Peran Agen Perubahan Kajian Teori

commit to user a. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan sebagai keputusan bersama dari seluruh anggota sistem sosial yang bersangkutan. b. Otokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri. c. Laissez faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada masing-masing anggota sistem sosial itu sendiri. Gaya kepemimpinan yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat tergantung pada situasi yang terdapat pada kelompok masyarakat tersebut. Dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan cenderung gaya kepemimpinannya bersifat otoriter. Pada situasi dimana hubungan antara anggota dengan pemimpinnya sedang-sedang saja atau anggota kelompok sangat dipentingkan maka gaya kepemimpinan lebih diarahkan pada gaya kepemimpinan demokratis.

4. Peran Agen Perubahan

Nasution 1995 mengemukakan bahwa peranan agen perubahan dapat dilihat pada tiga perspektif, yaitu : 1. Sebagai penggerak, peranan agen-agen perubahan meliputi fungsi-fungsi : a. Fasilitator, fasilitator adalah seseorang yang membangkitkan motivasi dengan memprakarsai pengenalan hal-hal baru yang berkembang dan keinginan masyarakat, agar masyarakat bergerak serta mempengaruhi mereka melalui advis dan petunjuk-petunjuk. commit to user b. Penganalisa, sebagai penganaliasa ia melakukan identifikasi atas alternative- alternatif yang dikemukakan oleh masyarakat atau pemberi masukan input bagi tenaga ahli dalam menganalisa. c. Pengembang kepemimpinan, seorang agen perubahan berfungsi melakukan identifikasi, melatih, mengorganisir, serta meningkatkan kemampuan pemimpin-pemimpin setempat, mengokohkan status mereka di tengah masyarakat, sebagai suatu usaha untuk membina kesinambungan dalam proses pembangunan. 2. Sebagai perantara meliputi fungsi-fungsi : a. Pemberi informasi, fungsi pemberi informasi dilakukan dalam bentuk : memperkenalkan fakta-fakta,menghubungkan klien dengan nara sumber, menyiapkan bahan dan peralatan pendidikan, melaksanakan studi dan mendatangkan teknis technical howknow bagi masyarakat setempat pada saat yang sama. b. Penghubung, fungsi penghubung dimaksudkan untuk menjembatani masyarakat setempat dengan tenaga ahli atau spesialis, system kemsyarakatan, para perumus kebijakan, dan pihak-pihak lain. 3. Sebagai pencapai hasil, meliputi fungsi-fungsi : a. Pengoranisir, fungsi organisir dilaksanakan agar kegiatan dapat dilaksanakan, mengadakan perbaikan, dan menjaga agar kegiatan tetap dalam konteks pembangunan yang direncanakan. b. Pengevaluasi, fungsi pengevaluasi dilaksanakan dengan mempersiapkan basis untuk mengevaluasi alternative-alternatif melalui pengetahuan yang lebih luas, berbarengan dengan evaluasi terhadap proses yang berlangsung nyata, commit to user berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat dan hasil yang telah dicapai. c. Yang memantapkan hasil, dalam peranannya sebagai yang memantapkan hasil yang dicapai dimaksudkan untuk member “imbalan” terhadap penampilan hasil yang telah ada. Peran pendamping sangat penting dalam memperlancar proses dialog antara individu dalam kelompok karena proses pemberdayaan mementingkan pematahan dari relasi subjek dan objek., maka pendamping tidak berfungsi sebagai orang yang mengajari, atau menggurui individu dalam kelompok, tetapi ikut berfungsi sebagai stimulator atau pemicu diskusi. Ia harus bersikap netral dan tidak berhak mencampuri keputusan dari hasil diskusi Moeljarto dalam Prijono dan Pranaka, 1996. Apabila peran serta masyarakat meningkat efektifitasnya, maka hal itu berarti upaya pemberdayaan masyarakat telah dijalankan. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan produktifitas melalui pengembangan sumberdaya manusia, penguasaan teknologi dan penguatan kelembagaan serta perbaikan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial. Upaya ini memelukan adanya kerjasama yang sinergis dari berbagai kekuatan pembangunan yang ada. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat sebagai berikut : a. Belajar dari masyarakat. Prinsip yang paling mendasar adalah pemberdayaan masyarakat merupkan proses yang berasal dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti, pemberdayaan dibangun atas pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi commit to user pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalahnya. b. Pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku. Konsekueni dari prinsip pertama adalah pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat. Bahkan dalam penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. c. Saling belajar, saling berbagi pengalaman. Salah satu prinsip dasar pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa selamanya masyarakat benar dan dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah mebuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah yang berkembang Karsidi dalam Slamet, 2003

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan desa yang dilaksanakan di Desa Pandem Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang Eny Rachyuningsih, 2001 menyimpulkan bahwa masyarakat desa Pandem ditinjau dari aspek sosial ekonomi sebagai masyarakat berada di tahapan kelompok prasejahtera dan kelompok sejahtera I. Berbagai program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Malang ternyata banyak menciptakan masalah bagi masyarakat lokal walaupun demikian ternyata sebagian masyarakat masih mengharapkan peran