PENGARUH WARMING-UP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG TURNAMEN PELAJAR SMP SE-BANDAR LAMPUNG YANG DISELENGGARAKAN SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH WARMING-UP TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MENJELANG PERTANDINGAN FUTSAL

PADA SISWA SMP SE BANDAR LAPUNG Oleh

EDO SAPUTRA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan warming up dan tidak diberi latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal pada tingkat siswa SMP Se Bandar Lampung. Sample sebanyak 48 siswa yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu, kelompok yang diberi perlakuan warming-up dan yang tidak diberi perlakuan warming-up.

Metodelogi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok yang diberi latihan warming-up

dapat menurunkan tingkat kecemasan sebesar (thitung 30,20 > 23 ttabel), sedangkan yang tidak diberi perlakuan warming-up dapat meningkatkan kecemasan sebesar (thitung 25,25 > 19,95 ttabel). Perbedaan pengaruh menunjukkan bahwa latihan

warming-up yang diberi perlakuan lebih baik dalam menurunkan tingkat kecemasan dibandingkan yang tidak diberi perlakuan (thitung 30,20 > ttabel 25,25). Jadi dapat disimpulkan bahwa persiapan sebelum pertandingan diberi latihan warming-up dapat menurunkan tingkat kecemasan baik dari segi fisik, psikis dan fisiologis. Serta dapat diterapkan bagi para pelatih, serta pengajar untuk diterapkan ke para siswa agar melakukan warming-up sebelum melakukan kegiatan olahraga karena sangat baik untuk menurunkan tingkat kecemasan.


(2)

(3)

PENGARUH WARMING-UP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG TURNAMEN PELAJAR SMP SE-BANDAR LAMPUNG

YANG DISELENGGARAKAN SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh : EDO SAPUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tinggi Badan Siswa ... 37 2. Berat Badan Siswa ... 38 3. Usia Siswa... 38 4. Perbandingan Rata-Rata Antara Siswa Yang Diberikan Perlakuan dan Siswa Yang


(8)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh ... 6

B. Pengetian Warming-up ... 6

C. Pengetian Kecemasan ... 12

D. Pertandingan ... 25

E. Futsal ... 26

F. Kerangka Berfikir ... 27

G. Hipotesis ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Konseptual Variabel ... 32

F. Desain Penelitian. ... 33

G.Teknik Pengumpulan Data ... 34


(9)

xiii

I .Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

B. Uji Hipotesis ... 43

E. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(10)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Data Responden Tinggi, Berar, dan Usia Siswa ... 50

2. Data Tes Awal Perlakuan Warming-up ... 51

3. Data Tes Akhir Perlakuan Warming-up ... 52

4. Data Tes Awal Tidak Diberikan Perlakuan Warming-up ... 53

5. Data Tes Akhir Tidak Diberikan Perlakuan Warming-up ... 54

6. Rekapitulasi Data ... 55

7. Hasil Uji Coba Variabel Warming-up (X) ... 56

8. Hasil Data Tingkat Kecemasan (Y) ... 57

9. Hasil Uji Coba Variabel Kecemasan (Y) ... 58

10.Hasil Uji Coba Reliabilitas Warming-Up (X) ... 59


(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Analisis Varians ... 36

2. Distribusi Frekuensi Data Tinggi Badan Siswa ... 39

3. Distribusi Frekuensi Data Berat Badan Siswa ... 41

4. Distribusi Frekuensi Data Usia Siswa... 42

5. Distribusi Frekuensi Angket Variabel Warming-Up (X)... 44

6. Distribusi Frekuensi Angket Variabel Kecemasan (Y) ... 46

7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Tingkat Warming-Up (X)……… 49

8. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Tingkat Kecemasan (Y) ... 49

9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel (X) ... 51

10. Hasil Analisi Uji Realibilitas Angket Untuk Variabel (Y) ... 51

11. Hasil Uji Normalitas Warming-Up (X) ... 52

12. Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan (Y) ... 53

13 Hasil Uji Homogenitas Dengan Menggunakan SPSS 17 ... 54

14.Hasil Uji Kelinieran Regresi Untuk Variabel Tingkat Kecemasan (Y) & Warming-Up (X) 55 15. Kesimpulan Hasil Uji Linieritas Garis Regresi ... 55

16. Korelasi Warming-Up Terhadap Tingkat Kecemasan ... 56


(12)

ix MOTO

Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan –kesalahan , tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya merekahdengan keberhasilan saat mereka menyerah

(Heather Pryor)

Tiada doa yang lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai ( Edo Saputra )

Saya datang saya bimbingan, saya ujian, saya revisi, dan saya menang. ( Edo Saputra )

Manusia tidak merancang untuk gagal, merekah gagal untuk merancang (William J. Siegel)


(13)

viii

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukurku ke hadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Ayahanda A. Bahrun dan Ibunda Nurul Huda yang dengan sabar telah membesarkan, mendidik,

dan meberikan dukungan material, moral dan doa serta harapan atas keberhasilanku Terimakasih atas semua cinta dan pengorbananmu serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu

yang telah kau berikan kepadaku.

Adik-adikku Mayang Sari dan Intan Purnama Sari terima kasih atas doa dan dukungannya. Seluruh keluarga besarku

Penyemangat terbaikku Septa Yulianti

Para sahabatku dan teman-temanku semua yang telah memberikan motifasi, semangat, dan menjadi tempat keluh kesalku selama ini.


(14)

iiv

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir di Muara Enim, pada tanggal 17 Februari 1991, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak A. Bahrun dan Ibu Nurul Huda.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar SD Negeri 5 Muara Enim selesai pada tahun 2002, pada tahun 2005 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Muara Enim, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Muara Enim pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(15)

x

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH WARMING-UP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA MENJELANG PERTANDINGAN FUTSAL”.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda A. Bahrun dan Ibunda Nurul Huda yang sederhana namun memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ini, serta adik - adikku Mayang Sari dan Intan Purnama sari yang saya sayangi..

2. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes Selaku Pembimbing I yang sabar dan tekun dalam membimbing penulisan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Heru Sulistianta, S.Pd, M.Or Selaku Pembimbing II atas kesabaran dan pengertian selama penulisan menyusun skripsi ini;

4. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Selaku Pembahas, atas kritik dan sarannya yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan selama masa studi;


(16)

xi

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah mendidik dan membina penulisan.

