40
Keunggulan-keunggulan model pembelajaran PBL diantaranya adalah: a pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran, b pemecahan masalah yang berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan kepada siswa, c PBL dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran, d membantu proses
transferable siswa untuk
memahami masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, e membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu
siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, f membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara
berfikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku-buku teks, g PBL menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan, h memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata, i merangsang siswa untuk belajar secara continue.
2 Kelemahan Kelemahan-kelemahan model PBL diantaranya adalah sebagai berikut:
a apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah, maka siswa enggan untuk mencoba lagi,
b PBL membutuhkan waktu yang cukup lama untuk persiapan, c pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah
dipecahkan membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar.
Untuk mengantisipasi kelemahan tersebut maka dalam proses pembelajaran, guru sebagai pendidik harus mampu membimbing siswa
untuk dapat memecahkan masalah-masalah pembelajaran, sehingga mereka dapat memahami konsep yang diajarkan dan lebih termotivasi
untuk belajar.
h. Implementasi Problem Based Learning
dalam Pembelajaran Matematika berbasis kurikulum
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis siswa. Hal
ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Depdiknas: 2006 menyatakan
41
bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, mejelaskan keterkaitkan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau logarima, secara luwes, akurat, efesien, dan tetap, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertnyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5.
Memiliki sikap menghargai keguaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajai
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain itu, pengembangan kurikulum dengan KTSP ini senantiasa memperhatikan dan mengacu pada keadaan serta kebutuhan lingkungan
serta ciri khas suatu pendidikan. Dalam UUSPN pasal 38 ayat 1 juga disebutkan pula mengenai pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan
pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan
serta ciri khas satuan pendidikan. Senada dengan KTSP,
National Council of Teachers of Mathematics
NCTM, 2000
merumuskan tujua
pembelajaran matematikan yaitu 1 belajar untuk berkomunikasi mathematical
communication, belajar untuk bernalar mathematical reasoning, belajar untuk memecahkan masalah matheatical problem solving, belajar untuk
mengaitkan ide mathematical representation. Berdasarkan tujuan
42
pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami konsep, menyelesaikan
masalah sistematis, meningkatkan kemampuan komunikasi, mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat mengungkapkan ide-
ide matematisnya dengan baik secara lisan maupu tertulis. Salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa
setelah melakukan pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat membantu siswa dalam
membangun konsep, memahami konsep dan menyatakan ide-ide matematis, serta memudahkan siswa dalam mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinta Sari, Sri Elniati, Ahmad Fauzan 2014:59 menyimpulkan bahwa
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan PBL lebih tinggi daripada siswa yang diajar secara
konvensional dan PBL memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa terutama dalam hal mengecek kembali dan menarik kesimpulan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sugandi Sumarno 2010:494 menemukan bahwa pembelajaran berbasis masalah dalam setting belajar
cooperatif jigsaw memberikan pengaruh terbesar dibandingkan dengan pengaruh pembelajaran konvensional.
Penelitian lain dilakukan oleh Yovita, Bambang, Halini 2013:57 berdasarkan hasil analisis data diperoleh skor rata-rata hasil
43
pretest siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata post test siswa sebesar
5,8. Selain itu, dari hasil perhitungan uji , -table lebih besar daripada hitung maka terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa
sebelum dan setelah perlakuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Senada
dengan hal tersebut, Hidayat 2013:112 menyimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematika siswa dikelas dengan model PBL tergolong cukup baik dan lebih baik dibandingkan dengan kemampuan
komunikasi matematis pada kelas konvensional. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam model
pembelajaran dengan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Adapun penerapannya
yang terdiri atas pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup yang akan digambarkan sebagai berikut.
44 Sumber: Rusmono, 2012:83
Gambar 2. Prosedur Pembelajaran dengan model PBL
Berdasarkan komponen kegiatan pembelajaran secara umum, yakni urutan kegiatan pembelajaran, metode yang digunakan antara kegiatan
dengan model PBL dan kegiatan pembelajaran berbasis KTSP menunjukkan karakteristik yang berbeda. Meskipun dalam beberapa aspek
seperti tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yang digunakan secara substansial sama akan tetapi berbeda dalam fungsi dan peran antar
satu dengan yang lain. Menurut Permendiknas No 41 tahun 2007 mengatakan bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
PENDAHULUAN
a Pemberian motivasi b Pembagian kelompok
c Informasi tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
a
Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
b
Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
c
Membantu investigasi mandiri dan kelompok
d
Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
e
Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
PENUTUP
a Merangkum materi yang telah dipelajari b Melaksanakan tes atau pemberian pekerjaan rumah
45
mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Berikut ini adalah rangkuman antara kegiatan menggunakan model PBL dengan kegiatan pembelajaran berbasis KTSP yang disajikan dalam
bentuk table berikut.
Tabel 2. Perbandingan Komponen Model PBL dan Ekspositori Model Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis KTSP Urutan Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan