MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

(2)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh HERMAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(3)

OLEH HERMAWATI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 50,31. termasuk dalam kualifikasi “Cukup Aktif”. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 72,84 termasuk dalam kualifikasi “Aktif”. Pada siklus III aktivitas siswa 90,66 dengan kualifikasi “Sangat Aktif”. Hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata 64,81. Siklus II sebesar 74,62 dan siklus III sebesar 77,59.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.


(4)

(5)

(6)

(7)

Peneliti dilahirkan di Gunung Sugih Besar Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 25 Oktober 1983. Anak kedua dari lima bersaudara pasangan dari Bapak Abdullah dan Ibu Hafiyah. Peneliti pertama kali sekolah di SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Maarif Penawaja Pugung Raharjo lulus tahun 1998. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Arjuna Bandar Lampung lulus tahun 2001. TPeneliti diterima sebagai mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung tahun 2011.


(8)

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: "Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2014/2015". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universilas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Ketua UPP Metro S-1 PGSD, dan sebagai dosen pembahas yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini

6. Bapak Herman Tarigan, M.Pd., dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Rafani, M.Pd., dosen Pembahas yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini 8. Bapak Suyitno, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Gunung Raya, serta dewan guru

dan staf administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini


(9)

persatu, yang telah ikut serta memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah memuliakan dan membalas semua kebaikan tersebut. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaan bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Peneliti


(10)

Seiring dengan sujud syukur pada-Allah SWT karya sederhana ini penulis persembahkan kepada

1. Kedua orang tuaku Bapak Abdullah dan Ibu Hafiyah terima kasih atas doa dan restumu,

2. Suamiku Samsul Bahri yang telah mendukung dan memberiku semangat dalam menyelesaikan studiku

3. Kepala sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan


(11)

MOTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik di hari tua.”

“Manusia yang

paling pandai adalah manusia yang bisa menguasai

dirinya sendiri


(12)

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah. ... 5

1.3. Rumuasan Masalah ... 5

1.4. Tujuan Penelitian. ... 5

1.5. Manfaat Penelitian. ... 6

1.6. Penegasan Istilah. ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 9

2.1. Belajar ... 9

2.1.1 Pengertian Belajar. ... 9

2.1.2 Aktivitas Belajar. ... 11

2.1.3 Hasil Belajar. ... 13

2.2. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013. ... 15

2.2.1 Pengertian Kurikulum 2013. ... 15

2.2.2 Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Kurikulum 2013. ... 15

2.3. Pendekatan Scientific. ... 20

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif. ... 24

2.4.1 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif. ... 24

2.4.2 Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif. ... 26

2.4.3 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif. ... 26

2.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 27

2.6. Hipotesis Tindakan. ... 33

BAB III METODE PENELITIAN………... 34 3.1 Metode Penelitian. ... 34

3.2 Setting Penelitian ... 35

3.3 Subyek Penelitian. ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data. ... 35

3.5 Alat pengumpulan Data. ... 36

3.6 Teknik Analisa Data. ... 36

3.7 Prosedur Penelitian ... 43

3.8 Indikator Keberhasilan. ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 55

4.1 Profil SD Negeri 1 Gunung Raya. ... 55

4.2 Prosedur Penelitian. ... 55


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 101

5.1 Kesimpulan. ... 101

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA... 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

Tabel Halaman

1. Lembar Observasi Efektivitas Pembelajaran ... 37

2. Lembar Observasi Sikap Spiritual. ... 40

3. Lembar Penilaian Diri Sikap Jujur. ... 41

4. Lembar Penilaian Antarpeserta Didik Sikap Disiplin. ... 42

5. Aktivitas Siswa Siklus I ... 63

6. Kinerja Guru Siklus I. ... 64

7. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 65

8. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... 74

9. Kinerja Guru Siklus II. ... 76

10. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 77

11. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III ... 85

12. Kinerja Guru Siklus III. ... 86


(15)

1. Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli… 29 2. Siklus Kegiatan PTK ... 44 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 91 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran Model


(16)

1. Surat Izin Penelitian ... 104

2. Surat keterangan. ... 105

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 106

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 120

5. Lembar Observasi. ... 132

6. Hasil Belajar Siswa . ... 142


(17)

1.1Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa, yang melibatkan banyak komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 31, ayat 3 UUD 1945 menyebutkan, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


(18)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak


(19)

itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus dilakukan upaya guna meningkatkan profesionalisme keguruan, karena hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki PBM diantaranya mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bisa diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bisa menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajar akan meningkat.