6. Seluruh Keluarga Besarku yang telah memberikan semangat.

7. Buat Septa Yulianti seseorang yang telah memberikan kasih sayangnya serta semangat dan dukungannya selama ini, terimakasih selalu menjadi penyemangat terbaiku yang selalu ada menemani dan membantu saya selama ini.

8. Buat Ibu kosan tercinta terimah kasih selama ini telah menjadi sosok ibu buat saya

9. Buat wisma ARFAZUL tercinta terimah kasih buat support dan dukungannya, Solmed, Imron, Botak, Duduy, Jambul, Zaky tampan, Ucok, Enji, Beny, Selo, Mais, Arly lay. 10.Para sahabat-sahabat terbaikku, Evan Chaidir, Angger Budi Angkasa, Candra Buana,

Andre Sofyan, Agus Syaifudin, Eka Mulyanto, Eko, Pitadih, , Riko Yulianto, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya.

11.Mahasiswa Penjaskes 2008 tanpa terkecuali. 12.Almamater Tercinta Universitas Lampung.

13.Semua pihak yang belum penulis sebutkan yang telah membantu penulisan selama penelitan , dan penyusunan skripsi ini

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikannya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin….

Bandar Lampung, 2014 Penulis


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertandingan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk mengukur dan menilai serta mengetahui kekuatan dan kemampuan seseorang dalam

mencapai prestasinya. Dalam pertandingan tentu ada yang diharapkan yakni kemenangan. Setiap atlet terutama atlet olahraga prestasi mengharapkan kemenangan. Kemenangan ini merupakan tujuan yang harus dicapai atau kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk mencapai kemenangan tentu ada ambisi atau keinginan. Ambisi ini merupakan faktor dorongan yang

terkandung dalam diri atlet untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Seperti kita ketahui kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang terjadi begitu saja, tetapi selalu ada faktor yang mendorongnya dan selalu ada yang ditujunya. Faktor yang mendorong itu adalah motif yang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. Misalnya motif apa yang mendesak seseorang itu makan, bekerja, belajar, ataupun bertanding. Dengan demikian jelas, bahwa setiap kegiatan individu selalu ada yang mendorongnya (motif) dan ada pula yang ditujunya (goal). Begitu pula seseorang atlet dalam menghadapi suatu pertandingan, selain keinginan untuk menang sebagai dorongan (motif), meraih kemenangan dan mencapai prestasi


(18)

2

terbaik merupakan tujuannya. Keinginan untuk mencapai sesuatu yang serba mungkin atau belum pasti ditambah dengan pengaruh situasi sekitar yang dirasa menekan, akan menyebabkan terjadinya konflik-konflik atau stress mental (mental tension) dalam diri atlet.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pertandingan adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kekuatan dan kemampuan seseorang dalam mencapai prestasi.

Pengertian cemas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) adalah “tidak tentram hati (karena khawatir, takut),gelisah”. Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stres kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian, dan salah satunya adalah saat berlangsungnya proses pertandingan futsal. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Perasaan perasaan seperti ini yang dapat mempengaruhi jatuhnya mental, menurunnya tingkat konsentrasi dan rasa percaya diri sehingga kurang maksimalnya kemampuan anak.


(19)

3

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan futsal dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah futsal adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Warming-up Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Siswa Menjelang Pertandingan Futsal”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pentingnya latihan warming-up.

2. Siswa belum mengerti tentang pengaruh dari kecemasan dalam pertandingan.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian ini dan berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka terlihat banyaknya masalah yang terjadi pada lokasi penelitian. Untuk memfokuskan pembahasan dan pemecahan masalah tersebut perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi pada aspek pengaruh warming-up (X), tingkat kecemasan (Y).


(20)

4

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu;

1. Seberapa besar pengaruh latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan pada siswa menjelang pertandingan futsal?

2. Seberapa besar pengaruh yang tidak di beri latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh hasil latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh hasil latihan yang tidak di beri latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk meredakan kecemasan. Teknik warming-up ini juga dapat diterapkan sebagai bahan materi pokok pada setiap atlet berdasarkan teori dapat meredakan kecemasan. Hal ini akan sangat berguna baik bagi peserta maupun fasilitator terutama seorang atlet.


(21)

5

b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa agar dapat terlibat atau berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Memberikan informasi dan masukan bagi para peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian di bidang ini.


(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengaruh

Pengaruh artinya daya yang ada, yang timbul dari sesuatu (orang/benda) (WJS. Poerwoedarminto, 2002:664). Sedangkan menurut ( Baddudu dan Zain,

1994:1031) pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu yang dapat mengubah atau membentuk sesuatu yang lain. Dalam Penelitian ini pengaruh adalah daya yang ada dari suatu kegiatan yaitu latihan yang diberi perlakuan

warming-up dan latihan yang tidak diberi perlakuan warming-up.

B. Pengertian Warming-up

Warming-up adalah suatu kegiatan tubuh yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih berat lagi. Dengan melakukan warming-up dapat diharapkan bahwa seluruh organ tubuh akan mendapat rangsang, sehingga mekanisme dari seluruh tubuh secara berangsur-angsur dapat mulai berjalan dengan lancar, sesuai dengan fungsinya. Sedangkan maksud lain dari warming-up ini ialah supaya organ tubuh secara berangsur-angsur saling menyesuaikan diri, sehingga kemudian siap untuk melaksanakan segalah kemungkinan kerja


(23)

7

yang dihadapinya. Sehubungan dengan warming-up Astrand dan Rodahl dalam Hermawan, 1984 menjelaskan sebagai berikut,

The benefit of the higher temperature during work lise in fact that the metabolic processes in the cell can proceed at for each degree of

temperature increase, the metabolic rate peature, the exchange of oxygen from the blood to the tissues is also much more rapid. Physical work capacity is increased following warm-up. (14; 524).

Dari pendapat para ahli diatas penulis simpulkan bahwa warming-up kegiatan yang dilakukan oleh tubuh sebelum melakukan kegiatan yang lebih berat. Selanjutnya Harsono dalam diktat ilmu coaching mengatakan sebagai berikut, “Warming-up the body atau memanaskan tubuh adalah suatu proses yang bermaksud untuk mengadakan perubahan-perubahan physiologis dalam tubuh kita dan menyiapkan organisme dalam menghadapi akivitas tubuh yang lebih berat.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diharapkan bahwa warming-up, selain mempersiapkan organ tubuh yang akan dipergunakan dalam melakukan kerja atau kegiatan, juga akan mempercepat proses metabolisme sel.

Pelaksanaan warming-up yang umum dipergunakan adalah dengan cara

memanaskan tubuh melalui kegiatan gerakan-gerakan anggota tubuh seperti lari-lari di tempat, bentuk-bentuk latihan senam yang meliputi latihan-latihan

fleksibilitas, peregangan, pelemasan koordinasi, relaksasi, pelepasan dan sebagainya.


(24)

8

1. Bentuk warming-up

Pada umumnya warming-up terdiri dari dua macam bentuk, yaitu bentuk

warming-up terdiri dari dua macam bentuk, yaitu bentuk warming-up sebelum latihan dan bentuk warming-up sebelum pertandingan;

a. Bentuk warming-up sebelum latihan adalah bentuk latihan yang terdiri dari bahan-bahan latihan warming-up yang bersifat umum, menyeluruh dan

biasanya dilakukan dengan cara antara lain; jogging antara satu atau dua kali keliling lapangan, kemudian diikuti dengan latihan-latihan senam. Istilah yang biasa disebut untuk pelaksanaan latihan warming-up seperti diatas ialah “general warming-upatau “informal warming-up” menyangkut sistem kerja

sekunder (ergosistem secunder), yang meliputi jantung, darah, dan pernafasan. b. Warming-up sebelum menghadapi suatu pertandingan, bentuk-bentuk gerakan yang dilaksanakan ditujukan kepada gerakan-gerakan yang

dilaksanakan ditujukan kepada gerakan-gerakan yang akan dilakukan dalam cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Latihan ini biasanya akan dapat membantu atau sekurang-kurangnya mengingatkan atlet terhadap koordinasi gerakan. Bentuk latihanya banyak ditujukan kepada latihan yang bersifat meregangkan, melepaskan, dan melemaskan sendi-sendi, serta koordinasi, kemudian disusul dengan “touch and feeling”. Yang dimaksud dengan “touch and feeling” adalah latihan-latihan warming-up yang dilaksanakan dengan cara langsung mengadakan gerakan-gerakan dengan mempergunakan alat yang akan dipergunakan pada waktu pertandingan. Misalnya menendang bola sepak, memukul bola volley, melempar bola tangan, bola basket, memukul


(25)

9

bola tenis dan lain-lainnya, sesuai dengan cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Latihan warming-up yang dilaksanakan seperti diuraikan diatas dikenal dengan istilah “special warming-up” formal warming-up

menyangkut sistem kerja primer (ergosistem primer), yang meliputi syaraf dan otot.

c. Lama waktu, jenis latihan, dan intensitas latihan dari warming-up. Pelaksanaan warming-up, baik mengenal lama waktu, jenis latihan, maupun intensitas latihan, tergantung macam atau jenis dari cabang olahraga yang akan dilakukan. Misalnya untuk, golf, panahan, menembak, mungkin hanya menggunakan waktu yang relatif pendek dengan intensitas latihan yang agak ringan, apabila dibandingkan dengan cabang olahraga seperti sepakbola, futsal, tinju, gulat, lari gawang, senam, renang, dan bulutangkis. Namun kedua perbedaan tadi tidak akan mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh masing-masing atlet dari cabang olahraga yang dilakukannya. Faktor lain terhadap lamanya waktu dan intensitas latihan warming-up ialah faktor individu sendiri dengan melihat berbagai tingkat adaptasi atau penyesuaian organisme tubuh terhadap ambang rangsang. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, struktur anatomis, tabiat, bakat, inteligensi, dan situasi psikologis. Kegunaan dan pengaruh warming-up dalam olahraga. Berbagai penyelidikan telah dilaksanakan oleh para ahli tentang pengaruh warming-up terhadap sesuatu penampilan, dengan maksud untuk mendapakan kesimpulan yang berarti. Namun sampai kini masih terdapat keraguan, terutama sekali


(26)

10

mengenai pengaruh warming-up terhadap terhadap peningkatan prestasi itu sendiri.

Untuk mendapatkan gambaran perbandingan, Harsono dalam ilmu Coaching telah mencatat beberapa pendapat para ahli yang telah mengadakan

penyelidikan, di antaranya ;

Karpovich dalam Hermawan, 1984, makalah. Warming-up tidak akan

meningkatkan prestasi seorang atlet. Menurut dia warm-up hanya dibutuhkan guna menghindar cedera-cedera otot dan sendi pada waktu melakukan

aktivitas olahraga berat.

Klafs dan Arnheim dalam Hermawan, 1984, makalah. Tidak menyinggung-nyinggung tentang pengaruh warming-up terhadap prestasi, akan tetapi mereka mengatakan bahwa kegunaan utama dari pada warm-up adalah sebagai alat pencegah cedera-cedera otot.

Pengaruh psikologis juga tidak lepas dari pengawasan mereka. Warming-up

kata mereka, juga akan dapat membantu atlet mencapai kesiapan mentalnya atau mental readinessn-nya.

Doherty, Kecuali penting untuk menghindar cedera-cedera otot dan untuk melakukan usaha maksimal, warm-up katanya juga akan dapat mempercepat kontraksi otot, mengurangi waktu reaksi terhadap suatu rangsang dan

mengurangi pula waktu yang dibutuhkan oleh otot untuk kembali kepada keadaan relax.


(27)

11

Selanjutnya ricci menjelaskan tentang kegunaan warming-up ini sebagai berikut, “The warming-up period produces psychologi cal benefit fot it prepares the individual for activity.” (15;5 Hermawan,1984, makalah). Dari pendapat dan pertandingan hasil penyelidikan para ahli di atas, penulis ingin mencoba menyimpulkan, bahwa warming-up selain penting guna menghindari cedera otot dan sendi, mempercepat waktu yang dibutuhkan otot untuk rileks, juga warming-up dapat membantu kesiapan mental dalam melakukan kegiatan selanjutnya atau warming-up dapat bermanfaat secara psikologis.

Pendapat para ahli, suatu pendapat yang langsung berhubungan dengan masalah yang penulis bahas adalah seperti yang dinyatakan oleh Harsono, sebagai berikut,

Sebelum suatu pertandingan, pentinglah bagi seorang atlet untuk melakukan persiapan-persiapan baik fisik maupun psikis. Persiapan-persiapan demikian dapat dilakukan dengan warm-up, yang bila dilakukan dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan, akan besar manfaatnya dalam memberikan

kepercayaan dan persiapan psikis kepadanya akan intensitas kerja yang bakal dilakukannya.

Dari keterangan diatas penulis simpulkan bahwa warming-up akan besar manfaatnya dalam memberikan kepercayaan diri kepada atlet dalam


(28)

12

menghadapi suatu kegiatan yang bakal dilakukan, juga secara fisik siap untuk menghadapi pertandingan.

Pendapat lain mengatakan bahwa warming-up menambah kepercayaan diri dan dapat melepaskan ketegangan, seperti yang disampaikan oleh Singer sebagai berikut, “Perhaps warm-up releases tension and provides the athlete with additional confidence.

Selanjutnya Rathbone berpendapat, bahwa “exercises and other physical activities can be prescribed on physiological, kinesiological, and

psychological grounds.

Demikian pula menurut pendapat Morehouse dan Miller, bahwa “performance is improved if the muscle have been slightly warm-up just before activiy. .

C. Pengertian Kecemasan

Cemas menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999) adalah “tidak tentram hati (karena khawatir, takut), gelisah” (hlm.181). Anshel (1977) dalam Nurseto (2001:14) mengatakan kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam. Selanjutnya Weinberg dan Gould (1995) dalam Nurseto (2001:14) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan

peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh.

Definisi kecemasan menurut pandangan beberapa ahli. Dalam Dictionary of Sport dan Exercise Sciences (Anshel, Freedson, Hamill, Haywood, Horvat, dan


(29)

13

Plowman, 1991) dalam Nurseto (2001:15) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan subyektif tentang ketakutan atau adanya persepsi tentang sesuatu hal yang mengancam.

Menurut Kaplan dalam Hermawan (1984: 13-14)

Many people have nervous and anxious states, or mental conflicts, which cause them serious concern at times. Most normal people, at some time or othter, experience headaches, insomnia, fatique, diarrhea, constipation, or depressions. These are symptoms of anxiety and if prolonged might lead to personality

disorder which whould interfere with an individual’s ability to live comfortable with himself and with orther people.(11: 4).

Demikian pula menurut Lemkau dalam Hermawan (1984: 14) berpendapat mengenai kecemasan sebagai berikut:

Perhaps the most common type of neurotic reaction in kecemasan, characterized by the emotion of fear and the phisyological changes normally accompanying that emotion. Palpitation sweathing, tention of muscles, diarrches, and pilyuria are acute signs of anxiety.(12: 148).

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan, bahwa sudah umumnya reaksi secara syaraf ini disebut kecemasan. Ciri-cirinya adalah emosi dari perasaan takut dan perubaan fisiologi yang biasanya mengikuti emosi-emosi tersebut. Misalnya terjadi getaran pada bagian tubuh, banyak keringat, meregangnya otot-otot mencret dan sering kencing, semua ini adalah tanda-tanda yang mendesak dari kecemasan.

Selanjutnya menurut Lazarus dalam Hermawan (1984:1 4) mengemukakan

other effect of kecemasan can be used, however, to check this inference, as for example, disturbances of speech, motor discharges such as tremor or general nervousness, and physiological changes (incluiding hormonal secretions and


(30)

14

alterations of the actifity of visceral organs such as heart rate, respiration, blood preasure, etc.)

Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan, bawa kecemasan adalah gejala psikis yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis. Ini disebabkan oleh rangsang yang mempengaruhi syaraf, baik rangsang dari dalam maupun rangsang dari luar, sehingga terjadi pertentangan (konflik) yang akhirnya menimbulkan perasaan-perasaan cemas, takut, khawatir, maupun gelisah yang diperlihatkan dengan tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak, baik secara fisik, psikis, maupun perubahan secara fisiologis.

Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundeen, 1998: 34).

Dradjat dalam Siswati, (2000: 20) menyatakan bahwa kecemasan adalah

manifestasi dari berbagai proses emosi yang tercampur aduk yang terjadi tatkala orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau konflik. Ada segi yang disadari dari kecemasan itu seperti rasa takut, tak berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain segi-segi yang terjadi diluar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan. Maramis (1995: 56) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.


(31)

15

Saranson dan Spielberger dalam Darmawanti (1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa cemas adalah proses emosi yang tercampur aduk yang terjadi tatkala orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau konflik

Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang

mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.

Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, maka dapat disimpulan bahwa kecemasan adalah keadaan emosi yang ditandai dengan adanya gejala beban psikologis berupa ketegangan, ketakutan, stress, perasaan tertekan, kegelisahan, kekhawatiran, frustasi dan konflik batin yang tidak dimengerti penyebabnya baik secara nyata maupun imajinasi yang sering dialami seseorang.

1. Tingkat Kecemasan dan Ciri -Ciri Gangguan Kecemasan

Menurut Thantawi dalam Hermawan (1984: 13) aspek psikis yang di dalam kelangsungannya sering-sering membawa efek-efek perubahan organis,


(32)

16

misalnya denyut jantung cepat, pernafasan yang sesak, keringat dingin yang mengalir dan sebagainya. Jadi dalam pengalaman emosional yang terdapat aspek aspek perasaan, aspek kesadaran, aspek tingkah laku nyata dan aspek organis atau fisiologis. Menurut pendapat Harsono dalam Hermawan (1984: 13) tanda-tanda kecemasan terbagi dalam tiga bagian yaitu:

a. Secara fisik

Bicara gugup, banyak keringat, telapak tangan basah, mata berair atau berkaca-kaca dan sering berkedip, dan sering tidak mau tinggal diam atau selalu

bergerak.

b. Secara psikis

Mudah risi, baik terhadap pakaian yang dipakainya maupun situasi dan kondisi lapangan atau ruangan yang akan dipakainya, sering membesar-besarkan kemampuan lawan dan memperbincangan kekurangan atau kelemahan dirinya dan dalam bicara sering emosional atau kadang-kadang bicaranya gagap.

d. Secara fisiologis

Gerak terasa kaku akibat getaran-getaran yang disebabkan oleh persyarafan secara umum, perubahan secara fisiologis termasuk di dalamnya sekresi hormon adrenalin, perubahan-perubahan dari kegiatan organ tubuh melalui denyut nadi bertambah, diare, kostipasi (sembelit), dan sering ingin kencing.


