15 dirinya mengalami kesulitan juga akan ada teman yang menolong. Pemahaman
ayah terhadap perkembangan sosial anak bertujuan agar anak dapat menyesuaikan diri hidup di masyarakat.
C. Pola Pengasuhan Ibu Berdasar Aspek Perkembangan Anak
1. Perkembangan Fisik
Pola pengasuhan dalam aspek perkembangan fisik adalah aspek yang paling mendapat perhatian oleh para ibu, mungkin karena sifatnya yang konkrit dan
kasat mata. Sebagian besar ibu mengupayakan pemberian ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi dan memberikan makanan bayi jika anak telah menginjak usia 6
bulan. Pada anak-anak yang aktif, saat mereka sudah mulai bermain keluar rumah, gerakan motorik kasar dikembangkan dengan baik karena geografis desa
yang luas, banyaknya anak-anak dengan usia sebaya, dan orang tua sering membawa anak ke ladang. Perkembangan motorik halus tidak mendapat
perhatian sebanyak perkembangan motorik kasar. Jika anak menggunakan gunting, sisir, dan benda stimulan motorik halus lainnya, hal itu lebih karena
minta anak sendiri, bukan karena orang tua dengan sengaja hendak mengembangkan ketrampilan motorik halus anak.
Pembedaan jenis mainan masih didasarkan pada jenis kelamin anak, dan hingga akhir diskusi, pendapat ini masih dipertahankan. Anak laki-laki boleh
bermain laying-layang, memanjat, dan semacmnya; sementara anak perempuan dianggap lebih baik jika tenang, bermain peran, atau jenis permainan yang tidak
memerlukan kekuatan fisik. Ada kekawatiran bahwa perkembangan emosi anak dapat menyimpang jika mereka bermain dengan mainan yang dianggap tidak
sesuai dengan jenis kelaminnya. Pengawasan dan kontrol dilakukan orang tua jika anak dianggap melewati durasi
bermain yang semestinya. Ibu mengenali dan dapat menyebutkan dengan siapa anak bermain, terutama saat anak masih bersekoah di Sekolah Dasar. Ibu
menyatakan bahwa semakin anak beranjak besar, makin tidak diketahui dengan siapa anak bermain.
16
2. Perkembangan Kognitif
Keadaan sebagai ibu yang berpendidikan rendah membatasi ruang gerak ibu dalam mengembangkan perkembangan kognitif anak. Ibu merasa bahwa mereka
tidak mampu memahami mata pelajaran yang dipelajari anak di sekolah. Sejauh ini mengembangkan rasa ingin tahu anak secara kognitif masih
dipahami ibu dalam batasan pengembangan kemampuan akademis. Adalah hal baru bagi ibu bahwa daya pikir anak dapat dikembangkan sejak usia sangat dini
dan melalui peristiwa apapun di sekitarnya. Ibu-ibu yang lebih muda memiliki dorongan lebih kuat untuk memberi stimulasi pada anak seperti mengajarkan
anak lagu, membimbing penggenalan huruf dan angka, dan membelikan buku mewarnai, namun pada ibu dengan anak yang lebih besar, interaksi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir lebih minimal. Buku cerita atau bacaan anak-anak tidak populer di kalangan para ibu. Selain karena kegiatan anak
didominasi aktivitas fisik dan televisi, membeli buku bacaan dianggap merupakan pengeluaran ekstra. Hanya satu ibu yang mengatakan kerap membacakan buku
cerita sebelum anak tidur.
3. Perkembangan Emosi