Perolehan hasil belajar SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur di Kelas IV yang masih jauh dari hasil belajar yang diharapkan 75% di atas KKM, sedangkan KKM yang telah ditetapkan yaitu dengan batasas minimal ketuntasan B- atau 2,66 berdasarkan tabel penilaian tersebut terdapat di Permendikbud no 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur dengan Model Kooperatif tipe Jigsaw.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran , karena selama ini pelajaran dianggap sebagai


(20)

pelajaran yang sulit dan bersifat monoton. Dikatakan proses pembelajaran bersifat monoton karena, siswa di buat pasif, mereka duduk dan mendengarkan ceramah guru, lalu mencatat materi pelajaran dan mengerjakan latihan atau tugas yang diperintah guru. Sebaliknya guru mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah tanpa divariasikan dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih tepat dengan sifat dan karakteristik siswa maupun mata pelajaran yang diajarkan sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di kelas IV SDN 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Lampung Timur.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di dalam proses pembelajaran, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti akan mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, karena melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul

“Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Koperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(21)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur .

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur .

3. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar melalui model kooperatif tipe Jigsaw terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015?


(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar melalui Model kooperatif tipe Jigsaw

terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Meningkatkan hasil belajar melalui Model kooperatif tipe Jigsaw

terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model koperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model Jigsaw ini dapat dirasakan manfaat dan kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur .


(23)

b. Bagi Guru yaitu :

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model Jigsaw.

1.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir pengertian istilah-istilah dalam penelitian ini maka perlu adanya penegasan istilah

1. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

2. Hasil Belajar adalah kemampuan keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari 3. Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan

pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.


(24)

4. Model Jigsaw adalah sebuah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.


(25)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Ernest R. Hilgard (Sumardi Suryabrata, 2008: 252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Menurut Oemar Hamalik (2004: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman A.M. (2004: 22) menyatakan:

“belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut james O.


(26)

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.


(27)

Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Disini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002: 32) aktivitas artinya

adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution (2004: 89) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya Sardiman (2004: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi,

fakta, konsep ataupun teori”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.


(28)

mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam (Sardiman. 2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok.

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup

Aktivitas guru dalam mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat belajar . Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.


(29)

Menurut Oemar Hamalik (2004: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2004: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.


(30)

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004: 39)

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

2.2Pembelajaran Tematik Kurikulum SD Tahun 2013 2.2.1 Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru, hasil penyempurnaan kurikulum sebelumnya, Kurukum KTSP atau Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Perubahan mendasar adalah dikuruanginya


(31)

dihilangkannya sistem penjurusan pada jejang atau tingkat satuan pendidikan SMA, jadi nanti tidak akan adalah lagi kasta terbaik dan kasta nomor 2 (pembuangan) seperti yang terjadi pada saat ini, yang katanya jurusan IPA itu favorit, anaknya pintar-pintar, sedangkan jurusan IPS dan

bahasa itu nomor dua, jurusan “pembuangan” anaknya pada bandel -bandel. Kurikul 2013 sendiri akan mulai diterapkan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013 – 2014.

2.2.2 Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembnagn kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan


(32)

dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum

Terkait dengan pengembangan kurikulum 2013, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.

2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti


(33)

tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran. 4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan

dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


(34)

(dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.


(35)

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10.Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.


(36)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau perangkat atau apa pun itu namanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.


(37)

dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik system penyajiannya. (Kemdikbud, 2013 : 4)

Proses pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013 : 5). Meskipun ada yang mengembangkan lagi menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta. Namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu, guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika anak/siswa/peserta didik mengalami kesulitan, serta guru bukan satu – satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan keteladanan.

Menurut Kemdikbud (2013 : 8) Prinsip-prinsip kegiatan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013, yakni :

1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4. Pembelajaran berbasis kompetensi;


(38)

7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-hard-skills;

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10.Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (Ing Ngarso Sung Tulodo), membangun kemauan (Ing Madyo Mangun Karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Tut Wuri Handayani);

11.Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12.Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

13.Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik; dan

14.Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Berikut contoh kegiatan belajar dan deskripsi langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran kurikulum 2013 adalah:

1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui - Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

2. Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati - Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber - Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca


(39)

angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

5. Mengkomunikasikan: Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya - menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

6. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: Siswa menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan


(40)

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

2.4Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang

mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.

Slavin dalam (Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

2.4.1 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Nur Widyantini (2006: 4)

adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat


(41)

belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman yang baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps, Trianto (2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

2.4.2 Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur Widyantini, (2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

c) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok


(42)

Menurut Nur dalam (Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:

a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b) Kelompok dibentuk secara heterogen.

c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu

Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya. Tipe pembelajaran koperatif antara lain : Student Team-Achievement Divisions (STAD), Numberred Head Together (NHT), dan Jigsaw.

2.5Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 1997: 110).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong


(43)

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997: 111).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends 1997: 111).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang

lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan

harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan” (Lie, A. 1994: 27).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok


(44)

tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997: 111):


(45)

Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli

Keterangan :

1. Kelompok Asal (1, 2, 3, 4 ) 2. Kelompok Ahli (W, X, Y, Z )

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli W X

1 Y Z

X X

X X

Y Y

Y Y

Z Z

Z Z W W

W W

W X 3 Y Z

W X 4 Y Z W X

2 Y Z


(46)

bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

2. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

3. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

4. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

5. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut:


(47)

Cooperative Learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Cooperative Learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah sebuah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk bidang studi apa yang akan menjadi pokok bahasan.

2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.


(48)

diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini.

4. Siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8 menit untuk mengerjakan lembar kerja tersebut.

5. Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10 menit dan siswa diharapkan dapat menyerap dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain. 6. Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang

diperoleh selama 10 menit.

7. Kemudian salah satu anggota kelompok berlatih untuk memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program inspiration selama 20 menit. Setelah itu siswa akan mebuat peta konsep di komputer dan kelompok lain akan memasukkan informasi ke chart yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa diberikan waktu selama 20 menit untuk menyelesaikan tugasnya. 6. Terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus


(49)

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan oleh peneliti sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun pelajaran 2014/2015.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini jenis penelitian yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani Igak dkk., 2003: 13). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang


(51)

3.2 Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Jalan Raya Desa Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Raya Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik tes dan non tes.

1. Teknik non tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru.

2. Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar siswa.


(52)

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Lembar panduan observasi, instrument ini dirancang sebagai alat kolaborasi peneliti dengan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Tes hasil belajar, adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus dianalisis untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran:

1. Análisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas: a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik persentase:

NP =

� X 100 % Keterangan :


(53)

R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

(Sumber Purwanto, 2008: 102)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada tabel 1 dibawah ini

Tabel 1. Lembar Observasi Efektivitas Pembelajaran

Nama Guru : Mata Pelajaran :

Pokok Bahasan / Tema : Sekolah / Kelas :

Hari / Tanggal : Skor (skala rating) :

1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = sangat baik

ASPEK PENGELOLAAN 1 2 3 4 5

MATERI PEMBELAJARAN -- -- -- -- --

Gagasan utama materi jelas dan spesifik -- -- -- -- -- Tersedia beragam variasi untuk mendukung informasi -- -- -- -- -- Relevansi dengan pokok bahasan jelas -- -- -- -- -- Diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi (aplikasi, analisis,

sintesis, evaluasi)

-- -- -- -- --

Guru menghubungkan gagasan-gagasan dengan pengetahuan awal siswa


(54)

ORGANISASI PEMBELAJARAN -- -- -- -- -- Pengantar yang diberikan menarik perhatian siswa -- -- -- -- -- Pada pengantar diberikan organisasi langkah-langkah kegiatan

pembelajaran

-- -- -- -- --

Transisi antar tahapan pembelajaran jelas (disertai rangkuman) -- -- -- -- -- Rencana kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik -- -- -- -- -- Kesimpulan benar-benar merujuk pada gagasan utama pembelajaran -- -- -- -- -- Dilakukan review dengan menghubungkannya materi dengan

pembelajaran sebelumnya

-- -- -- -- --

Dilakukan review dengan menghubungkannya materi dengan pembelajaran yang akan datang

-- -- -- -- --

INTERAKSI SELAMA PEMBELAJARAN -- -- -- -- -- Guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan dengan berbagai tingkatan

(level)

-- -- -- -- --

MDiberikan waktu tunggu yang cukup -- -- -- -- --

Terdapat siswa yang bertanya -- -- -- -- --

Umpan balik (feedback) yang diberikan guru informatif -- -- -- -- -- Guru menanggapi respon-respon siswa secara tepat -- -- -- -- --

BAHASA VERBAL / NON VERBAL -- -- -- -- --


(55)

Tidak terhenti saat berbicara dan menggunakan “eeee..., mmmmm..., dsb.)

-- -- -- -- --

Guru berbicara tidak terlalu cepat / lambat -- -- -- -- -- Aksen (logat) tidak mengganggu -- -- -- -- --

Kualitas suara efektif -- -- -- -- --

Volume suara cukup untuk didengar seluruh siswa -- -- -- -- -- Laju penyampaian materi pembelajaran tepat -- -- -- -- -- Gerakan tubuh dan gestur efektif -- -- -- -- -- Melakukan kontak pandang dengan siswa -- -- -- -- --

Percaya diri dan antusias -- -- -- -- --

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN -- -- -- -- -- Penggunaan power point / papan tulis jelas dan terorganisasi dengan

baik

-- -- -- -- --

Media yang digunakan dapat terbaca dengan mudah -- -- -- -- -- Guru menyediakan outline / handout -- -- -- -- -- Pengajaran bila menggunakan komputer benar-benar efektif -- -- -- -- --

KESAN UMUM PEMBELAJARAN -- -- -- -- --


(56)

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

Nama Peserta Didik : ………. Kelas : ………. Tanggal Pengamatan : ……….. Materi Pokok : ………..

NO. ASPEK PENGAMATAN SKOR

1 2 3 4

1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan

3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi 4 Mengungkapkan kekaguman secara

lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan

5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan

Jumlah Skor

Tabel 3. Lembar Penilaian Diri Sikap Jujur

Nama Peserta Didik : ………. Kelas : ………. Materi Pokok : ………. Tanggal : ……….


(57)

1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti

2. berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari

3.

NO. PERNYATAAN TP KD SR SL

1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan ulangan

2

Saya menyalin karya orang lain dengan menyebutkan sumbernya pada saat mengerjakan tugas

3

Saya mengembalikan kepada pemiliknya apabila menemukan barang

4 Saya berani mengakui kesalahan 5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa

melihat jawaban teman yang lain

Keterangan :

- SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

- SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

- KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

- TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

- 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

- 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

- 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan


(58)

Petunjuk :

Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

- 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

- 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

- 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

- 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Peserta Didik yang dinilai : ………. Kelas : ………. Tanggal Pengamatan : ……….. Materi Pokok : ………..

NO. ASPEK PENGAMATAN SKOR

1 2 3 4 1 Masuk kelas tepat waktu

2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata

tertib

4 Mengerjakan tugas yang diberikan

5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran

5 Membawa buku teks sesuai mata pelajaran

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Peserta didik memperoleh nilai :

Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00 Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33


(59)

(Sumber Depdikbud, Kurikulum 2013: 49)

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah:

(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut. (Aidin Adlan, 2011: 18)

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:


(60)

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai

Permasalahan Tindakan - I Tindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya


(61)

untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus. 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Jigsaw. Dengan materi mengubah pecahan ke bentuk pecahan lain.

2) Membuat perangkat pembelajaran berupa lembar topic, lembar kerja siswa (LKS), dan media pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

4) Menyusun instrument evaluasi pembelajaran dan pedoman penskoran, berupa tes essay untuk setiap siklus.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Jigsaw. Penerapan pembelajarannya mengacu pada RPP yang telah dibuat secara kolaboratif antara peneliti dengan guru. Kegiatan pembelajaran


(62)

tahap, yaitu: 1) Kegiatan awal.

(a) Menertibkan siswa

(b) Menentukan jumlah kelompok dan guru mengimformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dari tinggi, sedang dan rendah serta perbedaan gender.

(c) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

(d) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi.

(e) Memberikan pre tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.

2) Kegiatan Inti

(a) Guru memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk tema yang akan menjadi pokok bahasan.

(b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.

(c) Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 7 menit dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini.


(63)

mengerjakan lembar kerja tersebut.

(e) Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10 menit dan siswa diharapkan dapat menyerap dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain.

(f) Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10 menit.

(g) Terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini observer mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus II.

d. Tahap Refleksi

Pada akhir siklus, dilaksanakan refleksi oleh peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran


(64)

digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar dari siklus I, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus I, sebagai renungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan siklus II.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

pada siklus II peneliti membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif bersama guru seperti siklus sebelumnya, berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I. Pada siklus ini yang membedakan adalah kompetensi dasarnya. Pada siklus II ini kompetensi dasar yang diajarkan adalah: tema hemat energi.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran yang berlangsung hampir sama dengan siklus I, namun pada siklus II ini perbedaannya pada kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan, adapun pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:

1) Kegiatan awal.

(a) Menertibkan siswa

(b) Memberikan penghargaan kelompok pada kelompok super, sangat baik dan baik yang ditentukan dari hasil belajar siswa pada siklus I


(65)

bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dari tinggi, sedang dan rendah serta perbedaan gender.

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

(e) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi.

(f) Memberikan pre tes untuk mengetahui kemapuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.

2) Kegiatan Inti

(a) Guru memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk tema yang akan menjadi pokok bahasan.

(b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.

(c) Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 7 menit dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini.

(d) Siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8 menit untuk mengerjakan lembar kerja tersebut.

(e) Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli


(66)

mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

(f) Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10 menit.

(g) Terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini observer mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus III.

d. Tahap Refleksi

Pada akhir siklus, dilaksanakan refleksi oleh peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar dari siklus II, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan


(67)

bahan pertimbangan dalam pelaksanaan siklus III.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada siklus III peneliti membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif bersama guru seperti siklus sebelumnya, berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus II. Pada siklus ini yang membedakan adalah kompetensi dasarnya. Pada siklus III ini tema yang diajarkan adalah: hemat energi.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Pada siklus III ini kegiatan pembelajaran yang berlangsung hampir sama dengan siklus II, namun pada siklus III ini perbedaannya pada kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan, adapun pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:

1) Kegiatan awal.

(a) Menertibkan siswa

(b) Memberikan penghargaan kelompok pada kelompok super, sangat baik dan baik yang ditentukan dari hasil belajar siswa pada siklus II

(c) Menentukan jumlah kelompok dan guru mengimformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang


(68)

rendah serta perbedaan gender.

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

(e) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi.

(f) Memberikan pre tes untuk mengetahui kemapuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.

2) Kegiatan Inti

(a) Guru memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk tema yang akan menjadi pokok bahasan.

(b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.

(c) Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 7 menit dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini.

(d) Siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8 menit untuk mengerjakan lembar kerja tersebut.

(e) Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10 menit


(69)

informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain.

(f) Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10 menit.

(g) Terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini observer mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus III dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat.

d. Tahap Refleksi

Pada akhir siklus III, dilaksanakan refleksi oleh peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk mengambil kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw.


(70)

Penerapan model Kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila:

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai ≥ 75% yang aktif.

2. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya.

Tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal mencapai ≥75%, dengan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan sekolah yaitu KKM ≥ dengan batasas minimal ketuntasan B- atau 2,66 berdasarkan tabel penilaian tersebut terdapat di Permendikbud no 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum


(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I rata-rata siklus I adalah sebesar 50,31 dengan kualifikasi “Cukup Aktif”. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini mencapai 72,84 dengan kualifikasi “Aktif”. sedangkan rata-rata yang dicapai pada siklus III ini adalah sebesar 90,66dengan kualifikasi aktivitas “Sangat Aktif”.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I hasil belajar siswa yang tuntas dan mencapai KKM adalah sebesar 64,81. Siklus II sebesar 74,62 dan siklus III sebesar 77,59.


(72)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur

2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi sekolah.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model jigsaw.

5. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sangat baik diterapkan di Sekolah Dasar.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Adlan Aidin 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus: Dita Kurnia

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2011.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

I. G. A. K Wardani, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(74)

Richard Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.Grow Hill Book Co

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset

Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I rata-rata siklus I adalah sebesar 50,31 dengan kualifikasi “Cukup Aktif”. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini mencapai 72,84 dengan kualifikasi “Aktif”. sedangkan rata-rata yang dicapai pada siklus III ini adalah sebesar 90,66dengan kualifikasi aktivitas “Sangat Aktif”.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I hasil belajar siswa yang tuntas dan mencapai KKM adalah sebesar 64,81. Siklus II sebesar 74,62 dan siklus III sebesar 77,59.


(2)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Gunung Raya Lampung Timur

2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi sekolah.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model jigsaw.

5. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sangat baik diterapkan di Sekolah Dasar.

102


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adlan Aidin 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus: Dita Kurnia

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2011.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

I. G. A. K Wardani, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(4)

Richard Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.Grow Hill Book Co

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset

Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adlan Aidin 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus: Dita Kurnia

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2011.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

I. G. A. K Wardani, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Richard Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.Grow Hill Book Co

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset

Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 4 56

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51