(33)

17

Sedangkan Stuart dan Sundeen (1995: 42) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu:

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

a. Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

b. Respon kognitif : lapang persegi meluas, mampu menerima ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.

c. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

a. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare konstipasi, gelisah.


(34)

18

b. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

c. Respon prilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman.

3. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntutan.

a. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur

b. Respon kognitif : lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, respon prilaku dan emosi, perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

c. Respon prilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat,

blocking.

4. Panik

Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan.


(35)

19

a. Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi.

b. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir lagi. c. Respon prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

Berdasarkan kecemasan yang dialami seseorang menunjukan beberapa ciri fisiologis antara lain sebagai berikut :

a. Nafas sering pendek

b. Denyut nadi dan tekanan darah naik c. Berkeringat dansakit kepala

d. Penglihatan kabur e. Diare

f. Sembelit

g. Sering ingin kencing.

2. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Pengukuran tingkat kecemasan anak dalam olahraga secara umum terdiri atas 3 (tiga) bentuk yaitu pengukuran fisik (physiological technique), pengukuran perilaku (behavioral technique) dan pengukuran psikologis/kognitif


(36)

20

dari sempurna karena adanya pertimbangan sejumlah faktor, dan pengukuran-pengukuran ini masih mengandung banyak kelemahan.

Dalam pengukuran fisik, Hackfort dan Schwenkenmezger (1989) dalam Nurseto (2011:15) mengemukakan bahwa pengukuran gejala-gejala fisik tertentu seperti tekanan darah, denyut nadi, dan sebagainya dapat terjadi pada mereka yang mengalami kecemasan, dan kondisi yang sama juga terjadi pada mereka yang menikmati kegembiraan.

Sedangkan dalam pengukuran perilaku, akurasi pengukuran ini juga sangat rendah karena :

a) tiap anak memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan kecemasan, b) tiap guru memiliki persepsi individual akan perilaku kecemasan, c) sekalipun dasar pertimbangan pengukuran adalah perubahan pola

komunikasi dan perilaku, tiap guru memiliki standar pribadi akan perubahan tersebut yang dapat digolongkan sebagai indikator cemas.

Beberapa pengukuran psikologis seperti STAI (State Trait Kecemasan

Inventory) tidak dirancang untuk situasi olahraga. Pengukuran lainnya seperti SCAT (Sport Competition Kecemasan Test) dianggap hanya mampu

mendeteksi kecemasaan kognitif, tetapi tidak terhadap kondisi somatis. Demikian juga SAS (Sport Kecemasan Scale) yang mengukur kecemasan kognitif dan somatis masih belum dapat diterima sebagai perangkat yang cukup layak untuk meramalkan dampak kecemasan terhadap penampilan anak.


(37)

21

Masalahnya adalah, reaksi anak sangat dipengaruhi oleh kondisi sesaat yang dihadapinya Hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi

3,6

2,5

KECEMASAN 1,4,7,8,9

Sumber: Nurseto

Keterangan:

1. Kecemasan sedang ambisi rendah 2. Kecemasan sedang ambisi sedang 3. Kecemasan sedang ambisi tinggi 4. Kecemasan rendah ambisi rendah 5. Kecemasan rendah ambisi sedang 6. Kecemasan rendah ambisi tinggi 7. Kecemasan tinggi ambisi rendah 8. Kecemasan tinggi ambisi sedang 9. Kecemasan tinggi ambisi tinggi

P R E S T A S I


(38)

22

3. Dua Macam Kecemasan

a. State Anxiety

Hackfort & Schwenkmezger (1993) dalam Nurseto (2011:15) mendefinisikan state kecemasan sebagai :“subjective, consciously perceived feelings of

inadequacy and tension accompanied by an increased arousal in the autonomous nervous system.”

Sementara Spielberger dalam Hackfort & Schwenkmezger, (1993) mengatakan;

“state anxiety is defined as a temporary emotional condition of the human organism that varies in intensity and is unstable with regard to time. It is described as consisting of subjective, consciously perceived feelings of tension and anxious expectancy, combined with an increase in activity of the autonomic nervous system.”

Dari kedua definisi diatas, state kecemasan merupakan keadaan yang sementara dan relatif tidak stabil. State kecemasan juga dianggap sebagai kombinasi dari persepsi masing-masing individu dalam mempersepsikan perasaan cemasnya dan meningkatnya aktivitas pada sistem saraf otonom. Keadaan ini

menghasilkan dua komponen yang ada dalam state kecemasan yang disebut oleh Liebert dan Morris (dalam Hackfort & Schwenkmezger, 1993) sebagai worry dan emotionality.

Worry didefinisikan sebagai elemen kognitif dari kecemasan, seperti misalnya pengharapan (expectation) negatif dan perhatian terhadap dirinya, keadaan yang sedang terjadi, dan akibat-akibat yang berpotensi untuk muncul (Parfitt, Jones, & Hardy, 1990) dalam (Nurseto 2011:15). Sementara emotionality


(39)

23

pada sistem saraf otonom dan perasaan yang tidak mengenakkan seperti misalnya tegang dan gelisah.

Worry merupakan penilaian individu mengenai suatu keadaan di luar dirinya yang dianggap mengancam, sementara emotionality lebih kepada penilaian terhadap keadaan yang terjadi dalam dirinya terutama perubahan pada sistem saraf otonom.

b. Trait Anxiety

Spielberger dalam Nurseto (2011: 15) mengatakan:

“The concept of trait anxiety depicts relatively stable individual differences in susceptibility to anxiety reactions, i.e., in the tendecy to perceive a broad spectrum of situation as dangerous or threatening.”

