31 5 Memiliki Keberanian untuk Menerima Tanggung Jawab Secara Individual
Tanggung jawab sangat diperlukan dalam melakukan setiap pekerjaan. Tanggung jawab akan muncul dalam diri siswa ketika ia telah mencapai
kematangan fisik dan mental disertai dengan kesadaran yang timbul dari individu tersebut.
6 Mempunyai Ambisi untuk Maju dan Berusaha Mengikuti Perkembangan Sesuai dengan Bidang Keahliannya.
Keinginan untuk maju dapat menjadi dasar munculnya kesiapan mental kerja siswa karena terdorong untuk memperoleh yang lebih baik
lagi.Usaha yang
dilakukan salah
satunya dengan
mengikuti perkembangan bidang keahliannya.
Dari teori-teori yang telah disebutkan di atas, dapat saya simpulkan bahwa indikator yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa adalah: 1
Keterampilan, 2 Pengalaman, 3 Kepribadian, 4 Sikap kritis, 5 Keterbatasan fisik, 6 Mampu beradaptasi dengan lingkungan, 7
Pengetahuan tentang dunia kerja.
B. Penelitian yang Relevan
1.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tukiman 1995 yang berjudul “Kontribusi Pendidikan Etos Kerja dalam Keluarga dan Bimbingan Karir di
Sekolah Terhadap Kesiapan Mental Kerja Siswa STM Muda Patria Bogem Kalasan” menyimpulkan:
a.
Kondisi tingkat kesiapan mental kerja siswa III STM Muda Patria Bogem Kalasan menunjukan bahwa 50,847 kategori tinggi, 42,373 kategori
cukup, dan 6,779 kategori sedang. Secara keseluruhan nilai rerata
32 tingkat kesiapan mental kerja adalah 70,61 maka masuk dalam kategori
cukup.
b.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa antara pendidikan etos kerja dalam keluarga dengan kesiapan mental kerja ada hubungan positif yang
signifikan. r
h
= 0,460 r
t
= 0,254; α = 5
c.
Antara bimbingan karir disekolah dengan kesiapan mental kerja ada hubungan postif yang signifikan r
h
= 0,361 r
t
= 0,254; α = 5
d.
Secara bersama ada pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan etos kerja dalam keluarga dan bimbingan karir di sekolah terhadap
kesiapan mental kerja siswa F
h
= 11,31 F
t
= 3,17; α = 5
e.
Bobot sumbangan efektif pendidikan etos kerja dalam keluarga terhadap terbentuknyakesiapan mental kerja siswa adalah sebesar 18,62,
sedangkan bobot sumbangan efektif bimbingan karir di sekolah terhadap kesiapan mental kerja siswa sebesar 10,152.
2.
Putu Agus Aprita Aptiyasa 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Mata Pelajaran Produktif dan Praktik Kerja Lapangan Terhadap
Kesiapan Menjadi Tenaga Kerja Industri Jasa Konstruksi Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri
2 Yogyakarta” dan menyimpulkan: a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kemampuan Mata
Pelajaran Produktif terhadap kesiapan menjadi tenaga kerja industri konstruksi siswa yang ditunjukan dengan koefisien korelasi parsial 0,596
p
hitung
0,00 p
kritik
0,05. Besarnya sumbangan relatif variabel Kemampuan Mata Pelajaran Produktif sebesar 35,5.
33 b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Pengalaman Praktik Kerja
Lapangan terhadap Kesiapan menjadi tenaga kerja industri konstruksi siswa yang ditunjukan dengan koefisien korelasi parsial 0,575 p
hitung
0,00 p
kritik
0,05. Besarnya sumbangan relatif variabel pengalaman Praktik Kerja Lapangan sebesar 33,1.
c. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kemampuan Mata Pelajaran Produktif dan pengalaman Praktik Kerja Lapanagan secara
bersama-sama terhadap kesiapan menjadi tenaga kerja industri jasa konstruksi siswa yang ditunjukan dengan koefisien korelasi ganda 0,704
p
hitung
0,00 p
kritik
0,05. Besarnya sumbangan relatif dari kedua variabel dalam penelitan ini sebesar 49,5, sisanya 50,5 dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak terdapat pada penelitian ini.
C. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Etos Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa