Gambaran Komunitas Belajar Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah T2 942012002 BAB IV

61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Komunitas Belajar

Komunitas Qaryah Thayyibah yang belokasi di Desa Kalibening Kota Salatiga adalah kelompok belajar yang telah terbentuk sejak tahun 2003. Awalnya komunitas ini berdiri dengan nama SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah menginduk pada SLTP Negeri 10 Salatiga. Namun baru berjalan satu setengah tahun pengelolah mengajukan untuk lepas dari SLTP induk dan ingin mandiri mengelola pendidikan non formal berbasis komunitas belajar. Pengelola mengajukan maksud mereka ke Dinas Pendidikan Kota Salatiga, tetapi oleh Dinas belum bisa mengabulkan permintaan mereka dengan alasan bahwa pendidikan alternatif ini harus harus berlangsung sampai pada tahun ke tiga. Sehingga, kurang lebih satu setengah tahun pendidikan di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah berlangsung tanpa ada pendampingan dari SLTP induk. Alasan pengelola ingin berdiri sendiri menjadi komunitas belajar yang mandiri adalah, karena dari pihak pengelola merasa tidak nyaman bila pendidikan yang mereka jalankan terus diatur atau diintervensi oleh sekolah induk. Tahun ke empat SLTP Alternatif 62 Qaryah Thayyibah resmi menjadi pendidikan non formal dengan nama Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah. Secara administrasi kelembagaan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah di bawah naungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Sistem pendidikan Qaryah Thayyibah terintegrasi dengan panguyuban petani setempat dengan visi gerakannya mewujudkan masyarakat tani yang tangguh yang mampu mengelola dan mengontrol segala sumber daya yang tersedia berserta seluruh potensinya sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan lingkungan serta kesetaraan laki-laki dan perempuan. Untuk visi dan misi pendidikan masih tetap sama walaupun pendidikan yang dijalankan telah berubah menjadi pendidikan non formal. Visi kedepan dari komunitas ini adalah mewujudkan masyarakat tani yang tangguh. Konsep pendidikan non formal inilah yang diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi anak-anak petani untuk mempercepat proses terciptanya masyarakat yang mandiri. Menurut kepala komunitas anak-anak juga bagian dari masyarakat oleh karena itu anak juga memerlukan pendidikan yang terintegrasi dengan kehidupannya agar anak tidak merasa terasing dari desanya sendiri. Sehingga nantinya anak dapat mewujudkan desa yang mandiri, dengan 63 memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki dari desanya sendiri. Anak dan masyarakat sama-sama saling menopang dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya akan tercipta masyarakat belajar sepanjang hidup. Prinsip pendidikan yang dijalankan adalah pertama, pendidikan dilandasi dengan semangat membebaskan dan semangat kearah perubahan yang lebih baik. Membebaskan berarti keluar dari belenggu legal formalistik yang selama ini menjadikan pendidikan tidak kritis dan tidak kreatif. Sedangkan, semangat perubahan lebih diartikan pada kesatuan belajar dan mengajar, siapa yang tahu mengajar yang belum paham. Prinsip ke dua adalah keberpihakan, dimana orang miskin juga layak untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan. Maka pendidikan juga harus dapat dinikmati oleh orang miskin. Prinsip ketiga, metodologi yang dibangun selalu berdasarkan kegembiraan antara murid dan guru dalam proses belajar mengajar. Kegembiraan ini akan muncul apabila ruang sekat antara guru-murid tidak dibatasi, keduanya adalah satu tim, berproses secara partisipatif, guru sekedar fasilitator dalam meramu kurikulum. Dalam komunitas ini, guru dikenal dengan sapaan pendamping, sehingga ada ikatan emosional yang dekat anatara anak dengan pendamping. Anak 64 menganggap pendamping sebagai teman, bukan sebagai sosok yang ditakuti. Prinsip keempat, Mengutamakan prinsip partisipatif antara pengelola sekolah, guru, siswa, wali murid, masyarakat dan lingkungannya dalam merancang bangun sistem pendidikan yang sesuai kebutuhan. Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah awal berdiri pada tahun 2003 memiliki jumlah siswa sebanyak 12 orang. Jumlah siswa yang masuk komunitas belajar ini tiap tahunnya tidak stabil. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Jumlah Siswa Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Angkatan Jumlah Siswa 1 12 II 24 III 41 IV 33 V 17 VI 17 VII 11 Sumber: dokumen Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Penurunan jumah siswa disebabkan orang tua lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke 65 pendidkan formal dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah seperti dana BOS, DAK dll. Anak yang mengikuti pendidikan dalam komunitas ini sebagian besar berasal dari luar Desa Kalibening bahkan luar Kota Salatiga. Pada saat masih menjadi SMP alternative Qaryah Thayyibah, kurikulum yang digunakan adalah kurikum nasional dari dinas pendidikan. Seperti yang diungkapkan dalam kompas rabu, 23 Maret 2005. Dan setelah menjadi pendidikan non formal, komunitas belajar ini tidak lagi menggunakan kurikulum nasional. Tetapi mengacu kepada kebutuhan anak. Oleh lembaga dibahasakan dengan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Anak. Dari acuan tersebut maka komunitas belajar ini bisa dengan bebas mengembangkan model pembelajaran kepada anak terutama untuk perkembangan kognitif dan menghasilkan karya. Hal tersebut dirancang agar anak bebas mengekpresikan apa yang ingin mereka lakukan, anak tidak merasa tertekan sebaliknya merasa merdeka dalam berkarya.

B. Deskripsi Hasil Penelitian