Hasil Pengamatan Struktur Mikro

Gambar 4.8 Kurva S-N Tempering 300°C Dari grafik hasil pengujian fatique dapat diambil kesimpulan semakin tinggi nilai kekerasan dan kekuatan tarik dari material maka life time nya semakin kecil, hal ini terlihat jelas dimana raw material memiliki life time jauh lebih tinggi dibandingkan dengan material yang telah mengalami proses hardening dan tempering . Hal ini dikarenakan diameter butir pada raw material lebih besar yang menyebabkan bahan lebih kuat apabila mengalami beban yang berulang seperti pada pengujian fatique ini.

4.1.3 Hasil Pengamatan Struktur Mikro

Pengujian metallografi dilakukan terhadap benda uji pada seluruh kondisi.Dalam penelitian ini spesimen dicelupkan ke dalam larutan etsa nital 10 dan ditahan selama 10-30 detik. Pada skripsi ini perhitungan diameter butiran menggunakan metode planimetri sesuai standard ASTM E-112 dan bentuk butiran diasumsikan ellipse. Dalam penelitian ini diketahui bahwa suhu perlakuan panas atau heat 1000 2000 3000 4000 5000 6000 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Kek uata n l ulu h σy M Pa Siklus N rpm Universitas Sumatera Utara treatment mempengaruhi ukuran butiran dimana pada gambar terlihat ukuran butiran dari spesimen raw material tanpa perlakuan apapun. Kemudian setelah dilakukan proses perlakuan panas terjadi pertumbuhan butir. Berikut ini adalah gambar foto mikro hasil heat treatment dengan perbesaran 500X dari raw material sebelum dilakukan proses perlakuan panas 30°C. Gambar 4.9 Foto Mikro Raw Material Perbesaran 500X Sebelum Pemanasan Berikut ini adalah foto mikro dari spesimen yang telah dilakukan perlakuan panas. ferrit Perlit Universitas Sumatera Utara a b c d e f Gambar 4.10 Foto Mikro Pembesaran 500X a Setelah Hardening Quenching Air Es b Hardening Quenching Oli, c Setelah Tempering 300˚C Air Es, d Setelah Tempering 300˚C Oli, e Setelah Tempering 350˚C Air Es, f Setelah Tempering 300˚C Oli, Universitas Sumatera Utara Dari gambar 4.10 diketahui bahwa yang berwarna terang adalah fasa ferit, sementara yang berwarna hitam adalah perlit. Untuk bahan yang di- quenching air es terlihat pada gambar terbentuk fasa martensite yang keras begitu juga dengan quenching oli yang butirannya terlihat lebih halus. Hasil pengukuran diameter butir ditampilkan pada tabel 4.7 berikut ini, dimana untuk hasil pengukuran pada gambar dibawah ini adalah pengukuran dari foto raw material. N inside = 150 N intercepted = 20 N A = 8000 d = 3,322 log N A – 2,95 d = 10,0 μm Ferrit Perlit Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Diameter Butir Spesimen Diameter Butir Raw Material Hardening 1050°C, Quenching Air Es Tempering 300°C Air Es Tempering 350°C Air Es Hardening 1050°C, Quenching Oli Tempering 300°C Oli Tempering 350°C Oli 10,0 μm 5,8 μm 6,7 μm 6,9 μm 5,2 μm 6,5 μm 6,6 μm Tabel diatas bila disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar grafik 4.11 berikut ini. Gambar 4.11 Grafik Hubungan Antara Diameter Butir dengan Jenis Perlakuan 2 4 6 8 10 12 Diamet er Bu tir µm Jenis Perlakuan AIR ES OLI H T 300˚C T 350˚C RM Universitas Sumatera Utara Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa akibat perlakuan panas besarnya diameter butiran dari spesimen semakin kecil. Pada proses hardening diameter butir bertambah kecil hingga 5,8 μm pendingin air es 5,2 μm pendingin oli. Dan pada proses tempering besarnya diameter butir bertambah besar karena proses tempering bertujuan untuk menurunkan kekerasan dan kekuatan tarik sehingga memenuhi syarat pemakain, selaras dengan persamaan Hall and Petch dimana semakin besar diameter butir maka kekuatan tarik dan kekerasan menurun.

4.2 Pembahasan