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) dalam Nurseto (2011: 15) berpendapat:

“Trait anxiety is defined as an acquired behavior disposition, independent of time, causing an individual to perceive a wide range of objectively not very dangerous circumstances as threatening.”

Dari definisi-definisi diatas, trait anxiety dianggap stabil dan sudah menjadi kecenderungan individu untuk bereaksi cemas terhadap situasi-situasi yang mengancam atau yang tidak mengancam. Kecenderungan tersebut juga menyebabkan trait anxiety tidak tergantung pada waktu seperti halnya pada state kecemasan.

Endler & Okada dalam Nurseto (2011: 15) membagi trait kecemasan ke dalam 4 komponen, yaitu:


(40)

24

1. Ancaman terhadap ego di dalam lingkungan sosialnya.

2. Kecemasan yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam fisik.

3. Kecemasan yang berkaitan dengan situasi yang kompleks dan tidak dapat diduga.

4. Kecemasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) berdasarkan literatur psikologi olahraga yang didapat dari Hackfort & Schwenkmezger (1985),

Schwenkmezger, (1985), dan Vormbock (1983), dalam Nurseto (2011:15) membagi trait anxiety ke dalam 5 komponen, yaitu:

1. Kecemasan akan cedera fisik 2. Kecemasan pada kegagalan 3. Kecemasan terhadap kompetisi 4. Kecemasan akan malu

5. Kecemasan pada sesuatu yang tidak diketahui

Pembagian komponen trait anxiety oleh Hackfort & Schwenkmezger lebih tepat digunakan karena pembagian ini didasarkan pada situasi-situasi olahraga yang memang sering menimpa atlet.

Berdasrkan ciri fisiologis yang disebutkan diatas maka peneliti akan mengukur kecemasan melalui warming-up menjelang pertandingan futsal.


(41)

25

D. Pertandingan

Pertandingan merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk mengukur dan menilai serta mengetahui kekuatan dan kemampuan seseorang dalam mencapai prestasinya. Dalam pertandingan tentu ada yang diharapkan yakni

kemenangan. Setiap atlet terutama atlet olahraga prestasi mengharapkan kemenangan. Kemenangan ini merupakan tujuan yang harus dicapai atau kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk mencapai kemenangan tentu ada ambisi atau keinginan. Ambisi ini merupakan faktor dorongan yang terkandung dalam diri atlet untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Seperti kita ketahui kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang terjadi begitu saja, tetapi selalu ada faktor yang mendorongnya dan selalu ada yang ditujunya. Faktor yang mendorong itu adalah motif yang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. Misalnya motif apa yang mendesak seseorang itu makan, bekerja, belajar, ataupun bertanding. Dengan demikian jelas, bahwa setiap kegiatan individu selalu ada yang mendorongnya (motif) dan ada pula yang ditujunya (goal). Begitu pula seseorang atlet dalam menghadapi suatu pertandingan, selain keinginan untuk menang sebagai dorongan (motif), meraih kemenangan dan mencapai prestasi terbaik merupakan tujuannya. Keinginan untuk mencapai sesuatu yang serba mungkin atau belum pasti ditambah dengan pengaruh situasi sekitar yang dirasa menekan, akan menyebabkan terjadinya konflik-konflik atau stress mental (mental tension) dalam diri atlet.


(42)

26

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pertandingan adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kekuatan dan kemampuan seseorang dalam mencapai prestasi.

E. Futsal

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan futsal dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah futsal adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.

1. Sejarah Futsal

Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.


(43)

27

Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay

menjuarai Piala Amerika Selatan pertama.Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.

Kejuaraan dunia futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama.Brasil mengulangi kemenangannya di kejuaraan dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.

Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California. Futsal The Rule of The Game.

F. Kerangka Pikir

Dengan latihan warming-up dapat menurunkan kecemasan siswa dalam pertandingan futsal sedangkan dengan tidak diberi warming-up dapat

meningkatkan kecemasan siswa dalam pertandingan di sini warming-up sangat berperan dalam penurunan kecemasan dalam pertandingan.

Untuk memberi gambaran yang jelas dalam penelitian ini, penulis menggunakan skema yang digambarkan sebagai berikut.


(44)

28

1. Dimulain dengan suasana pertandingan 2. Keadaan atlet.

3. Warming-up penurunan kecemasan. G. Hipotesis

Menurut Arikunto (2006 : 71) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul . Sedangkan menurut Sutrisno (1990) Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar mungkin salah yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dari defenisi diatas dapatlah dikatakan bahwa hipotesis terdiri dari sesuatu yang ditolak atau sesuatu yang diterima. Menurut hasil penelitian dalam penulisan hipotesis haruslah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan rumusan masalah tentang pengaruh warming-up terhadap tingkat kecemasan pada siswa menjelang pertandingan futsal Maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

Pertandingan

Warming-up (X)

Tidak diberi

warming-Tingkat Kecemasan (Y)


(45)

29

Ho: Tidak Ada pengaruh latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal.

H1: Ada pengaruh latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal.

Ho: Tidak ada pengaruh tidak latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal.

H2: Ada pengaruh latihan warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan menjelang pertandingan futsal.


(46)

30

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Metode penelitian ini merupakan cara, agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga suatu penelitian dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Adapun yang dimaksud dari desain penelitian adalah jenis penelitian tertentu yang terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Hussein, 2001).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Riduwan, 2005:50).

Sedangkan menurut Arikunto (1998 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang akan digunakan untuk penelitian adalah Lapangan Futsal Dino dan SMA YP Unila Bandar Lampung. Dalam penelitian ini dilakukan 1 kali


(47)

31

tes, yang dilakukan kepada masing – masing kelompok,

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 112). Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 297). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah turnamen siswa SMP Se Bandar Lampung yang diselenggarakan SMA YP UNILA Tahun 2012/2013, yang berjumlah 48 siswa yang telah masuk ke babak semi final dan final.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah setiap pemain atau siswa yang masuk dalam babak semi final dan final kejuaraan futsal tingkat SMP Se Bandar Lampung yang sebanyak 48 orang. Dengan demikian sebagai sampel populasi,

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi yang dipilih untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2007: 74). Untuk menentukan besarnya sampel pada dilakukan


(48)

32

dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Nazir, 2000: 82). Dengan demikian, teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan dalam penelitian inia dalah total sampling.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variasi yang harus ditetapkan dengan jelas oleh seseorang peneliti agar dalam pengumpulan data dapat terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang berdasarkan atas hubungan yang terdiri atas sebagai berikut.

1. Variabel bebas (independent variable)

Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Sugiyono, 2002: 33). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah warming-up (X).

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variable terikat yaitu variabel yang disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kecemasan (Y).


(49)

33

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu konstrak guna menjelaskan suatu konsep variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. Adapun definisi operasional dari variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian sebagai berikut.

a. Warming-up

Menurut Weinberg (1995: 67) menyatakan warming-up adalah salah satu bentuk persiapan emosional, fisiologis, dan psikologis untuk melakukan berbagai macam latihan.

b. Tingkat kecemasan

Menurut Evans dalam Satiadarma & Soekasah (1996: 1105) mengatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan stres tanpa penyebab yang jelas dan hampir selalu disertai gangguan pada susunan saraf otonom dan gangguan pada pencernaan.

F. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara latihan warming-up (X) terhadap tingkat kecemasan (Y). Desain penelitian dibuat agar peneliti mampu menjawab pertanyaan penelitian dengan objektif, tepat dan sehemat mungkin. Adapun desain dalam penelitian ini adalah :

K1 X1 T2

P S T1 OP


(50)

34

Keterangan P = Populasi S = Sample

T1 = Tes awal (pre-test)

OP = Ordinal Pairing(pengelompokan) K1 = Kelompok perlakuan latihan K0 = Kelompok kontrol

X1 = Perlakuan dengan latihan warming-up

X0 = Tanpa Perlakuan T2 = Tes akhir (post-test) G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Purwanto, 2006: 144).

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 154) dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, agenda, notulen, rapat, dan sebagainya.

3. Angket/Kuesioner

Menurut Sugiyono (2005: 135) angket atau kuesioner adalah pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberi pernyataan tertulis kepada


(51)

35

responden untuk dijawabnya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pengaruh warming-up dan tingkat kecemasan.

H. Uji Persyaratan Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data.

I. Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini tehnik analisis yang digunakan adalah uji t dengan program SPSS, adapun uji prasyarat uji t adalah

1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data sampel dalam penelitian ini menggunakan

One- Sample Kolmogorov-Smirnov ( Uji K-S ) dengan bantuan SPSS dan hasilnya diperoleh sebagai berikut.


(52)

36

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Siswa yang Diberikan Perlakuan Warming-up

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statisti

c

Df Sig. Statistic Df Sig.

Pemberian Perlakuan Warming UP

.098 24 .200* .966 24 .571

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013

Rumusan Hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian sebagai berikut.

1. Jika probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima.

2. Jika probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak (Rusman, 2011: 62).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, ternyata untuk siswa yang diberikan warming-up nilai probabilitas (Sig.) yaitu 0.200 > 0.05, maka Ho diterima. Dengan kata lain, distribusi data adalah normal.


(53)

37

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Siswa yang Tidak Diberikan Perlakuan Warming-UP

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Tidak diberikan perlakuan warming up

.137 24 .200* .935 24 .129

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013

Rumusan Hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima.

Jika probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak (Rusman, 2011: 62).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, ternyata untuk siswa yang tidak diberikan perlakuan warming-up nilai probabilitas (Sig.) yaitu 0.200 > 0.05, maka Ho diterima. Dengan kata lain, distribusi data adalah normal.

2. Uji Homogenitas Sampel

Pengujian homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel yang diambil dari populasi itu bervarians homogen atau kah tidak


(54)

38

(Rusman, 2011: 63). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas dengan Menggunakan SPSS 17

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013

Rumusan Hipotesis sebagai berikut. Ho : Varians populasi adalah homogen. Ha : Varians populasi adalah tidak homogen Kriteria pengujian sebagai berikut.

1. Jika probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima.

2. Jika probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak (Rusman, 2011: 65).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 13, ternyata untuk siswa yang diberikan perlakuan warming-up dan siswa yang tidak diberikan perlakuan

warming-up bervarians homogen karena nilai probabilitas (Sig.) yaitu 0.970 > dari 0.05. Dengan kata lain, H0 diterima.

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(55)

39

3. Uji t

Dengan program SPSS

Group Statistics

Model N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Nilai Pemberian

Warming up

24 32.29 9.215 1.881

Tidak Diberikan Warming up

24 25.29 9.539 1.947

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc

e Lower Upper

Nilai Equal variances assumed

.001 .970 2.586 46 .013 7.000 2.707 1.550 12.45

0 Equal

variances not assumed

2.586 45.94 5

.013 7.000 2.707 1.550 12.45

0

Catatan:


(56)

47

V . KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan pada siswa SMP Se Bandar Lampung menjelang pertandingan futsal baik segi fisik, psikis dan fisiologis, 2. Seseorang mengalami kecemasan maka akan membuat konsentrasi dan

keberaniannya menurun dan akan berpengaruh pada kurang maksimalnya keterampilan dalam bermain futsal.

B. Saran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat :

1. Untuk Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran dalam menurunkan tingkat kecemasan dengan latihan warming-up

2. Bagi peniliti yang tertarik dengan permasalahan ini disarankan untuk meneliti kembali dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anshel, M.H. 1997. Sport Psychology: From Theory to Practice. Scottsdale, Az: Gorsuch Scarisbrick.

Arikunto,Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.Jakarta.

Bompa. O. Tudor. 1997. Terjemahan teori dan Medologi Latihan (theory and

Methodology Of Training). Ilmu Kesehatan Olahraga, FAK. Pasca Sarjana Universitas Airlanga. Surabaya.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2010. Model Pembelajaran. Rieneka Cipta. Jakarta. Hackfort, D. &Schwenkmezger, P. 1989. Measuring Anixiety in Sports.

New York. Hemisphere

Hermawan, Rahmat. 1984. Study Teoritis Mengenai Pengaruh Warming-up

Terhadap Anixiety Menjelang Pertandingan. Makalah. FPOK. IKIP Bandung.

Http// Roiman. Blogspot.com/2009/11/futsal.Html. Di aksestanggal 17 juli 2013, pukul00.20 MenurutKamusBesarBahasa Indonesia. 2012

(http://www.cara-terbaru.com/2012/11/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.).Di aksestanggal 20 Februari 2013, Pukul 1:44:10.

Noor, Juliansyah, M.M. 2010 MetodologiPenelitian. Jakarta Nurseto, Frans, 2009. PsikologiOlahraga. Perc.Annisa

Riduwan.2005. BelajarMudahPenelitianUntuk Guru Kariawan dan PenelitianPemula. Alfabet. Bandung

Sudjana. 1992. MetodeStatistika. Tarsito. Bandung

Spileberger. C. 1993. Anixiety and Behavior. New York, Academic Sudjana. 2006. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(58)

Surisman. 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran, (Bahan Ajar) Universitas Lampung. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi Praktiknya. Bumi Aksara, Jakarta.

Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. BumiAksara. Gorontalo.

Unila. 2009. PedomanPenulisanKaryaIlmiahUniversitas Lampung. Unversitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Siswa yang Tidak Diberikan Perlakuan Warming-UP

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Tidak diberikan

perlakuan warming

up

.137 24 .200* .935 24 .129

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013

Rumusan Hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima.

Jika probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak (Rusman, 2011: 62).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, ternyata untuk siswa yang tidak diberikan perlakuan warming-up nilai probabilitas (Sig.) yaitu 0.200 > 0.05, maka Ho diterima. Dengan kata lain, distribusi data adalah normal.

2. Uji Homogenitas Sampel

Pengujian homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel yang diambil dari populasi itu bervarians homogen atau kah tidak


(2)

38

(Rusman, 2011: 63). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas dengan Menggunakan SPSS 17

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013

Rumusan Hipotesis sebagai berikut. Ho : Varians populasi adalah homogen. Ha : Varians populasi adalah tidak homogen Kriteria pengujian sebagai berikut.

1. Jika probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima.

2. Jika probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak (Rusman, 2011: 65).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 13, ternyata untuk siswa yang diberikan perlakuan warming-up dan siswa yang tidak diberikan perlakuan

warming-up bervarians homogen karena nilai probabilitas (Sig.) yaitu 0.970 > dari 0.05. Dengan kata lain, H0 diterima.

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(3)

3. Uji t

Dengan program SPSS

Group Statistics

Model N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Nilai Pemberian

Warming up

24 32.29 9.215 1.881

Tidak Diberikan Warming up

24 25.29 9.539 1.947

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc

e Lower Upper Nilai Equal

variances assumed

.001 .970 2.586 46 .013 7.000 2.707 1.550 12.45 0

Equal variances not assumed

2.586 45.94 5

.013 7.000 2.707 1.550 12.45 0

Catatan:


(4)

47

V . KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara warming-up terhadap penurunan tingkat kecemasan pada siswa SMP Se Bandar Lampung menjelang pertandingan futsal baik segi fisik, psikis dan fisiologis, 2. Seseorang mengalami kecemasan maka akan membuat konsentrasi dan

keberaniannya menurun dan akan berpengaruh pada kurang maksimalnya keterampilan dalam bermain futsal.

B. Saran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat :

1. Untuk Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran dalam menurunkan tingkat kecemasan dengan latihan warming-up

2. Bagi peniliti yang tertarik dengan permasalahan ini disarankan untuk meneliti kembali dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anshel, M.H. 1997. Sport Psychology: From Theory to Practice. Scottsdale, Az: Gorsuch Scarisbrick.

Arikunto,Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.Jakarta.

Bompa. O. Tudor. 1997. Terjemahan teori dan Medologi Latihan (theory and

Methodology Of Training). Ilmu Kesehatan Olahraga, FAK. Pasca Sarjana Universitas Airlanga. Surabaya.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2010. Model Pembelajaran. Rieneka Cipta. Jakarta. Hackfort, D. &Schwenkmezger, P. 1989. Measuring Anixiety in Sports.

New York. Hemisphere

Hermawan, Rahmat. 1984. Study Teoritis Mengenai Pengaruh Warming-up

Terhadap Anixiety Menjelang Pertandingan. Makalah. FPOK. IKIP Bandung.

Http// Roiman. Blogspot.com/2009/11/futsal.Html. Di aksestanggal 17 juli 2013, pukul00.20 MenurutKamusBesarBahasa Indonesia. 2012

(http://www.cara-terbaru.com/2012/11/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.).Di aksestanggal 20 Februari 2013, Pukul 1:44:10.

Noor, Juliansyah, M.M. 2010 MetodologiPenelitian. Jakarta Nurseto, Frans, 2009. PsikologiOlahraga. Perc.Annisa

Riduwan.2005. BelajarMudahPenelitianUntuk Guru Kariawan dan PenelitianPemula. Alfabet. Bandung

Sudjana. 1992. MetodeStatistika. Tarsito. Bandung

Spileberger. C. 1993. Anixiety and Behavior. New York, Academic Sudjana. 2006. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(6)

Surisman. 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran, (Bahan Ajar) Universitas Lampung. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi Praktiknya. Bumi Aksara, Jakarta.

Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. BumiAksara. Gorontalo.

Unila. 2009. PedomanPenulisanKaryaIlmiahUniversitas Lampung. Unversitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL DI SMA NEGERI KALISAT

1 14 20

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DAN SUASANA SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010

0 6 12

ANALISIS TENTANG KINERJA GURU YANG TELAH TERSERTIFIKASI DI SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011 - 2012

0 5 66

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAHTERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 29

PENGARUH PENTINGNYA PEMAHAMAN BUDAYA DAERAH TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA YAYASAN PEMBINA UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 42 73

PENGARUH CCTV TERHADAP AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PKN DI SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 91 85

KEMAMPUAN MENARI SIGEH PENGUTEN PADA SISWA KELAS XI IPA3 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

0 19 114

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT, KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 122

PENGARUH WARMING-UP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG TURNAMEN PELAJAR SMP SE-BANDAR LAMPUNG YANG DISELENGGARAKAN SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 18 58

PENGARUH MODEL SURVEY-QUESTION-READ-RECITE-REVIEW (SQ3R) TERHADAP KETERAMPILAN SISWA MENYIMPULKAN MATERI PELAJARAN SEJARAH TENTANG KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA KELAS X SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 58