut bukan tidak mungkin akan memberikan pangsa pasar yang lebih luas lagi bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Selain itu, adapun faktor berupa ketersediaan informasi yang baik akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui perkembangan kreativitas yang saat ini menjadi ketertarikan bagi masyarakat secara umum. Sehingga kreativitas dan inovasi tersebut dapat diterima dengan mudah apabila memiliki pengaruh yang baik bagi masyarakat. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan para pelaku usaha yang tertuang pada tabel 4.16, sebanyak 34 para pelaku usaha mengingingkan adanya jenis pelatihan untuk pengembangan usaha agar dapat bersaing dengan produk yang berada di pasaran. Dan juga sebanyak 15 para pelaku usaha menginginkan pelatihan berupa keterampilan produksi untuk meningkatkan jenis-jenis produk yang dihasilkan agar lebih berinovasi lagi. Dengan melihat kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tidak hanya pelatihan dan pemasaran yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha namun kemudahan dalam hal pembiayaan modal, kestabilan harga barang bahan baku dan peningkatan tenaga kerja terampil secara berkelanjutan harus dijadikan Universitas Sumatera Utara sebagai strategi dalam membangun perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Disamping itu, yang menjadi masalah yang paling banyak dihadapi oleh pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah kurangnya modal untuk mengembangkan usahanya, seperti pada tabel 4.15 kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha adalah kurangnya modal usaha yang mereka dapatkan. Sesungguhnya kemudahan dalam pemberian modal menjadi harapan besar bagi para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Kendala pembiayaan menjadi momok tersendiri bagi para pelaku usaha dalam melakukan proses peminjaman. Dalam hal ini, pemerintah hanya membantu modal dalam bentuk perkakas, sepetii gergaji, palu, paku dan alat untuk membantu produksi kerajinan bambu. Dilihat dari segi modal usaha yang digunakan oleh para pelaku usaha industri kerajinan bambu di Kota Binjai untuk melakukan kegiatan produksinya dapat dikatakan masih sangat kecil, karena modal yang didapat hanya dari hasil penjualan dari hasil sisa produksi sebelumnya. Hal ini menyebabkan industri kecil kerajinans bambu di Kota binjai sulit untuk maju dan berkembang.Modal yang dipakai oleh para pelaku usaha sebagian besar merupakan modal sendiri tertuang pada tabel 4.14.hal ini akan berpengaruh bagi perkembangan industri kecil tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada pengembangan industri kecil tersebut. Para pelaku usaha masih membutuhkan bantuan modal yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksi. Universitas Sumatera Utara Perkembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai juga memberikan dampak yang baik pagi pendapatan masyarakat sekitar.Hal ini dibuktikan dengan tenaga kerja yang di tampung dalam industri ini cukup banyak.Ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekita industri tersbut dan juga dapat membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai yang telah di analisis secara deskriptif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap sebanyak 1 – 20 tenaga kerja pada setiap pengusaha kerajinan bambu. Dengan total tenaga kerja yang paling banyak diserap adalah 20 tenaga kerja pada satu pengusaha kerajinan bambu di Kota Binjai. b. Dilihat dari aspek pendapatan perhari, rata-rata unit usaha mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 1 – Rp. 1.000.000,00 per harinya. Pendapatan pengusaha berbeda dikarenakan jumlah tenaga kerja dan jenis produk yang dihasilkan dalan setiap unit usaha. 2. Strategi pembangunan industri kecil kerajinan bambu dapat dilihat dari kondisi usaha kerajinan bambu yang berada di Kota Binjai berupa gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara