Persepsi Positif Persepsi Masyarakat terhadap Reyog Obyog

bebas tanpa menggunakan eblek jaranan. Gerak tari yang digunakan untuk Jathil Obyog tidak lah terpaku pada pakem, sederhana, dan cenderung menggoyangkan pinggul. Pada saat Obyogan, penonton pun ikut menari dengan para penari Jathil. Oleh karena itu, istilah Obyog lebih sering dipakai untuk menyebut para penari Jathil ini . Rias yang dipakai menggunakan rias cantik. Busana yang dipakai mirip dengan Jathil Reyog, yang membedakannya adalah busana yang memakai kebaya ketat, celana diatas lutut, stocking, dan sepatu pantofel. Grup Reyog Desa Tugu melakukan latihan rutin setiap hari malam minggu legi. Para seniman desa juga melatih anak-anak yang telah diijinkan oleh orang tuanya. Penari Jathil Obyog rata-rata dimulai dari usia SD kelas 6 sampai lulus SMA. Ketika pementasan, biasanya suatu desa tidak hanya memanggil penari Jathil Obyog dari dalam desa tetapi juga dari luar desa.

a. Persepsi Negatif

1 Dari segi Penari Dibandingkan dengan desa lain, anak-anak Desa Tugu masih ada yang mau menjadi penari Jathil Obyog. Meskipun begitu, regenerasi di Desa Tugu juga mulai mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan beberapa orang tua yang memiliki anak perempuan tidak mengijinkan anaknya untuk menjadi penari Jathil Obyog. Selain hal itu, penari Jathil Obyog semakin sedikit karena rata-rata penari yang sudah lulus SMA tidak mau menari lagi. a Gerak Tari dan Kostum Gerak tari Jathil Obyog tidak berpaku pada pakem dan gerakannya lebih bebas mengikuti musik yang ada. Bahkan cenderung lebih banyak menggoyangkan pinggul. Di satu sisi penonton yang mayoritas melihat merupakan penonton laki-laki. Terdapat pula gerakan edreg, yaitu gerakan dimana penari Jathil Obyog menghampiri penari laki-laki atau penonton yang duduk kemudian penari Jathil Obyog akan menari dan bergoyang pinggul di depan orang tersebut. Hal ini tentunya memberi persepsi negatif terhadap masyarakat. Kostum Jathil Obyog juga ketat dan celana yang dipakai diatas lutut. Sebagai masyarakat desa tentunya kostum ini menambah persepsi negatif. Kostum yang ketat tentunya tidak sesuai dengan aturan atau norma di desa, dimana seorang perempuan harusnya memakai pakaian yang lebih tertutup.